LANDASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Â
Bab ini memperkenalkan pembelajaran tentang komunikasi interpersonal dan menjelaskan alasan penting mempelajari komunikasi interpersonal: Ini meneliti sifat unik bentuk komunikasi, elemen-elemen, dan prinsip-prinsipnya.
1.1 Identifikasi potensi manfaat pribadi dan profesional dari belajar komunikasi interpersonal.
Pertanyaan yang adil untuk ditanyakan di awal teks ini adalah "Mengapa saya harus belajar komunikasi interpersonal?" sangat jelas Jawaban diberikan oleh pentingnya komunikasi interpersonal itu adalah bagian utama keberadaan manusia yang perlu dipahami oleh setiap orang terdidik. Sama seperti Anda perlu memahami sejarah, sains, geografi, dan matematika. misalnya, Anda perlu memahami bagaimana orang berinteraksi (bagaimana orang berkomunikasi secara interpersonal, baik tatap muka atau online).
Persahabatan dekat dan hubungan romantis dikembangkan, dipertahankan, dan kadang-kadang dihancurkan sebagian besar melalui interpersonal Anda Interaksi. Demikian juga, keberhasilan hubungan keluarga sangat bergantung pada komunikasi interpersonal di antara anggota. Misalnya, dalam survei terhadap 1.001 Orang yang berusia di atas 18 tahun, 53 persen merasa bahwa kurangnya komunikasi yang efektif adalah penyebab utama kegagalan pernikahan secara signifikan lebih besar daripada uang (38 persen) dan campur tangan mertua (14 persen) (Bagaimana Orang Amerika Berkomunikasi, 1999).
Demikian juga, keberhasilan dalam berinteraksi dengan tetangga, kenalan, dan orang-orang bertemu setiap hari tergantung pada kemampuan untuk terlibat dalam percakapan yang memuaskan, percakapan yang nyaman, dan menyenangkan. Kemampuan untuk berkomunikasi secara interpersonal diakui secara luas, sangat penting untuk kesuksesan profesional (Morreale & Pearson, 2008). Kemampuan ini bahkan dianggap lebih penting daripada keterampilan khusus pekerjaan, yang menurut perkerja dapat dipelajari saat berkerja.
Dan potensi komunikasi ini sangat menjanjikan untuk didunia perkerjaan. Kutipan tersebut menekankan peran penting keterampilan komunikasi interpersonal dalam konteks pribadi dan profesional, terutama menyoroti signifikansinya bagi dokter dan peserta pelatihan. Konsensus yang luar biasa di antara pemberi kerja bahwa komunikasi lisan dan tertulis yang efektif adalah yang terpenting menggaris bawahi kebenaran mendasar apapun bidangnya, kesuksesan bergantung pada kemampuan untuk menyampaikan ide dan membangun hubungan.
Salah satu hal penting adalah bahwa komunikasi bukan hanya bakat bawaan tetapi keterampilan yang dan  juga harus dikembangkan. Pernyataan bahwa "komunikator yang baik dilahirkan, bukan dibuat" adalah kesalah pahaman yang dapat menghalangi individu untuk mengenali potensi pertumbuhan mereka. Perspektif ini menumbuhkan pola pikir tetap, yang sangat kontras dengan gagasan bahwa komunikasi yang efektif membutuhkan pembelajaran dan adaptasi yang berkelanjutan.
Selain itu, penekanan pada kualitas daripada kuantitas komunikasi itu sangat penting. Terlibat dalam komunikasi yang sering tetapi tidak efektif dapat memperkuat kebiasaan buruk, diskusi seputar pentingnya keterampilan komunikasi interpersonal dalam konteks profesional dan pribadi tepat waktu dan relevan. Seperti yang disorot oleh berbagai penelitian, seperti yang berasal dari Epstein & Hundert (2002) dan Hart Research Associates (2010), komunikasi yang efektif muncul sebagai kompetensi dasar yang diprioritaskan oleh pemberi kerja dalam perekrutan potensial.
Konsensus yang luar biasa 89% pemberi kerja menyebut keterampilan komunikasi sebagai hal yang penting menggaris bawahi kesenjangan yang signifikan dalam praktik pendidikan saat ini. Komunikasi interpersonal bukan hanya soft skill bahkan sangat penting untuk sukses di semua profesi. Temuan menunjukkan bahwa meskipun keterampilan teknis itu penting, kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan empati sering menentukan efektivitas keterampilan tersebut dalam situasi dunia nyata. Hal ini terutama berlaku di bidang-bidang seperti kedokteran, di mana interaksi pasien dapat secara signifikan memengaruhi hasil.
1.2 Mendefinisikan komunikasi interpersonal dan menjelaskan sifat interpersonal komunikasi.
Meskipun seluruh teks ini dalam arti tertentu merupakan definisi komunikasi interpersonal, definisi kerja berguna di awal. Komunikasi interpersonal adalah verbal dan interaksi nonverbal antara dua (atau terkadang lebih dari dua) orang yang saling bergantung. Ini Definisi yang relatif sederhana menyiratkan berbagai karakteristik, yang sekarang kita lihat. Definisi komunikasi interpersonal sebagai proses yang melibatkan individu yang saling bergantung menyoroti kompleksitas dan nuansa interaksi manusia. Pada intinya, komunikasi interpersonal adalah tentang hubungan yang kita bagikan dengan orang lain baik dengan anggota keluarga, teman, atau orang lain.
Keterkaitan ini sangat penting, Ini mengingatkan kita bahwa tindakan dan kata-kata kita dapat secara signifikan memengaruhi orang-orang di sekitar. Perbedaan antara komunikasi dyadic dan interaksi dalam kelompok kecil sangat relevan dalam memahami dinamika hubungan. Dalam lingkungan keluarga. misalnya, cara seorang anak berkomunikasi dengan orang tua tidak hanya membentuk hubungan mereka tetapi juga bergema di seluruh struktur keluarga. Saling ketergantungan ini menekankan bahwa komunikasi bukan hanya masalah bertukar informasi tetapi secara inheren bersifat relasional, di mana kontribusi setiap individu penting. Selain itu, evolusi teknologi terutama media social telah berubah.
Sifat relasional yang melekat pada komunikasi interpersonal menggaris bawahi peranan yang mendasar dalam membentuk dan mendefinisikan hubungan. Pengamatan bahwa komunikasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks hubungan sangat berwawasan. Ini menyoroti bagaimana interaksi  bukan hanya pertukaran kata-kata tetapi sangat terkait dengan hubungan kita dengan orang lain. Misalnya, cara kita berkomunikasi dengan sahabat sangat kontras dengan cara kita berinteraksi dengan kerabat atau kenalan biasa. Dinamika relasional ini sangat penting, Ini mencerminkan pentingnya memahami konteks dalam setiap interaksi.
Selain itu, gagasan bahwa gaya komunikasi dapat menumbuhkan persahabatan atau melahirkan permusuhan, ini sangat penting ketika kita berkomunikasi dengan kebaikan dan rasa hormat, kita memupuk hubungan yang mendukung. Sebaliknya, interaksi negatif dapat menyebabkan konflik dan keterasingan.
1.3 Tentukan elemen penting dari komunikasi interpersonal termasuk penerima sumber, pengkodean-decoding, pesan, saluran, kebisingan, konteks, dan etika.
Masing-masing konsep yang diidentifikasi dalam model dan dibahas di sini dapat dipikirkan
sebagai universal komunikasi interpersonal karena hadir dalam semua interaksi interpersonal:
(1) sumber-penerima (termasuk kompetensi, pengkodean-decoding, dan peralihan kode),
(2) pesan (dan metapesan umpan balik dan umpan balik),
(3) saluran.
(4) kebisingan.
(5) konteks.
(6) etika (meskipun tidak ditunjukkan dalam diagram tetapi pertimbangan utama dalam semua komunikasi interpersonal).
Diskusi seputar dinamika sumber atau penerima dalam komunikasi interpersonal menekankan kebenaran mendasar seperti komunikasi adalah jalan dua arah. Setiap peserta dalam interaksi memainkan kedua peran, merumuskan dan mengirim pesan sambil secara bersamaan memahami dan memahaminya. Dualitas ini sangat penting karena menyoroti interaktivitas komunikasi bagaimana masukan setiap orang membentuk percakapan dan hubungan itu sendiri.
Sangat menarik untuk mencatat perbedaan antara berbagai jenis komunikator, seperti "informan" dan "pembentuk saya" yang diidentifikasi dalam studi media sosial. Klasifikasi ini menjelaskan bagaimana gaya komunikasi dapat sangat bervariasi, dengan beberapa individu memprioritaskan koneksi dan dialog, sementara yang lain fokus pada presentasi diri. Memahami peran ini dapat membantu menavigasi interaksi sosial dengan lebih efektif, karena mengenali apakah seseorang terutama pembicara atau pendengar memungkinkan kita untuk menyesuaikan pendekatan sesuai dengan itu.
Peran media digital dalam komunikasi interpersonal semakin signifikan, membentuk bagaimana kita menampilkan diri  dan bagaimana kita dipersepsikan oleh orang lain. Pilihan yang kita buat mengenai jenis ponsel, wallpaper komputer, dan profil media sosial menyampaikan pesan tentang identitas dan nilai-nilai kita, seringkali lebih kuat dari pada konten postingan kita yang sebenarnya. Menyesuaikan halaman Twitter atau Facebook dengan tema dan gambar unik mengirimkan sinyal individualitas yang jelas, menunjukkan keterlibatan yang lebih dalam dengan platform dibandingkan dengan mereka yang memilih pengaturan default.
Perbedaan ini menyoroti aspek penting dari komunikasi modern halnya kesengajaan di balik pilihan kita. Media yang kita gunakan untuk berkomunikasi baik seperti smartphone, laptop, atau media social, tidak hanya memengaruhi pesan tetapi juga penerimaannya. Perbedaan antara komunikasi sinkron dan asinkron menambah lapisan kompleksitas lain, memengaruhi cara kita menafsirkan dan menanggapi pesan berdasarkan waktu. Umpan balik dan feedforward adalah komponen penting dalam proses ini. Umpan balik membantu kita mengukur efektivitas komunikasi kita, memungkinkan penyesuaian waktu nyata berdasarkan reaksi orang lain.
Umpan balik positif dapat meningkatkan harga diri, sementara umpan balik negatif dapat menguranginya, menggarisbawahi dampak mendalam yang dapat ditimbulkan oleh interaksi kita terhadap kesejahteraan psikologis kita. Demikian pula, feedforward mengatur panggung untuk pesan kita, membantu pendengar mengantisipasi sifat komunikasi kita, yang dapat meningkatkan kejelasan dan pemahaman. Namun, kebisingan baik itu fisik, fisiologis, psikologis, atau semantik tetap menjadi tantangan yang selalu ada dalam komunikasi. Mengidentifikasi dan mengurangi kebisingan dapat secara signifikan meningkatkan kejelasan pesan. Konsep rasio signal-to-noise sangat relevan di era digital kita, di mana banyaknya informasi yang tidak relevan dapat mengaburkan wawasan yang berharga.
Selanjutnya, konteks di mana komunikasi terjadi fisik, temporal, sosial-psikologis dan budaya sangat membentuk interaksi kita. Memahami dimensi ini memungkinkan kita untuk menavigasi lingkungan yang beragam dan harapan audiens secara efektif.
Akhirnya, pertimbangan etika dalam komunikasi tidak dapat diabaikan. Saat kita terlibat dalam komunikasi interpersonal, terutama online, kita harus merenungkan tanggung jawab etis kita. Dampak dari kata-kata dan tindakan kita melampaui interaksi belaka itu membentuk persepsi, hubungan, dan bahkan norma sosial. Menetapkan kode etik pribadi untuk komunikasi dapat memandu perilaku kita, memastikan bahwa kita terlibat dalam praktik yang tidak hanya efektif tetapi juga sehat secara moral.
Singkatnya, karena komunikasi terus berkembang dalam lanskap digital, memperhatikan bagaimana kita menampilkan diri kita dan bagaimana kita menafsirkan pesan orang lain sangatlah penting. Lapisan kompleksitas dalam komunikasi interpersonal membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang peran kita sebagai pengirim dan penerima, serta implikasi etis dari interaksi kita.
- CHANNEL
Menarik untuk melihat bagaimana komunikasi tidak hanya melibatkan kata-kata, tetapi juga berbagai saluran seperti isyarat visual, suara, dan bahkan sentuhan. Pentingnya penggunaan beberapa saluran secara bersamaan dalam komunikasi tatap muka menunjukkan kompleksitas interaksi manusia. Misalnya, dalam situasi tatap muka, sinyal non-verbal sering kali menambah makna yang tidak dapat disampaikan hanya dengan kata-kata. Di sisi lain, komunikasi digital seperti email atau media sosial memungkinkan lebih banyak waktu untuk berpikir dan menyunting pesan, yang bisa jadi menguntungkan namun juga dapat membuat kita kurang spontan.
Menyadari batasan dan kekuatan masing-masing saluran membantu kita memilih cara yang paling efektif untuk menyampaikan pesan. Selain itu, hal ini mengajak kita untuk lebih memahami bagaimana berbagai faktor, seperti konteks dan medium, dapat memengaruhi cara kita berkomunikasi dan diterima oleh orang lain. Kesadaran ini sangat penting dalam membangun komunikasi yang efektif dalam berbagai situasi, baik secara pribadi maupun profesional.
- NOISE
menekankan bahwa gangguan dapat datang dari berbagai sumber yang menghalangi pesan agar tidak diterima dengan baik oleh penerima. Pemahaman tentang kebisingan ini sangat penting untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
Keempat jenis kebisingan yang dijelaskan fisik, fisiologis, psikologis, dan bahkan gangguan teknis menunjukkan bahwa komunikasi bukanlah proses yang sederhana. Misalnya, kebisingan fisik seperti suara latar atau gangguan visual dapat dengan mudah mengalihkan perhatian dan mengganggu pemahaman. Di sisi lain, kebisingan fisiologis menunjukkan bahwa masalah kesehatan atau kemampuan individu dapat memengaruhi cara mereka menerima informasi.
Kebisingan psikologis, yang diakibatkan oleh bias, prasangka, atau kondisi mental, sangat menarik untuk diperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi tidak hanya tergantung pada aspek fisik, tetapi juga pada keadaan mental dan emosional individu. Ini menggarisbawahi pentingnya empati dalam komunikasi memahami bahwa orang lain mungkin memiliki perspektif dan pengalaman yang berbeda yang dapat memengaruhi cara mereka menerima pesan.
Identifikasi dan pengurangan kebisingan dalam komunikasi adalah langkah krusial untuk memastikan pesan disampaikan dengan jelas. Dengan memahami berbagai jenis kebisingan ini, kita dapat lebih baik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi yang efektif, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Ini membantu kita untuk lebih responsif dan adaptif terhadap berbagai situasi komunikasi yang kompleks.
menguraikan konsep kebisingan semantik dan menekankan bagaimana perbedaan dalam pemahaman makna dapat menghambat komunikasi yang efektif. Kebisingan semantik, seperti penggunaan jargon atau istilah ambigu, sering kali mengakibatkan kebingungan antara pembicara dan pendengar, yang bisa mengakibatkan pesan yang dimaksudkan tidak diterima dengan baik. Contoh yang diberikan, seperti dokter yang menggunakan istilah medis tanpa penjelasan atau penjual asuransi yang berbicara dalam jargon industri, sangat relevan.
