Tidak hanya itu, penggunaan perangkat elektronik seperti ponsel, komputer, dan televisi dalam jangka waktu lama juga berdampak pada kualitas tidur. Banyak anak muda yang terjebak dalam kebiasaan begadang karena terpaku pada layar gadget, baik untuk bekerja maupun hiburan.Â
Kurang tidur dalam waktu panjang dapat menyebabkan stres kronis, gangguan metabolisme, dan tekanan darah tinggi, yang semuanya dapat mempercepat kerusakan pada pembuluh darah.
Tekanan Hidup dan Stres Berlebihan
Stres yang tinggi akibat tekanan pekerjaan, pendidikan, atau hubungan sosial juga menjadi faktor penting dalam meningkatnya risiko stroke di kalangan anak muda. Dalam era yang serba cepat dan kompetitif ini, banyak anak muda merasa terbebani oleh ekspektasi yang tinggi, baik dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Tekanan untuk mencapai kesuksesan sering kali membuat mereka mengabaikan kesehatan mental dan fisik.
Stres kronis dapat memicu peningkatan hormon kortisol, yang jika dibiarkan terus-menerus, dapat menyebabkan hipertensi, gangguan irama jantung, dan peradangan pada pembuluh darah. Kondisi ini secara perlahan melemahkan sistem kardiovaskular, meningkatkan risiko serangan stroke mendadak. Selain itu, banyak anak muda yang mencoba mengatasi stres dengan cara yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, atau makan secara emosional, yang justru memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Ironisnya, teknologi yang seharusnya membantu mengurangi beban sering kali menjadi penyebab tambahan stres. Misalnya, media sosial dapat memicu tekanan sosial dan rasa cemas akibat perbandingan hidup dengan orang lain. Semua ini menciptakan siklus stres yang sulit diatasi tanpa kesadaran dan langkah aktif untuk mengelolanya.
Kurangnya Kesadaran dan Pemeriksaan Kesehatan
Banyak anak muda merasa sehat dan tidak memeriksakan kondisi tubuhnya secara rutin. Mereka sering kali menganggap bahwa stroke dan penyakit serius lainnya hanya terjadi pada orang yang lebih tua, sehingga merasa tidak perlu menjalani pemeriksaan kesehatan. Padahal, banyak kondisi yang menjadi faktor risiko stroke, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes, sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.
Kondisi ini dikenal sebagai "silent killer" karena berkembang secara perlahan tanpa disadari, hingga akhirnya memicu serangan stroke secara mendadak. Tanpa pemeriksaan rutin, banyak anak muda yang tidak menyadari bahwa mereka sudah memiliki tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol yang melebihi batas normal. Bahkan, gejala seperti sering sakit kepala, kelelahan, atau pusing sering dianggap sepele dan tidak dikaitkan dengan risiko kesehatan yang lebih besar.
Selain itu, kurangnya edukasi tentang pentingnya pencegahan juga menjadi penyebab utama. Banyak anak muda yang belum memahami bahwa pemeriksaan kesehatan rutin tidak hanya untuk mendeteksi penyakit, tetapi juga untuk mencegahnya berkembang lebih jauh.Â
Faktor Genetik dan Penyakit Bawaan