Yang menduduki peringkat kedua adalah kepribadian teman-temannya. Sekolah terbaik adalah sekolah yang memiliki lingkungan pertemanan saling mendukung.
Hal yang paling merusak diri siswa dari hubungan pertemanan adalah perilaku bullying. Sekali perilaku tersebut membudaya di sekolah, maka dapat dipastikan akan selalu ada anak yang tidak mampu mencapai performa terbaiknya.
Efek bullying ini memang sangat kejam, dia tidak mengambil nyawa seseorang, tetapi mematikan kepribadian seseorang.
Pada sebuah kesempatan, saya melakukan refleksi bersama para siswa di dalam kelas. Saya mengajukan sebuah pertanyaan, "Apakah kalian semua ingin menjadi anak-anak yang hebat?"
Semuanya menjawab "ya". Maka saya katakan kepada mereka, "Mulai hari ini, hilangkan kebiasaan meledek teman! Karena kebiasaan itu membunuh kemampuan temanmu".
Saya memberikan sebuah contoh nyata yang terjadi di kelas itu. Ada seorang anak yang nilainya rata-rata di bawah standar minimal (KKM). Kebetulan anaknya sedang tidak masuk. Lalu saya tanya kepada para siswa di kelas, "Apa yang bagus dari anak –yang tidak masuk– ini? Gambarnya" jawab mereka serempak.
"Apakah kalian suka meledek gambarnya?" sambung saya. Dengan serempak pula mereka jawab, "Tidaaaaak".
Dapat dibayangkan jika kebiasaan mem-bully lenyap dari sekolah-sekolah kita. Dapat dipastikan, setiap anak akan lebih mudah mengembangkan potensinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa selama bertahun-tahun saya selalu menemukan anak yang memiliki potensi dalam suatu bidang tetapi merasa malu atau takut mengembangkannya karena takut di-bully teman-temannya. Khususnya bagi siswa dengan kepribadian introvert. Mereka membutuhkan rasa aman dan nyaman yang lebih besar.
Faktor lainnya yang menempati peringkat ketiga adalah sarana dan prasarana.