Mohon tunggu...
Dani Demup
Dani Demup Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Seni UNU NTB

Book Antusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rutinitas Mendongeng: Meningkatkan Daya Literasi Anak Sekolah Dasar

26 Maret 2023   13:35 Diperbarui: 26 Maret 2023   13:44 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kelas berdongeng hari kamis. dokpri

Dengan  permintaan yang saya ajukan ibu guru Haerani akhirnya mengatur para siswa, sementara saya mengganti baju dengan baju plastic sesuai tema yang akan saya ceritakan. Merasa suara saya sudah cukup besar, membuat saya memilih tidak menggunakan pengeras suara, namun para guru meminta tetap menggunakan pengeras suara saja agar semakin sedap katanya.

Pemilihan tema ini saya rasa relevan bila melihat kedekatan para siswa yang senantiasa bersentuhan setiap hari dengan sampah plastik. Sebenarnya dari awal masuk sekolah kebersihan menjadi salah satu yang menyedot perhatian, bagaimana tidak selepas keluar main biasanya sampah plastik akan bercecer di halaman sekolah, namun yang terjadi tidak demikian di sekolah SDN 29 Mataram. Kebersihan sekolah ini dari sampah plastic cukup terawat dari pola ajar para guru yang selalu menekankan siswanya senantiasa menjaga kebersihan. Sampah yang dibuang sembarangan seorang siswa bila terlihat oleh guru akan diberikan pemahaman dan intruksi untuk membuangnya di tempat sampah yang sudah disediakan.

Pola ajar itupun membuahkan hasil dengan sekolah selalu terlihat bersih, hanya saja belakangan saya melihat sudah mulai siswa siswi selesai makan membuang sembarangan sampah plastik bekas makanannya di kelas, toilet, perpustakaan dan pot-pot bunga yang ada di halaman sekolah. Kejadian ini bukan berarti melemahnya pengawasan guru terhadap siswa-siswinya. Terkadang para siswa selepas makan membuang sampahnya begitu saja, tentunya dengan memperhatikan situasi sekitarnya terlebih dahulu.  Dirasa tidak ada guru yang mengawasi maka dengan cepat ia akan membuang sampah plastik bekas makanannya. Akibatnya akan kita temukan sampah plastik menjadi penghias di dalam pot bunga. Sekilas bila kita lihat dari jauh bunga nampak begitu rapi, indah namun saat kita mendekat maka akan terlihat sampah plastik terselip diantara ranting-ranting bunga dan daun-daun.

Foto : Kelas berdongeng hari rabu. dokpri
Foto : Kelas berdongeng hari rabu. dokpri

Duduk melingkar instruksi guru dilakukan para siswa dengan cukup rapi. Saya berdiri di tengah memperhatikan setiap siswa dengan memutarkan badan mengambil perhatian mereka. Cerita berawal dari seorang lelaki bernama Kancil yang tinggal bersama ibu dan kakaknya bernama Kodo. Semenjak kecil Kancil selalu membantu ibu, yang membuat dia disebut-sebut sebagai anak yang berbakti dengan budi pekerti yang baik, berbanding terbalik dengan Kodo yang hanya suka makan, bermalas-malasan dan tidak suka membantu ibu. Setiap kali Kodo dimintai bantuan oleh ibunya, kodo selalu menolak dan membangkang. Kodo hanya mau menurut kalau diberikan makanan, Jeleknya kodo selain suka makan dia juga memiliki kebiasaan membuang sembarangan bekas makanannya (Sampah Plastik) ke suangai yang berada di belakang rumahnya. Dari kedua sifat Kodo inilah  perjalanan awal  petaka dimulai.

Para siswa dengan wajah serius terus saja menatap kearah saya, setiap bagian cerita didengarnya secara seksama. Wajah serius sesekali tertawa menghiasi dongeng yang saya sampikan pagi itu. Menuju ketegangan wajah yang tadinya tertawa serius kembali, wajah yang serius tatkala cerita menjadi lucu tertawa lagi begitu seterusnya. Meski demikian adanya ada juga dari siswa yang masih asik sendiri. Tidak bisa dipungkiri tantangan berdongeng di luar ruangan pastinya memiliki tantangan lebih jikalau dibandingkan di dalam ruanagan. Meski demikian masih dalam kadar yang sewajarnya.

Diakhir cerita, Kodo menyesali perbuatannya yang suka membangkang kepada ibunya, dan sifatnya yang suka membuang sampah sembarangan. Murka Tuhan yang ditimbulkan dari sifat membangkangnya itu membuat Tuhan menghadirkan tersumbatnya sungai dengan sampah plastik dari sisa makanan yang selama ini ia makan. Banjir pun terjadi, ibu dan saudaranya meninggal tenggelam, menyisakan Kodo seorang. Saudaranya yang selalu menamaninya, ibu yang menyayanginya kini telah tiada. Hiduplah ia seorang diri penuh penyesalan, mengutuk diri sepanjang waktu menyesali perbuatannya. Kesendirianya yang sepi membuat Kodo bertekat merubah diri menjadi manusia yang leih baik.  Ceritapun berakhir.

Sebelum kelas berdongeng selesai, siswa yang menangkap inti sari dari dongeng yang saya sampaikan menyuarakan pelajaran hidup seperti apa yang didapat dari dongeng tersebut. Berbagai macam tanggapan yang diutarakan para siswa, mulai dari tidak boleh melawan orang tua, tidak boleh membuang sampah plastik sembarangan, menjaga perasaan orang lain dll.

Keesokan harinya pada hari kamis program mendongeng dilanjutkan untuk kelas 4, 5 dan 6. Pengarahan jadwal sebelum belajar di hari kamis sudah menjadi rutinitas, seperti senam yang dilakuan di hari rabu. Selesai ibu Haerani memberikan pengarahan, kelas 1, 2 dan 3 di perintahkan memasuki kelas memulai kegiatan belajar mengajar. Kelas 4, 5 dan 6 berbaris lalu duduk setengah lingkaran di depan bendera merah putih. Kelas 6 yang awalnya ikut mendengarkan dongeng yang saya sampaikan harus absen lantaran hari itu kelas enam melakukan ujian praktik. Mendengar himbauan itu membuat siswa yang tergabung di kelas 6 hanya bisa menggerutu dengan suara yang terdengar namun tidak jelas. Semangat mereka ingin mendengarkan cerita tentang Daz yang belum selesai saya sampaikan dikelasnya tempo hari membuatnya terus menagih, rasa penasaran yang berkecamuk itulah membuat mereka sangat antusias untuk mendengarkan lanjutan cerita Daz tersebut. Sayangnya hari itu tidak bisa terrealisasi. Mungkin dilain waktu kita akan menjadwalkan melanjutkan cerita yang belum selesai itu. Tetap semangat, kakak akan menunggu kabar baik dari adik-adik dalam menyelesaikan semua soal dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Foto : Kelas berdongeng hari kamis. dokpri
Foto : Kelas berdongeng hari kamis. dokpri

Belum mulai berdongeng, namun kelas 4 dan 5 sudah meminta cerita yang bergenre horor. Beberapa judul cerita saya tawarkan, mulai dari Putri Mandalika, Tanjung Menangis, Cupak Gerantang namun tak satupun menggoyahkan keinginan mereka memilih cerita horror. Keinginan yang begitu kuat dari siswa membuat saya mengiyakan keinginan itu. Meski demikian poin-poin tentang literasi, numerasi dan Pendidikan Pancasila menjadi titik penting yang selalu saya sampaikan secara tersirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun