Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hustle Culture Sudah Usang? Mengapa 'Soft Living' Kini Jadi Idaman

5 Januari 2025   11:38 Diperbarui: 5 Januari 2025   11:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hustle culture (sumber gambar: kitalulus.com)

"Dalam beberapa tahun terakhir, istilah hustle culture menjadi simbol kehidupan modern, bekerja keras, lembur, dan mengejar produktivitas tanpa henti."

Budaya ini mengagungkan kesibukan sebagai tanda kesuksesan, dengan slogan seperti "grind now, shine later" yang menggema di media sosial. Kalender penuh, jam kerja panjang, dan waktu istirahat yang minim dianggap sebagai kebanggaan, seolah-olah hidup kita hanya dinilai dari seberapa banyak hal yang dapat dicapai dalam waktu singkat.

Namun, di balik semangat tinggi ini, ada sisi gelap yang sering diabaikan. Banyak individu mulai merasa terjebak dalam lingkaran kelelahan, kehilangan makna hidup, dan jauh dari keseimbangan emosional. Burnout menjadi epidemi, sementara kebahagiaan sejati tampak semakin sulit digapai. 

Di sinilah muncul dorongan untuk melawan arus dan mencari cara hidup yang lebih manusiawi: soft living.

Apa Itu Soft Living?

Soft living adalah pendekatan hidup yang mengutamakan kualitas hidup daripada kuantitas hasil. Gaya hidup ini mengajak kita untuk memperlambat ritme, menikmati momen kecil, dan melepaskan tekanan untuk selalu produktif. Di tengah budaya yang sering mengukur nilai diri dari pencapaian, soft living menawarkan perspektif berbeda, hidup bukan hanya tentang apa yang kita capai, tetapi juga tentang bagaimana kita merasa dan menikmati prosesnya.

Pendekatan ini bukan berarti menyerah pada ambisi atau berhenti bekerja keras, melainkan belajar untuk hidup dengan lebih sadar dan penuh keseimbangan. Alih-alih membanjiri hari dengan daftar tugas yang panjang, soft living mendorong kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, baik itu waktu bersama keluarga, menjaga kesehatan, atau sekadar menikmati kesenangan sederhana seperti membaca buku favorit atau berjalan di taman.

Mengapa Soft Living Jadi Idaman?

Salah satu alasannya adalah kelelahan yang ditimbulkan oleh hustle culture. Banyak orang merasa terjebak dalam lingkaran tanpa akhir antara pekerjaan, tuntutan sosial, dan ekspektasi diri yang tidak realistis. Kondisi ini menyebabkan burnout, kecemasan, dan berkurangnya kepuasan hidup. Soft living muncul sebagai solusi untuk mengembalikan keseimbangan, memberikan ruang bagi istirahat, dan memprioritaskan kesejahteraan pribadi.

Pandemi juga menjadi salah satu pemicu perubahan ini. Ketika banyak orang dipaksa untuk melambat selama lockdown, mereka mulai menyadari bahwa hidup yang terlalu sibuk sering kali membuat mereka kehilangan momen-momen penting dalam hidup. Fokus bergeser dari mengejar status dan kesuksesan material menjadi pencarian kebahagiaan yang lebih sederhana dan bermakna.

Selain itu, generasi muda seperti Gen Z dan milenial semakin vokal dalam menolak tekanan budaya kerja yang berlebihan. Mereka lebih memilih pekerjaan yang fleksibel, waktu untuk eksplorasi diri, dan gaya hidup yang memungkinkan mereka untuk merawat kesehatan mental. Soft living menjadi pilihan alami karena nilai-nilainya yang selaras dengan kebutuhan ini, menenangkan, realistis, dan penuh perhatian terhadap diri sendiri.

Tren ini juga didorong oleh kesadaran akan pentingnya hidup berkelanjutan. Dalam soft living, orang cenderung memilih kualitas daripada kuantitas---bukan hanya dalam hal pencapaian, tetapi juga dalam konsumsi. Hal ini mencakup segala hal mulai dari mengurangi belanja impulsif hingga memprioritaskan hubungan yang tulus daripada jaringan sosial yang dangkal.

Cara Memulai Soft Living

Memulai soft living tidak memerlukan perubahan besar secara tiba-tiba, melainkan langkah-langkah kecil yang dilakukan dengan konsisten. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali ritme hidup yang saat ini Anda jalani. Apakah Anda terlalu sibuk, sering merasa lelah, atau merasa kehilangan makna dari apa yang dikejar? Refleksi ini akan membantu Anda menyadari area yang perlu diubah.

Mulailah dengan menetapkan batasan yang sehat, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Belajarlah untuk berkata "tidak" pada hal-hal yang tidak sesuai dengan prioritas Anda. Misalnya, hindari mengambil terlalu banyak tugas tambahan di luar kapasitas Anda. Selain itu, penting untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri, seperti membaca, berjalan santai, atau sekadar menikmati secangkir teh tanpa distraksi.

Kurangi kebiasaan multitasking yang sering kali justru menambah stres. Fokuslah pada satu tugas dalam satu waktu, dan nikmati prosesnya. Jika memungkinkan, evaluasi kembali rutinitas harian Anda dan sisihkan waktu untuk kegiatan yang membuat Anda merasa bahagia, seperti mengejar hobi atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih.

Selain itu, cobalah untuk melepaskan kebutuhan akan validasi dari luar. Jangan terlalu memikirkan standar kesuksesan yang ditentukan oleh orang lain. Alih-alih, tentukan apa yang benar-benar penting bagi Anda dan kejar itu dengan cara yang tidak mengorbankan kesehatan mental atau emosional Anda.

Era hustle culture mungkin sudah mulai bergeser. Semakin banyak orang menyadari bahwa hidup yang hanya berfokus pada pencapaian tanpa henti tidak selalu membawa kebahagiaan. Sebaliknya, soft living menawarkan pendekatan yang lebih sehat dan penuh makna, di mana keseimbangan, kesederhanaan, dan perhatian pada diri sendiri menjadi prioritas utama.

Perubahan ini menunjukkan bahwa kita tidak harus mengikuti standar masyarakat yang selalu mengutamakan produktivitas. Kita berhak menentukan cara hidup yang membuat kita merasa utuh dan bahagia. Pada akhirnya, kehidupan bukanlah tentang seberapa cepat kita berlari, tetapi bagaimana kita menikmati perjalanan.

Jadi, apakah Anda siap untuk melambat, melepaskan tekanan, dan mulai menjalani hidup yang lebih lembut? Pilihan ada di tangan Anda. Mungkin ini saatnya untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan memulai langkah baru menuju kehidupan yang lebih tenang dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun