Mohon tunggu...
Muhammad Dzakwan Deffa
Muhammad Dzakwan Deffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Andalas jurusan ilmu komunikasi

saya seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan ilmu komunikasi di Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penjelasan Opini Landasan Komunikasi Interpersonal

5 Januari 2025   00:04 Diperbarui: 5 Januari 2025   00:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Misalnya, komunikasi di jejaring sosial yang lebih informal seperti Facebook dibandingkan dengan LinkedIn yang lebih formal menunjukkan bahwa konteks sosial dapat membentuk cara kita berkomunikasi.Konteks budaya adalah aspek penting lainnya yang tidak boleh diabaikan. Dengan meningkatnya interaksi antarbudaya, kesadaran akan perbedaan dalam norma dan kebiasaan komunikasi sangat penting.

Misinterpretasi yang terjadi akibat perbedaan budaya dapat mengakibatkan kebingungan atau bahkan konflik. Ini menggarisbawahi pentingnya empati dan penyesuaian dalam cara kita berkomunikasi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Secara keseluruhan, pemahaman tentang konteks komunikasi membantu kita menjadi komunikator yang lebih efektif. Menyadari bagaimana berbagai dimensi ini berinteraksi dapat membantu kita merumuskan pesan yang lebih tepat dan relevan, serta mengurangi kemungkinan miskomunikasi.

Dalam dunia yang semakin global dan terhubung, keterampilan ini menjadi semakin vital untuk membangun hubungan yang baik dan efektif. membahas kompleksitas etika dalam komunikasi interpersonal, dan sangat relevan untuk memahami bagaimana kita menilai perilaku kita dan orang lain. Konsep etika memang melampaui sekadar hukum atau keyakinan pribadi, dan ini menjadi penting dalam konteks komunikasi yang efektif dan bermakna.Pertama, pernyataan pertama menyoroti bahwa hanya karena seseorang merasa bahwa mereka melakukan hal yang benar tidak selalu berarti bahwa tindakan itu etis.

Ini menunjukkan bahwa emosi dan keyakinan pribadi bisa menyesatkan; seseorang dapat merasa dibenarkan dalam melakukan tindakan yang sebenarnya merugikan orang lain. Ini adalah pengingat bahwa etika perlu dievaluasi secara objektif, bukan hanya berdasarkan perasaan individu.

Pernyataan kedua, mengingatkan kita bahwa berbagai agama dan budaya memiliki norma etika yang berbeda. Apa yang dianggap etis dalam satu konteks mungkin tidak demikian dalam konteks lain. Ini penting untuk diingat, terutama dalam komunikasi antarbudaya, di mana pemahaman yang salah bisa menyebabkan konflik atau ketidaknyamanan.

Pernyataan ketiga, menyoroti bahwa legalitas tidak selalu berbanding lurus dengan etika. Banyak tindakan yang legal bisa sangat tidak etis, seperti diskriminasi atau bahkan peperangan. Ini menunjukkan bahwa kita harus mempertimbangkan lebih dari sekadar hukum, saat menilai tindakan.

Pernyataan keempat dan kelima juga menarik, karena mereka menekankan pentingnya dampak sosial dari perilaku kita. Etika seharusnya tidak hanya tentang apa yang dianggap benar oleh mayoritas atau legal, tetapi juga tentang bagaimana tindakan kita memengaruhi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.

Secara keseluruhan, diskusi ini penting dalam membentuk pemahaman etika kita dalam komunikasi interpersonal. Dengan mengevaluasi pernyataan-pernyataan ini, kita dapat membangun kode etik yang lebih kuat dan lebih responsif terhadap konteks sosial dan budaya. Ini mengajak kita untuk berpikir kritis dan reflektif tentang tindakan kita, yang sangat diperlukan dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung.

Diskusi ini sangat penting karena membantu kita memahami bagaimana etika beroperasi dalam konteks yang berbeda. Pernyataan mengenai pandangan mayoritas sering kali tidak mencerminkan moralitas yang sejati adalah poin yang sangat valid. Sejarah telah menunjukkan bahwa tindakan yang dianggap benar oleh mayoritas, seperti pembakaran atau perbudakan, sering kali sangat tidak etis. Ini mengingatkan kita bahwa kita harus tetap kritis terhadap norma sosial dan tidak menerima begitu saja apa yang dianggap "benar" oleh banyak orang.

Dalam konteks ini, pemikiran kritis dan refleksi pribadi menjadi kunci untuk menilai tindakan kita dan orang lain. Diskusi tentang pandangan objektif dan subjektif juga memberikan wawasan yang berharga. Pendekatan objektif menyarankan bahwa ada standar universal untuk etika yang berlaku untuk semua orang dan situasi, sedangkan pendekatan subjektif mengakui bahwa konteks dan budaya memengaruhi bagaimana tindakan dinilai. Kedua perspektif ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pendekatan objektif mungkin memberikan contoh yang lebih konsisten, tetapi bisa saja mengabaikan nuansa dan kompleksitas situasi tertentu.

Sebaliknya, pendekatan subjektif dapat memberi ruang bagi fleksibilitas dan pertimbangan konteks, tetapi berisiko mengarah pada relativisme yang berbahaya. Referensi terhadap kode etik dalam berbagai bidang komunikasi juga menunjukkan bahwa profesionalisme harus selalu disertai dengan pemahaman yang kuat tentang etika. Kode etik ini dapat berfungsi sebagai panduan bagi individu dalam mengambil keputusan yang tepat dalam konteks profesional mereka. Meneliti kode etik dalam profesi yang Anda minati adalah langkah yang sangat baik untuk membangun dasar etis yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun