Pada waktu itu, zaid berlari dari setiap lorong-lorong kelas. yang kini setiap orang telah memasukki kelasnya masing-masing. Beberapa suara dosen yang menjelaskan tentang mata pelajarannya terdengar semua. Nafasnya terengah-engah ketika dia harus mencapai kelas yang berada di ujung. Yaitu kelas 1.1 yang merupakan kelas bahasa indonesia.Â
Sesampainya di kelas tersebut, zaid melihat jam di pergelangan tangannya yang terus bergerak. Dan ketika melihat, rupanya jarum jam yang panjang telah menunjukkan ke angka 4 dan jarum pendek telah menunjukkan ke angka 12. Yang berarti sudah jam 16:00. Waktu itu, dalam keadaan yang kelelahan setelah berlari. Zaid duduk di kursi dan melihat di meja dosen tersebut.Â
Sudah duduk seorang dosen yang sedang mempersiapkan dan merapihkan dokumen yang di perlukan sebelum mulai mengajar. Dengan wajah yang tersenyum dan melihat mahasiswa dan mahasiswinya, sambil berdiri. Dosen tersebut berbicara, "baiklah, mahasiswa-mahasiswi sekalian. (Sambil mengerakkan tangannya). minggu depan ada ujian tengah semester. Saya tidak terlalu suka dengan kelas online, tapi suka berinteraksi langsung seperti ini.Â
Jadi sebaliknya, saya ingin kalian semua membuat sebuah cerpen". Para mahasiswa pun kebingungan. "Cerpen? Tugas buat cerita pendek". Padahal, biasanya mereka diberikan tugas buat essai ataupun artikel, tapi kali ini cerpen. Dalam kebingungan mahasiswa tersebut. Dosen menjelaskan bahwa, "topiknya bebas, tidak perlu tebal, cukup tiga sampai lima halaman saja. Terserah kalian mau menulis tentang apa, yang penting ada pesan atau nilai yang bisa diambil. Saya ingin melihat cara berpikir dan kreativitas kalian".
Lanjut dosen berbicara bahwa, "membuat cerpen itu seperti kita sedang memasak. dimana, panci sebagai perantara dan bahan- bahan yang dimasukkan sebagai objek". Dosen melanjutkan bahwa, "saudara harus benar- benar memahami apa itu sebuah cerpen, dengan menggunakan pengalaman serta pemikiran saudara". Dan pembicaraan mengenai tugas cerpen itu berlanjut sampai jam kelas tersebut habis.Â
ketika sudah jam 17.40, zaid pulang dari kampusnya yang ada di limau manis ke rumahnya yang ada di kuranji. Setelah sampai ke rumahnya, zaid pun mulai mandi dan berganti baju. Setelah itu, Zaid mulai memikirkan cerpen apa yang akan dia tuliskan. Ketika itu, ada yang menghubunginya lewat hp dan zaid pun menjawab telepon di hp tersebut.Â
Orang yang menghubungi itu berbicara bahwa, "apakah zaid besok pagi memiliki waktu luang, kalau ada, kami berencana untuk ajak zaid pergi ke bukit lewat jalur hutan". Setelah, berpikir banyak. Zaid pun menyetujuinya. Dan orang tersebut menyuruh untuk tunggu di persimpangan jalan besok pagi serta menyuruh untuk membawa barang dan sebuah tenda kalau ada. Karena katanya, mereka akan pulang di hari minggu siangnya. Setelah percakapan mereka di telepon, zaid pun bergegas untuk tidur.Â
keesokkan paginya, zaid pun mandi, makan dan membereskan barang-barang yang harus di bawa dan memasukkannya semua ke dalam sebuah tas serta tidak lupa untuk membawa sebuah tenda. Dan setelah semua itu, zaid pun berangkat dari rumahnya dengan memakai sebuah motor.Â
Sesampainya di persimpangan jalan, zaid melihat bahwa teman-teman yang berjumlah tiga orang dan meneleponnya tadi sudah sampai duluan dari pada dirinya. Dimana, teman-temannya itu telah membawa motornya masing-masing.Teman-temannya menyapa dan berbicara "hai bagaimana kabarmu" lanjut, berkata "apakah kamu baik-baik saja melakukan perjalanan ini"Dan zaid menjelaskan bahwa dirinya baik-baik saja. Setelah berbicang-bincang, mereka pun melanjutkan perjalanan.Â
Dalam perjalanan, zaid suka berhenti dan menulis cerpennya. Teman yang melihatnya heran dan bertanya-tanya. "Kenapa zaid suka berhenti di jalan" kata temannya. "Oh, setiap lihat pemandangan di sekitar sini membuat saya memiliki ide untuk memasukkannya ke cerpen atau tugas saya ini" kata zaid. "Oh begitu, baguslah. Mana tau dengan melakukan itu, jadi cepat tugasnya selesai" kata temannya. "Tapi walaupun begitu, zaid jangan suka berhenti terus.Â
Nanti tidak akan sampai ke tujuan" kata temannya yang satu lagi. Setelah itu, mereka semua melanjutkan perjalanan dan di setiap perjalanan, zaid sering berhenti. Untuk menulis cerpennya.Â
Beberapa jam kemudian, zaid dan teman-temannya telah sampai di bukit, setelah melewati hutan yang begitu panjang. Dan mereka memvideokan tempat tersebut serta memfotokannya. Juga mereka beristirahat atau makan di sana. Ketika itu, zaid baru menyadari bahwa hari sudah mau malam. Dimana, jam menunjukkan pukul 18.00, setelah tau itu. dan sekarang sabtu serta besok hari libur karena minggu. Zaid dan teman-teman mempersiapkan tenda yang mereka bawa.
Ketika tenda siap. Mereka memasukki barang yang mereka bawa ke tenda tersebut. Ketika semuanya sudah dilakukan, zaid dan teman- teman mencari kayu serta mencari daun untuk mempercepat api nyala. Dan ketika kayu serta daun sudah terkumpul. Mereka menyalakan korek dan membakar kayu serta daun tersebut. Api pun muncul, ketika kayu dan daun di bakar.Â
Setelah itu, mereka berbincang kembali sampai mereka merasa mengantuk. Dan ketika mereka kelelahan. Mereka memasukki tendanya masing-masing dan bersiap untuk tidur.Â
Pada saat itulah, di sebuah langit yang indah serta terang-benderang. Dengan bintang-bintang serta bulan di dekatnya. muncullah sebuah meteor yang jatuh dan masuk ke dalam buku tulis. Yang di dalamnya berisikan sebuah cerpen yang telah di buat oleh zaid setiap dalam perjalanan menuju bukit tersebut.Â
Buku tersebut tiba-tiba bercahaya dan membawa imajinasi yang di tulis oleh zaid di dalam buku tersebut, menjadi sebuah kenyataan atau realitas yang membentuk sebuah ruang dan waktu. Sehingga, cerita yang terdapat di dalam buku tersebut menjadi sebuah kenyataan.Â
Keesokan harinya, zaid terbangun dari tidur dan melihat bahwa bukunya dalam keadaaan terbuka. Dimana, bagi zaid itu adalah hal yang aneh serta beranggapan bahwa buku tersebut ketika malam dalam keadaan tertutup. Ketika itu, zaid keluar dari tendanya dan melihat pemandangan sekitar yang indah.Â
Namun, ada sesuatu yang aneh. Zaid melihat bahwa hari tersebut adalah hari yang sunyi serta melihat bahwa disekitarnya tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ketika zaid mengecek tenda teman-temannya, zaid terkaget. Sebab, teman-temannya tidak berada di dalam tenda, lantas dimanakah teman-temannya berada? Kata zaid.Â
Ketika itu, dia melihat sekelilingnya. zaid menemukan sebuah hutan yang mirip, ketika ia berada dalam perjalanan menuju bukit tersebut. Yang dimana, sebelum memasuki hutan.Â
Zaid mengambil tas berisikan barang-barangnya yang berada di dalam tenda. Dan hanya meninggalkan tendanya saja. Lalu, zaid pun memasuki hutan tersebut.Â
Ketika menelusuri hutan tersebut satu-persatu, zaid menemukan bahwa terdapat jejak yang tidak biasa. Sama seperti cerpen yang ia buat. Dimana, hutan menuju bukit tersebut merupakan sebuah referensi dari cerpennya. Zaid melanjutkan perjalanan. Mulai dari ia bertemu hewan buas seperti ular, harimau ataupun beruang. Tapi, zaid kebingungan kenapa ketiga hewan tersebut tidak menyerangnya. Melainkan hanya mengagetkannya saja.Â
Bukan hanya itu, tapi dia juga berjumpa dengan jalanan yang agak terjal juga dekat dengan sungai dan jurang. Tapi dari semua tantangan yang berbahaya itu, zaid berhasil melewati semuanya.Â
Sampailah zaid di tengah-tengah hutan. Dan zaid pun mulai kelelahan. Sebab, terlalu sering berjalan. Karena itu, zaid pun berhenti sebentar. Zaid pun mengeluarkan barang-barangnya yang berada di dalam tas. Lalu, mengambil makanan serta minuman dan zaid pun istirahat di sana.
Setelah beristirahat sejenak, zaid pun melanjutkan perjalanannya dalam menelusuri hutan tersebut. Dalam perjalanannya itu, dia melihat sebuah bayangan yang lewat di depannya. Penasaran dengan itu, zaid pun mengikuti tempat yang bayangan itu lewati.
Setelah mengikuti jejak bayangan itu, tiba-tiba. bayangan tersebut menampakkan dirinya. Dan zaid pun terkaget dengan kemunculannya itu. Dan setelah zaid perhatikan dengan seksama. Bentuk dan rupa bayangan tersebut mirip dengan cerpen yang ia buat.Â
Dimana, zaid membuat cerpen tentang kemunculan makhluk bayangan ciptaan seorang penulis novel, Yang tiba-tiba hidup dan bergerak sendiri di dunia nyata. Dimana latarnya sama dengan tempat ia berada, serta berdasarkan hutan yang ia lewati bersama temannya untuk menuju bukit.
Setelah tau bahwa cerita pendek yang ia buat, hidup dan menjadi kenyataan. Zaid pun mulai mencari cara, agar cerpennya tidak akan mengacaukan dunianya dan mencari solusi terhadap cerpen yang hidup ini. Ketika sedang memikirkan tentang cara mengatasi cerpen yang hidup tersebut, bayangan itu mulai menyerang zaid dengan segala arah serangan. Zaid pun menghindar dan bertahan dari serangan itu.Â
Namun, tanpa sadar serangan bayangan tersebut. Mengenai bahu serta mukanya. Untunglah hanya sedikit terluka, tidak terlalu dalam dan juga tidak terlalu lebar luka tersebut.Â
Di saat itulah zaid teringat sesuatu, dimana untuk mengalahkan bayangan tersebut di perlukan sebuah obor dengan api yang menyala.Â
Dan zaid pun mengeluarkan obor yang di bawa dari tasnya, serta menyalakan api dengan menggunakan korek yang ia simpan di sakunya.Â
Bayangan tersebut masih menyerangnya dengan lebih cepat dan kuat. Sampai batu yang tidak sengaja kena serangannya pun hancur tak bersisa. Setelah api menyala di obor tersebut, zaid mengarahkan obor tersebut. Ketika bayangan itu hendak mendekatinya.Â
Tiba-tiba bayangan tersebut, terbakar sampai tak bersisa dan tidak ada jejak apapun. Ketika itu pula zaid mendengar suara teriakan teman-temannya yang kesakitan dan meminta pertolonganya. Dengan berkata "tolong kami zaid, kami dalam masalah. Agrrrgh". Zaid yang mendengar itu pun bergegas ke arah suara tersebut berada.
Ketika telah tiba di tempat tersebut, zaid melihat bahwa teman-temannya telah terluka parah. Yang dimana, ada yang setengah badan saja, ada yang tinggal kepala dan ada yang tinggal kaki dan tangan saja. Melihat kejadian tersebut, membuat zaid trauma dan menyesal seumur hidupnya. Karena tidak dapat menyelamatkan teman-temannya dari marabahaya yang datang.
Saat sedang merenungkan kesalahannya serta dalam keadaan bersedih, terdengarlah suara yang memanggilnya. Suara tersebut berkata, "sadarlah zaid. Ini hanyalah sebuah ilusi dan hanya mimpi yang tidak nyata". Setelah suara itu, muncullah suara temannya yang berkata, "bangunlah zaid. Hey, apakah kamu benar-benar tidak sadar dari kemarin".
Dan setelah mendengar suara teman-temannya, zaid pun terbangun dari mimpinya. Dimana, zaid melihat teman-temannya masih hidup dan khawatir dengannya. Ketika itu, teman-temannya menanyakan keadaannya. Dan zaid berkata bahwa dia baik-baik saja. Zaid melihat kearah langit dan ketika itu langit sudah menunjukkan sore hari. Zaid sadar bahwa dia sudah tertidur seharian.Â
Dan selain karena kejadian zaid yang tidak bangun-bangun, teman-temannya juga melihat zaid bertingkah aneh saat tertidur tersebut. Maka, teman-temannya pun memutuskan untuk pulang dari bukit.
Ketika itu sebelum pulang, terlintas di pikiran zaid untuk bertanya sesuatu yang membingungkan ke teman-temannya.Â
Ketika di tanya, teman-temannya pun menjawab bahwa zaid lah yang mengajak mereka. Karena perkataan teman-temannya tersebut, zaid sadar bahwa yang meneleponnya bukan temannya. Melainkan makhluk gaib yang entah bagaimana dia bisa menemukan nomornya. Sebab, suara di telepon itu agak besar dan mengerikan. Berbeda dengan suara temannya. Teman- temannya pun kebingungan dengan perkataan zaid.
Untuk mencairkan suasana, zaid pun berganti topik dan mengajak semua temannya bergegas untuk pulang sebelum malam tiba. Teman-temannya pun setuju dengan itu, dan mereka berempat pun pulang dari bukit tersebut.Â
Sebelum sampai di persimpangan jalan, Mereka melewati hutan kembali Dan sesampainya di persimpangan jalan, mereka pun berpisah. Untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Ketika zaid sampai ke rumah, zaid memasuki kamar dan membuka tas serta melihat buku yang berisikan cerpen di dekat kasur, dimana cerpen tersebut telah siap, sebelum kejadian yang tidak menyenang terjadi. Dan karena mengingat hal tersebut, zaid pun mulai tertidur di kasurnya. sambil memegang buku berisikan cerpen tersebut.Â
Dan cerita pun berahli ketika zaid berhasil mengumpulkan tugas cerpennya kepada dosen bahasa indonesia. Setelah itu cerita berjalan seperti biasanya. Namun, muncul hal tak terduga ketika seseorang misterius ( yang di duga menelepon zaid ketika dia berada di rumahnya) melihat zaid dari kejauhan. Ketika dia sedang berada di kelas 25 bahasa indonesia. Dan cerita pun tamat sampai di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H