Ini menunjukkan bahwa dalam konteks profesional, penggunaan bahasa yang tidak dapat dipahami oleh audiens dapat menciptakan jarak dan menghalangi pemahaman. Komunikator yang efektif harus menyadari audiens mereka dan menyesuaikan bahasa mereka agar lebih mudah dimengerti. Konsep rasio sinyal terhadap kebisingan juga sangat berguna dalam menilai kualitas komunikasi. Sinyal tinggi dan kebisingan rendah menunjukkan komunikasi yang efektif, di mana informasi yang berguna dapat disampaikan dengan jelas. Sebaliknya, jika informasi yang tidak relevan mengganggu inti pesan, komunikasi menjadi kurang efektif.
Pentingnya mengurangi kebisingan dalam komunikasi tidak bisa diremehkan. Dengan menggunakan bahasa yang lebih tepat, meningkatkan keterampilan nonverbal, dan memperkuat kemampuan mendengarkan dan memberikan umpan balik, kita dapat menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih produktif. Ini mencerminkan kebutuhan untuk terus belajar dan beradaptasi dalam cara kita berkomunikasi, terutama dalam dunia yang semakin kompleks dan beragam saat ini.
Secara keseluruhan, pemahaman tentang kebisingan semantik dan cara-cara untuk menguranginya adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang lebih jelas dan efektif, baik dalam konteks profesional maupun pribadi. betapa pentingnya konteks dalam komunikasi, dan hal ini sangat relevan. Konteks, yang mencakup dimensi fisik, sosial-psikologis, dan budaya, memengaruhi cara kita mengirim dan menerima pesan secara signifikan.
Pernyataan pertama, dimensi fisik menggambarkan bagaimana lingkungan fisik seperti ukuran ruangan atau suhu dapat memengaruhi suasana komunikasi. Misalnya, komunikasi dalam suasana formal seperti restoran berbeda dengan komunikasi dalam suasana yang lebih santai seperti konser rock. Ini menunjukkan bahwa nuansa fisik dapat memengaruhi penerimaan pesan dan interaksi antara individu. Selanjutnya, dimensi sosial-psikologis menyoroti bagaimana hubungan antara para peserta berpengaruh. Status, peran, dan norma sosial memainkan peran penting dalam bagaimana pesan dipahami.
Misalnya, komunikasi di jejaring sosial yang lebih informal seperti Facebook dibandingkan dengan LinkedIn yang lebih formal menunjukkan bahwa konteks sosial dapat membentuk cara kita berkomunikasi.Konteks budaya adalah aspek penting lainnya yang tidak boleh diabaikan. Dengan meningkatnya interaksi antarbudaya, kesadaran akan perbedaan dalam norma dan kebiasaan komunikasi sangat penting.
Misinterpretasi yang terjadi akibat perbedaan budaya dapat mengakibatkan kebingungan atau bahkan konflik. Ini menggarisbawahi pentingnya empati dan penyesuaian dalam cara kita berkomunikasi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Secara keseluruhan, pemahaman tentang konteks komunikasi membantu kita menjadi komunikator yang lebih efektif. Menyadari bagaimana berbagai dimensi ini berinteraksi dapat membantu kita merumuskan pesan yang lebih tepat dan relevan, serta mengurangi kemungkinan miskomunikasi.
Dalam dunia yang semakin global dan terhubung, keterampilan ini menjadi semakin vital untuk membangun hubungan yang baik dan efektif. membahas kompleksitas etika dalam komunikasi interpersonal, dan sangat relevan untuk memahami bagaimana kita menilai perilaku kita dan orang lain. Konsep etika memang melampaui sekadar hukum atau keyakinan pribadi, dan ini menjadi penting dalam konteks komunikasi yang efektif dan bermakna.Pertama, pernyataan pertama menyoroti bahwa hanya karena seseorang merasa bahwa mereka melakukan hal yang benar tidak selalu berarti bahwa tindakan itu etis.
Ini menunjukkan bahwa emosi dan keyakinan pribadi bisa menyesatkan; seseorang dapat merasa dibenarkan dalam melakukan tindakan yang sebenarnya merugikan orang lain. Ini adalah pengingat bahwa etika perlu dievaluasi secara objektif, bukan hanya berdasarkan perasaan individu.
