Kondisi seperti ini selalu saja membuat saya resah dan bertanya-tanya, kenapa anak tersebut tidak dapat mengeluarkan kemampuan maksimalnya?
Saya mencoba menganalisis penyebab utamanya. Ada beberapa hal yang menurut saya memiliki andil besar terhadap performa peserta didik tersebut. Secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah.
Jika kita memberikan peringkat pada hal-hal yang memiliki andil besar bagi seorang murid terkait lingkungan sekolah, maka kepribadian guru adalah hal yang menempati posisi pertama.
Kita mungkin masih ingat ketika masih duduk di bangku sekolah, kita akan lebih mudah memahami pelajaran jika gurunya asik dan punya gaya mengajar yang menyenangkan.
Kehadiran guru tersebut dihadiahi teriakan “Horeee”, “Yeeeey”, “Asiiiik”, dan lain sebagainya. Sedangkan ketidakhadirannya menimbulkan keluhan berupa “Yaaaah” yang sangat mendalam sebagai bentuk kekecewaan.
Hal sebaliknya terjadi jika guru yang mengajarnya sama sekali tidak menyenangkan. Seringnya marah-marah, sehingga murid-murid dihantui ketakutan selama pelajaran berlangsung. Bahkan hanya untuk sekadar izin ke toilet. Guru seperti ini biasanya dijuluki guru 'killer'.
Jika kita perhatikan, kelas yang diajar dengan tipikal guru 'killer' memang terlihat sangat tertib dan kondusif. Anak-anak duduk dengan rapi dan terlihat memperhatikan apa yang diajarkan.
Tetapi apakah kondisi tersebut berbanding lurus dengan prestasi yang dicapai? Jika melihat prestasi akademik, kemungkinan besarnya murid-murid bisa mencapai nilai yang cukup baik, bahkan sebagian ada yang sangat baik.
Masalahnya pendidikan tidak hanya tentang nilai dan prestasi akademik lainnya. Lebih penting lagi, pendidikan berkaitan dengan pembentukan kepribadian.
Apakah kondisi kelas yang ‘menakutkan’ dapat berakibat baik pada pembentukan kepribadian anak? Jawabannya tentu saja tidak. Anak butuh tempat yang aman dan nyaman agar prestasinya di bidang akademik dan non-akademik dapat berkembang dengan maksimal. Dan hal itu dapat dicapai di dalam kelas yang menyenangkan.
Tanpa antusiasme, kegiatan bersekolah hanyalah sebuah kisah berjudul ‘rutinitas’.