Melalui pendekatan Most Similar Systems (MSS), ditemukan bahwa meskipun kedua negara memiliki kesamaan dalam tujuan demokrasi, perbedaan dalam sistem pemerintahan—multipartai di Indonesia versus sistem parlementer dominan di Singapura—berkontribusi pada stabilitas politik yang berbeda. Budaya politik yang lebih terstruktur di Singapura mendukung efisiensi pemerintahan, sedangkan keragaman budaya dan etnis di Indonesia menciptakan tantangan dalam mencapai konsensus.
Pendekatan Most Different Systems (MDS) menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan besar dalam struktur sosial-ekonomi dan sistem sosialisasi politik, kedua negara berhasil mencapai stabilitas politik dengan cara masing-masing. Singapura mengandalkan kontrol pemerintah yang ketat, sementara Indonesia berusaha mempertahankan demokrasi melalui pemilihan umum meskipun menghadapi tantangan seperti korupsi.
Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa tidak ada satu model pemerintahan yang cocok untuk semua negara. Setiap negara harus mempertimbangkan konteks lokalnya dalam merancang sistem pemerintahan yang efektif. Temuan ini memberikan wawasan berharga bagi akademisi dan pembuat kebijakan dalam mengelola tantangan unik masing-masing negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H