5. Pastikan Tidak Ada Unsur Paksaan atau Penipuan
Pastikan bahwa perjanjian utang-piutang dilakukan tanpa adanya unsur paksaan atau penipuan. Kedua belah pihak harus memberikan persetujuan secara sukarela dan tanpa tekanan.Â
6. Gunakan Jasa Pengacara Jika Perlu
Jika transaksi utang-piutang melibatkan jumlah yang sangat besar atau terdapat klausul-klausul yang rumit, ada baiknya untuk meminta bantuan pengacara yang berpengalaman. Pengacara dapat membantu Anda merancang perjanjian yang sesuai dengan hukum yang berlaku dan memastikan bahwa seluruh prosedur dilakukan dengan benar.Â
7. Pahami Hak dan Kewajiban Anda
Sebelum menandatangani perjanjian utang-piutang, pastikan Anda benar-benar memahami hak dan kewajiban Anda sebagai pemberi atau penerima utang. Jangan ragu untuk meminta penjelasan lebih lanjut mengenai bagian-bagian yang belum Anda mengerti.Â
Dalam kesimpulannya, meskipun kwitansi hutang sering digunakan sebagai bukti dalam transaksi utang, kenyataannya dokumen ini tidak selalu sah dan kuat di mata hukum. Agar transaksi utang-piutang Anda diakui secara sah, penting untuk memastikan kwitansi memenuhi persyaratan hukum yang berlaku dan melengkapinya dengan perjanjian tertulis yang jelas, bukti pembayaran, serta melibatkan saksi atau notaris jika perlu.Â
Dengan langkah-langkah ini, Anda dapat melindungi hak Anda dan menghindari potensi masalah hukum di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H