Mohon tunggu...
Muhammad
Muhammad Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Berbagi gagasan untuk kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pandemi Juga Terjadi di Lautan

28 Februari 2021   13:39 Diperbarui: 1 Maret 2021   22:14 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tepang Salapan. Foto: Instagram/dea.kariza 

Penelitian yang dilakukan oleh Harbor Branch Institute, Florida Atlantic University mengungkapkan tentang kadar polutan berancun yang terkandung dalam lapisan lemak lumba-lumba dan paus. Mereka mengambil sampel dari 83 lumba-lumba dan paus yang terdampar di pesisir pantai Amerika Serikat pada tahun 2012-2018.

Tingkat polutan beracun yang terkandung pada ikan-ikan tersebut berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Polutan itu berasal dari limpasan air yang tercemar atau dari bahan kimia pada plastik sekali pakai yang ‘dikirim’ ke lautan.

Sebagaimana dijelaskan oleh para ilmuwan Harbor Branch Institute, hal ini dapat berdampak terhadap kesehatan biota laut dan manusia.

Dengan adanya fakta bahwa jumlah ‘kiriman’ sampah dan limbah ke lautan yang terus meningkat dari waktu ke waktu, dapat kita simpulkan bahwa tingkat polutan beracun di laut akan terus meningkat. Artinya, semakin banyak ikan yang terkontaminasi polutan beracun.

Parahnya, ‘warga’ laut tidak memiliki lembaga pemerintahan seperti kementerian kesehatan ataupun epidemolog. Sehingga tak akan ada yang berkoar-koar untuk mengingatkan menjaga protokol kesehatan.

Bukankah kini jadi semakin jelas bahwa pandemi di lautan menyebar dengan sangat masif. Toh, pandemi di dunia manusia saja—yang dianggap memiliki peradaban paling maju—dapat terjadi sedemikian masif. Apalagi di kalangan warga laut yang tidak punya kemenkes, epidemolog, aktivis kesehatan, dan sebagainya itu.

Laut punya siapa?

Siapakah pemilik lautan? Saya? Anda? Pemerintah? Penguasa? Aktivis lingkungan?

Aksi saling tunjuk terkait pihak yang harusnya paling bertanggung jawab terhadap masalah di lautan masih sering terjadi. Padahal kita semua berkontribusi dalam perusakan lautan.

Bukankah sampai hari ini kita masih menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari?

Kita tidak bisa berharap pandemi di lautan berhenti dengan sendirinya. Kitalah selaku perusak makhluk yang memiliki akal pikiran, yang harus mengambil inisiatif dan mulai bergerak melakukan perbaikan. Bukan saatnya lagi melakukan aksi saling tunjuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun