Selain itu, generasi muda seperti Gen Z dan milenial semakin vokal dalam menolak tekanan budaya kerja yang berlebihan. Mereka lebih memilih pekerjaan yang fleksibel, waktu untuk eksplorasi diri, dan gaya hidup yang memungkinkan mereka untuk merawat kesehatan mental. Soft living menjadi pilihan alami karena nilai-nilainya yang selaras dengan kebutuhan ini, menenangkan, realistis, dan penuh perhatian terhadap diri sendiri.
Tren ini juga didorong oleh kesadaran akan pentingnya hidup berkelanjutan. Dalam soft living, orang cenderung memilih kualitas daripada kuantitas---bukan hanya dalam hal pencapaian, tetapi juga dalam konsumsi. Hal ini mencakup segala hal mulai dari mengurangi belanja impulsif hingga memprioritaskan hubungan yang tulus daripada jaringan sosial yang dangkal.
Cara Memulai Soft Living
Memulai soft living tidak memerlukan perubahan besar secara tiba-tiba, melainkan langkah-langkah kecil yang dilakukan dengan konsisten. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali ritme hidup yang saat ini Anda jalani. Apakah Anda terlalu sibuk, sering merasa lelah, atau merasa kehilangan makna dari apa yang dikejar? Refleksi ini akan membantu Anda menyadari area yang perlu diubah.
Mulailah dengan menetapkan batasan yang sehat, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Belajarlah untuk berkata "tidak" pada hal-hal yang tidak sesuai dengan prioritas Anda. Misalnya, hindari mengambil terlalu banyak tugas tambahan di luar kapasitas Anda. Selain itu, penting untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri, seperti membaca, berjalan santai, atau sekadar menikmati secangkir teh tanpa distraksi.
Kurangi kebiasaan multitasking yang sering kali justru menambah stres. Fokuslah pada satu tugas dalam satu waktu, dan nikmati prosesnya. Jika memungkinkan, evaluasi kembali rutinitas harian Anda dan sisihkan waktu untuk kegiatan yang membuat Anda merasa bahagia, seperti mengejar hobi atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih.
Selain itu, cobalah untuk melepaskan kebutuhan akan validasi dari luar. Jangan terlalu memikirkan standar kesuksesan yang ditentukan oleh orang lain. Alih-alih, tentukan apa yang benar-benar penting bagi Anda dan kejar itu dengan cara yang tidak mengorbankan kesehatan mental atau emosional Anda.
Era hustle culture mungkin sudah mulai bergeser. Semakin banyak orang menyadari bahwa hidup yang hanya berfokus pada pencapaian tanpa henti tidak selalu membawa kebahagiaan. Sebaliknya, soft living menawarkan pendekatan yang lebih sehat dan penuh makna, di mana keseimbangan, kesederhanaan, dan perhatian pada diri sendiri menjadi prioritas utama.
Perubahan ini menunjukkan bahwa kita tidak harus mengikuti standar masyarakat yang selalu mengutamakan produktivitas. Kita berhak menentukan cara hidup yang membuat kita merasa utuh dan bahagia. Pada akhirnya, kehidupan bukanlah tentang seberapa cepat kita berlari, tetapi bagaimana kita menikmati perjalanan.
Jadi, apakah Anda siap untuk melambat, melepaskan tekanan, dan mulai menjalani hidup yang lebih lembut? Pilihan ada di tangan Anda. Mungkin ini saatnya untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan memulai langkah baru menuju kehidupan yang lebih tenang dan bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H