Ketika masyarakat terlibat, mereka dapat memberikan perspektif lokal yang sangat berharga, serta menciptakan rasa memiliki terhadap proyek-proyek keberlanjutan yang dilaksanakan. Edukasi menjadi langkah pertama dalam membangun keterlibatan masyarakat.Â
Warga yang memiliki pemahaman yang baik mengenai pentingnya keberlanjutan lebih cenderung untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi konsumsi energi, dan mengelola sampah dengan lebih efisien.Â
Program-program edukasi yang menyentuh aspek sehari-hari, seperti pengelolaan sampah rumah tangga, penggunaan transportasi ramah lingkungan, dan pemanfaatan energi terbarukan, akan menciptakan budaya keberlanjutan di tingkat individu maupun komunitas.
Pemerintah dan pihak terkait perlu menyediakan wadah bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan, mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Forum komunitas, pertemuan warga, dan platform digital dapat menjadi sarana yang efektif untuk mendiskusikan isu-isu kota dan mengumpulkan masukan dari masyarakat.Â
Dengan cara ini, proyek pembangunan yang dilaksanakan akan lebih inklusif dan sesuai dengan kebutuhan serta keinginan warga, sehingga meminimalisir potensi penolakan dan menciptakan rasa tanggung jawab bersama.
Partisipasi masyarakat juga dapat diperluas dalam bentuk kolaborasi dalam kegiatan pemeliharaan lingkungan. Misalnya, melalui program penghijauan bersama, pemeliharaan taman kota, atau pengelolaan area terbuka hijau yang dilakukan oleh kelompok-kelompok warga.Â
Kegiatan semacam ini tidak hanya memberikan manfaat ekologis, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga, meningkatkan rasa kebersamaan, dan membangun komunitas yang lebih peduli terhadap keberlanjutan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi juga sangat penting untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan.Â
Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam ekonomi hijau, seperti pertanian urban, energi terbarukan, atau bisnis berbasis limbah, dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan perekonomian yang ramah lingkungan. Inisiatif-inisiatif lokal ini dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru, sekaligus memperkuat perekonomian lokal dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang semakin menipis.
Revolusi kota yang berkelanjutan juga memerlukan kolaborasi antar berbagai sektor. Pencapaian tujuan kota berkelanjutan tidak bisa terwujud hanya melalui upaya dari satu pihak saja, melainkan harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat. Kolaborasi ini akan memastikan bahwa setiap aspek pembangunan kota, mulai dari kebijakan hingga implementasi, dapat berjalan secara harmonis dan efektif.
Pemerintah memiliki peran utama dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Melalui peraturan dan kebijakan yang tepat, pemerintah dapat menciptakan kerangka kerja yang mengatur penggunaan lahan, pengelolaan sumber daya alam, serta perlindungan lingkungan.Â
Kebijakan yang mengutamakan efisiensi energi, pengurangan emisi karbon, serta pembangunan infrastruktur hijau menjadi landasan penting dalam mewujudkan kota berkelanjutan. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk memfasilitasi kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta memberikan insentif bagi sektor swasta untuk berinvestasi dalam infrastruktur ramah lingkungan, seperti transportasi publik berbasis listrik, bangunan hijau, dan energi terbarukan.