Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketahanan Pangan Nasional: Solusi atau Retorika?

14 Januari 2025   11:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   11:05 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini membuat masyarakat mempertanyakan sejauh mana ketahanan pangan benar-benar menjadi prioritas nasional, atau hanya menjadi alat pencitraan politik. Ketahanan pangan juga kerap kali dipandang hanya dari sisi produksi, sementara aspek distribusi dan aksesibilitas diabaikan. 

Fokus yang terlalu besar pada peningkatan hasil panen tanpa memperbaiki sistem logistik dan infrastruktur menyebabkan ketimpangan pasokan pangan di berbagai daerah. Akibatnya, daerah tertentu mengalami surplus pangan, sementara daerah lain justru menghadapi kelangkaan.

Langkah Nyata untuk Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan

Untuk menjadikan ketahanan pangan sebagai solusi nyata, pendekatan yang lebih terintegrasi dan berpihak pada petani harus menjadi prioritas. Ketahanan pangan tidak dapat dicapai hanya melalui kebijakan makro atau proyek besar yang berorientasi pada hasil jangka pendek. 

Pendekatan yang lebih terintegrasi harus mencakup seluruh rantai pasok pangan, mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi. Ini berarti memperhatikan semua aspek yang memengaruhi ekosistem pangan, termasuk kesejahteraan petani, keberlanjutan lingkungan, dan akses masyarakat terhadap pangan yang berkualitas.

Salah satu langkah penting adalah memberdayakan petani kecil sebagai pilar utama produksi pangan. Pemerintah perlu memberikan akses yang lebih luas kepada petani terhadap lahan, modal, dan teknologi. Program pelatihan juga harus ditingkatkan agar petani mampu mengadopsi metode pertanian modern yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 

Selain itu, kebijakan subsidi dan insentif harus diarahkan dengan tepat sasaran, memastikan bahwa petani kecil dapat memanfaatkan bantuan tersebut tanpa terhalang oleh birokrasi yang rumit.

Di sisi distribusi, infrastruktur logistik harus menjadi prioritas. Jalan, gudang penyimpanan, dan sistem transportasi yang memadai dapat memastikan bahwa hasil panen tidak terbuang sia-sia dan dapat menjangkau konsumen di berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil. 

Digitalisasi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi distribusi, seperti melalui platform e-commerce pangan yang menghubungkan petani langsung dengan konsumen.

Kesimpulan

Ketahanan pangan bukanlah sekadar jargon, melainkan kebutuhan mendesak yang menyangkut kedaulatan bangsa. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki sektor pertanian yang potensial, Indonesia seharusnya mampu menjadi bangsa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun