Mohon tunggu...
MUHAMMAD DIAZ HABIB NAZHIFAN
MUHAMMAD DIAZ HABIB NAZHIFAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi menulis dan menjabarkan apapun yang saya pikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia dan Realitas Sejarahnya

13 November 2024   14:47 Diperbarui: 13 November 2024   14:53 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika manusia melihat suatu peristiwa, mereka menyadari bahwa itu merupakan suatu kenyataan. Dimana, terkadang peristiwa yang mereka alami ada yang terlihat seperti benar-benar terjadi, ada pula yang terlihat seperti mengada-ada.

Tergantung siapa yang melihatnya, dapat kita ketahui bahwa setiap pandangan orang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa. Apalagi kalau itu ada hubungannya dengan suatu peristiwa sejarah.

Dalam realitas sejarah, manusia sebagai objek dan peristiwa sebagai subjek. Dimana, manusia yang menjadi sasaran sejarah atau pokok utama yang memengaruhi sejarah, mempunyai peran penting dalam menentukan jalannya sejarah serta memiliki kehendak dan pengambilan keputusan secara bebas.

Sejarah berkaitan erat dengan suatu peristiwa, dan manusia berkaitan erat dengan sejarah. Tanpa adanya peristiwa pasti tidak akan ada sejarah. Tanpa manusia mengenal adanya sejarah pasti mereka tidak akan mengenal dirinya. serta manusia tidak akan memiliki ingatan tentang masa lalunya.

Di dalam realitas sejarah, terdapat realitas objektif dan subjektif. Dimana, di dalam realitas objektif manusia sebagai objek, dapat menerima dan memiliki pandangan yang sama terhadap suatu peristiwa yang nyata tersebut. Sebab, berdasarkan kenyataan yang ada. Contohnya, seperti indonesia yang merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, dimana itu adalah fakta yang diakui secara luas dan tidak dapat di bantah dengan pandangan serta pendapat pribadi. 

Juga peristiwa kemerdekaan itu memang benar-benar ada, dengan terdapatnya foto jaman ketika kemerdekaan sebagai dokumentasi yang tidak dapat diperdebatkan. 

Sedangkan di dalam realitas subjektif, terdapat realitas subjektif dan intersubjektif. Dimana dalam realitas subjektif, manusia ada yang menerima, ada yang tidak menerima peristiwa tersebut. Serta mereka memiliki pandangannya sendiri. Sebab, berdasarkan pendapat pribadi. Contohnya, seperti ketika terjadi peristiwa gempa bumi dan air mulai surut di sekitar pantai, banyak warga yang melihatnya, merasa takut dan bergegas untuk mencari tempat yang tinggi. Tapi warga yang lainnya, melihat ada ikan yang terdampar ketika air surut, berpandangan bahwa ini kesempatan untuk mengambilnya, tanpa curiga dan khawatir bencana sebesar tsunami akan menghampirinya.

Dan dalam realitas intersubjektif, peristiwa yang dialami tersebut, Di wariskan dari generasi ke generasi. yang dimana, masyarakatnya berbagi pandangan terhadap peristiwa tersebut. Contohnya, pandangan manusia tentang kengerian wabah black death (wabah pes) yang menewaskan hampir sepertiga penduduk eropa. Yang kengeriannya di ceritakan dari generasi ke generasi. Juga wabah lainnya yang pernah terjadi di dunia. Yang juga di ceritakan dari generasi ke generasi. Dimana, pandangan seseorang yang menceritakan wabah tersebut berbeda-beda.

Dalam realitas sejarah ini, suatu peristiwa dapat dilihat dan dipahami dengan cara yang berbeda. Tergantung pada perspektif, persepsi dan pemikiran individu atau kelompok yang melihatnya. Realitas sejarah tersebut mengacu pada pemahaman bahwa sejarah bukanlah suatu fakta yang bisa dibicarakan secara umum. Terkadang fakta tersebut bisa saja bohong dan bukan sesuatu yang nyata. Terkadang juga fakta berdasarkan sudut pandang orang, sangatlah berbeda-beda. Dalam pandangan tersebut, kelompok ataupun pihak yang melihat serta terlibat dalam peristiwa tersebut. Memiliki narasi dan penafsirannya masing-masing.

Oleh karena itu, peristiwa dalam sejarah. Sering terjadi beberapa perdebatan antara para sejarawan. Apalagi bila ahli di bidang lainnya ikut terlibat. Tergantung dari beberapa perbedaan pandangan dan pendapat, peristiwa dalam sejarah tersebut pasti memiliki satu persamaan.

Contoh dari realitas sejarah ini, ketika banyak orang yang memandang peristiwa-peristiwa besar seperti perang, revolusi, atau gerakan tertentu. sebagai tindakan heroik dan yang memang harus dilakukan. Tapi, terkadang sebagian atau sekelompok orang. Ada yang menanggapi itu sebagai tindakan kekerasan dan pembunuhan.

Manusia memiliki banyak pandangan dalam memahami peristiwa tersebut. Apalagi bila peristiwa tersebut bisa dilihat secara langsung. Dalam realitas subjektif, terdapat tiga kerangka. Yaitu peristiwa, persepsi, dan perspektif.