Pernyataan kedua, mengingatkan kita bahwa berbagai agama dan budaya memiliki norma etika yang berbeda. Apa yang dianggap etis dalam satu konteks mungkin tidak demikian dalam konteks lain. Ini penting untuk diingat, terutama dalam komunikasi antarbudaya, di mana pemahaman yang salah bisa menyebabkan konflik atau ketidaknyamanan.
Pernyataan ketiga, menyoroti bahwa legalitas tidak selalu berbanding lurus dengan etika. Banyak tindakan yang legal bisa sangat tidak etis, seperti diskriminasi atau bahkan peperangan. Ini menunjukkan bahwa kita harus mempertimbangkan lebih dari sekadar hukum, saat menilai tindakan.
Pernyataan keempat dan kelima juga menarik, karena mereka menekankan pentingnya dampak sosial dari perilaku kita. Etika seharusnya tidak hanya tentang apa yang dianggap benar oleh mayoritas atau legal, tetapi juga tentang bagaimana tindakan kita memengaruhi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, diskusi ini penting dalam membentuk pemahaman etika kita dalam komunikasi interpersonal. Dengan mengevaluasi pernyataan-pernyataan ini, kita dapat membangun kode etik yang lebih kuat dan lebih responsif terhadap konteks sosial dan budaya. Ini mengajak kita untuk berpikir kritis dan reflektif tentang tindakan kita, yang sangat diperlukan dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung.
Diskusi ini sangat penting karena membantu kita memahami bagaimana etika beroperasi dalam konteks yang berbeda. Pernyataan mengenai pandangan mayoritas sering kali tidak mencerminkan moralitas yang sejati adalah poin yang sangat valid. Sejarah telah menunjukkan bahwa tindakan yang dianggap benar oleh mayoritas, seperti pembakaran atau perbudakan, sering kali sangat tidak etis. Ini mengingatkan kita bahwa kita harus tetap kritis terhadap norma sosial dan tidak menerima begitu saja apa yang dianggap "benar" oleh banyak orang.
Dalam konteks ini, pemikiran kritis dan refleksi pribadi menjadi kunci untuk menilai tindakan kita dan orang lain. Diskusi tentang pandangan objektif dan subjektif juga memberikan wawasan yang berharga. Pendekatan objektif menyarankan bahwa ada standar universal untuk etika yang berlaku untuk semua orang dan situasi, sedangkan pendekatan subjektif mengakui bahwa konteks dan budaya memengaruhi bagaimana tindakan dinilai. Kedua perspektif ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pendekatan objektif mungkin memberikan contoh yang lebih konsisten, tetapi bisa saja mengabaikan nuansa dan kompleksitas situasi tertentu.
Sebaliknya, pendekatan subjektif dapat memberi ruang bagi fleksibilitas dan pertimbangan konteks, tetapi berisiko mengarah pada relativisme yang berbahaya. Referensi terhadap kode etik dalam berbagai bidang komunikasi juga menunjukkan bahwa profesionalisme harus selalu disertai dengan pemahaman yang kuat tentang etika. Kode etik ini dapat berfungsi sebagai panduan bagi individu dalam mengambil keputusan yang tepat dalam konteks profesional mereka. Meneliti kode etik dalam profesi yang Anda minati adalah langkah yang sangat baik untuk membangun dasar etis yang kuat.
Secara keseluruhan, pemahaman tentang etika dalam komunikasi interpersonal bukan hanya penting untuk hubungan pribadi, tetapi juga untuk interaksi profesional. Ini mengajak kita untuk berpikir lebih dalam tentang tindakan kita dan dampaknya terhadap orang lain, dan untuk mengembangkan kesadaran etis yang akan memandu kita dalam berkomunikasi dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan sensitif.
1.4 Parafrasekan prinsip-prinsip komunikasi interpersonal.
Sekarang sifat komunikasi interpersonal dan elemen-elemennya sudah jelas, kita dapat mengeksplorasi beberapa aksioma atau prinsip yang lebih spesifik yang umum untuk semua atau sebagian besar pertemuan interpersonal. Pandangan transaksional terhadap komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses yang selalu berubah dan melibatkan elemen-elemen yang saling bergantung serta mempengaruhi satu sama lain.
Setiap pesan yang disampaikan seseorang menjadi stimulus bagi pesan berikutnya, menciptakan interaksi yang dinamis. Hal ini terlihat lebih jelas dalam interaksi tatap muka dibandingkan dengan media sosial, di mana sebagian besar pengguna hanya mengirim informasi tentang diri mereka sendiri tanpa memberikan umpan balik. Elemen-elemen komunikasi saling terkait perubahan dalam satu elemen dapat memengaruhi elemen lainnya.
Mutual influence dalam komunikasi tatap muka memungkinkan kedua pihak untuk saling mempengaruhi, berbeda dengan media tradisional yang cenderung bersifat linier. Ini menggarisbawahi kompleksitas dan kekayaan interaksi manusia. Komunikasi antarpribadi, baik secara tatap muka maupun daring, memiliki beragam tujuan yang sangat penting.
Pertama, komunikasi ini berfungsi untuk belajar. Melalui interaksi dengan orang lain, kita bisa memahami dunia sekitar kita dan juga mengenali diri kita sendiri. Misalnya, melalui umpan balik dari teman, kita bisa menyadari bagaimana perasaan dan pikiran kita diterima oleh orang lain.
kemudian, komunikasi juga membantu kita untuk berhubungan, berbagi perasaan dan menjalin kedekatan. kita memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan yang dekat, dapat mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kebahagiaan. Selain itu, kita sering kali berusaha untuk mempengaruhi orang lain dalam interaksi kita. Ini bisa berkaitan dengan meyakinkan teman untuk mencoba hal baru atau bergabung dalam suatu kegiatan. Banyak komunikasi sehari-hari kita sebenarnya bersifat persuasif.
Komunikasi juga berfungsi sebagai waktu bermain. Berbincang santai, berbagi lelucon, atau bermain game online memberikan keseimbangan dalam hidup kita dan membantu kita bersantai dari tekanan sehari-hari. Terakhir, kita sering berperan untuk membantu orang lain. Baik dalam konteks profesional maupun pribadi, interaksi kita dapat memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan. Media sosial juga memfasilitasi aspek ini dengan memungkinkan kita untuk meminta dan memberikan bantuan dengan lebih mudah.
Dengan begitu, komunikasi antarpribadi memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pengembangan diri, hubungan sosial, maupun untuk mendukung satu sama lain. Komunikasi antarpribadi memang memiliki sifat ambigu, yang membuat pesan sering kali dapat diartikan dengan lebih dari satu makna. Hal ini terjadi karena kata-kata yang digunakan bisa memiliki interpretasi yang berbeda bagi setiap orang. Misalnya, istilah seperti "segera" atau "sebentar lagi" dapat berarti hal yang berbeda tergantung pada konteks dan individu yang terlibat.
Ambiguitas ini membuat kita tidak bisa langsung menarik kesimpulan tentang niat seseorang. Misalnya, jika seseorang tidak membalas pesan, bisa jadi mereka tidak tertarik, tetapi juga bisa jadi karena kesibukan atau ketidaktahuan. Semua hubungan pasti memiliki ketidakpastian, yang mengarah pada pertanyaan tentang apa yang dapat atau tidak bisa kita katakan, serta bagaimana kita dan pasangan kita melihat hubungan tersebut.
Ada juga yang disebut ambiguitas strategis, di mana seseorang sengaja menyampaikan pesan yang tidak jelas untuk menjaga minat atau menghindari konflik. Ini berguna dalam berbagai situasi, seperti saat memberikan umpan balik yang tidak terlalu menyakitkan atau ketika tidak ingin membuat keputusan yang segera. Dengan begitu, memahami ambiguitas dalam komunikasi sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan meningkatkan kualitas hubungan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H