Manusia sebagai objek peristiwa tersebut, dapat diduga sebagai peristiwa yang memang akan terjadi, bila manusia terlibat peristiwa tersebut. 

Contohnya, perang salib yang terjadi karena bantuan paus urbanus II atas permintaan kaisar alexius comnesus, karena kekuasaannya di asia telah di serang oleh bani saljuk di sepanjang pesisir marmora. Bila, paus urbanus II tidak ikut terlibat, pastinya tidak akan terjadi namanya peristiwa perang salib tersebut. 

Manusia sebagai objek persepsi, dapat diduga sebagai pandangan setiap orang yang berbeda-beda terhadap peristiwa yang terjadi. Contohnya, dalam indonesia sendiri, bagi banyak orang indonesia, proklamasi kemerdekaan pada 17 agustus 1945 adalah momen kebanggaan nasional dan simbol perjuangan melawan penjajahan. Namun, bagi beberapa pihak yang terlibat dalam pemerintahan kolonial, peristiwa ini mungkin adalah akhir dari kekuasaan mereka di indonesia.

Manusia sebagai objek perspektif, dapat diduga sebagai sudut pandang yang dialami setiap orang berbeda-beda dalam peristiwa tersebut. Contohnya, dalam perspektif seorang prajurit, perang adalah sesuatu yang mengerikan. Apalagi prajurit tersebut, melihat teman atau rekannya tertembak mati oleh peluru musuh. Mereka juga trauma berat, ketika rakyat sipil yang tidak terlibat Ikut tertembak. 

Sedangkan, dalam perspektif seorang pemimpin dan pejabat, perang adalah sesuatu untuk mempertahankan wilayah negaranya. Tidak peduli siapapun yang tertembak mati, yang penting negaranya aman dari serangan musuh. Apalagi bila menang, mereka dapat menguasai wilayah negara tersebut. Dan yang mati dalam perang tersebut, akan mendapatkan sebuah penghargaan bila mereka ikut berjuang dalam perang tersebut ataupun bagi yang tidak, nama mereka akan dikenang dalam sebuah tugu atau sebuah monumen.

Dalam indonesia sendiri, bagi rakyat dan pejuang, kemerdekaan itu sebagai hasil perjuangan panjang melawan para penjajah seperti belanda dan jepang dalam meraih suatu kebebasan.

Sedangkan bagi belanda, kemerdekaan indonesia sebagai suatu pemberontakan dan tindakan yang melanggar hukum internasional, karena indonesia mengumumkan kemerdekaannya tanpa persetujuan belanda.

Dan untuk jepang, kemerdekaan indonesia sebagai sesuatu yang mereka pahami. Sebab, walaupun mereka menjajah indonesia. Tujuan mereka di indonesia Cuma ingin menghapus penjajahan yang dilakukan oleh orang eropa dan mereka juga membantu indonesia untuk meraih kemerdekaan. Walaupun caranya lebih kejam dari pada belanda waktu menjajah indonesia. Juga mereka membantu indonesia merdeka, untuk mendapatkan dukungan rakyat indonesia dalam melawan sekutu di perang pasifik. Juga sebagai tanda propaganda dan mengurangi perlawanan yang akan terjadi di indonesia.

KESIMPULANNYA

Oleh karena itu, berdasarkan pendapat dan pandangan saya serta beberapa referensi, dapat dikatakan bahwa manusia dan realitas sejarah saling berhubungan satu sama lain. Dimana, tanpa manusia, realitas sejarah tidak akan muncul. Dan pandangan setiap orang terkait peristiwa yang terjadi, tidak akan pernah ada. 

Tanpa realitas sejarah, manusia tidak akan memahami sejarah itu dengan baik dan tidak ada yang memiliki pandangan yang berbeda kepada setiap peristiwa yang terjadi. Hanya di bawa lalu saja, sehingga manusia tak akan mengerti terhadap sesuatu yang terjadi di masa lalu. Juga Sejarah sebagai peristiwa memiliki arti bahwa sejarah merupakan kenyataan atau realitas yang terjadi pada masa lalu. 

Untuk menilai kebenarannya, sebuah peristiwa sejarah harus memiliki bukti-bukti yang menguatkan, seperti saksi mata peristiwa, peninggalan- peninggalan, dokumen dan catatan. Dalam suatu realitas, Manusia juga akan mengerti bahwa, mereka terlibat langsung dalam mengembangkan sejarah, peristiwa, dan perkembangan di negaranya sendiri. 

Dimana, setiap peristiwa yang terjadi dalam suatu realitas sejarah tersebut, dibutuhkan sebuah penggerak, pelaku, dan saksi yang terlibat atau melihat peristiwa tersebut. Jadi, tanpa adanya manusia, maka sejarah juga tidak akan pernah ada. Yang artinya, bahwa manusia menjadi aktor atau pemeran utama yang menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa tersebut. 

Juga manusia adalah objek sekaligus subjek yang menentukan sumber serta arah peristiwa itu akan terjadi. Maka, realitas sejarah adalah sesuatu yang penting bagi manusia dalam menentukan terjadinya sebuah peristiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun