Selain penyu, banyak ikan dan burung laut yang juga tertipu dengan plastik, menganggapnya sebagai makanan atau tempat berlindung. Plastik yang tertelan tidak hanya menyebabkan gangguan pencernaan, tetapi juga dapat mengganggu kemampuan mereka untuk bertahan hidup, mengurangi daya saing dalam mencari makanan, atau bahkan merusak organ-organ internal mereka.
Di sisi lain, sampah plastik yang lebih besar, seperti jaring atau kantong plastik, sering kali menyebabkan satwa laut terjebak. Jaring ikan yang terbuang dapat membentuk perangkap maut, di mana satwa laut terjerat dan tidak dapat melepaskan diri.Â
Hal ini menyebabkan cedera serius, kelaparan, dan kematian. Ancaman ini semakin besar bagi spesies yang terancam punah, seperti penyu hijau dan burung laut tertentu, yang semakin kesulitan bertahan hidup akibat dampak sampah plastik di pesisir dan laut.
Kerusakan pada Terumbu Karang dan Ekosistem Laut
Sampah plastik yang terdampar di pesisir pantai juga dapat merusak terumbu karang, yang merupakan salah satu ekosistem paling kaya di laut. Terumbu karang memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, sebagai tempat berlindung dan berkembang biak bagi berbagai spesies laut.Â
Namun, sampah plastik yang terdampar di dekat terumbu karang dapat menghalangi aliran air yang bersih dan memperburuk kualitas air di sekitarnya. Ketika plastik menutupi permukaan terumbu, hal ini menghalangi sinar matahari yang diperlukan oleh alga yang hidup dalam simbiosis dengan karang untuk fotosintesis. Tanpa fotosintesis, karang akan kekurangan energi, yang menyebabkan pemutihan karang dan akhirnya kematian karang tersebut.
Selain itu, sampah plastik yang terdampar bisa menyebabkan fisik kerusakan pada terumbu karang. Jaring plastik, botol, dan kantong plastik dapat tersangkut pada struktur karang, merobek atau menghancurkan bagian-bagian terumbu yang rapuh. Kerusakan fisik ini dapat memperlambat kemampuan terumbu untuk pulih dan berkembang, mengurangi keberagaman hayati yang sangat bergantung pada habitat tersebut.Â
Terumbu karang yang rusak juga meningkatkan kerentanannya terhadap ancaman lain, seperti perubahan iklim dan peningkatan suhu laut, yang semakin memperburuk kondisi ekosistem laut secara keseluruhan.
Mikroplastik dan Pencemaran Laut
Ketika plastik terurai menjadi potongan-potongan kecil, mikroplastik terbentuk. Mikroplastik adalah partikel plastik yang berukuran sangat kecil, biasanya kurang dari 5 milimeter, yang dapat terbentuk dari pecahan plastik besar yang terdegradasi akibat paparan sinar matahari, air laut, dan gesekan dengan pasir atau batuan di pantai.Â
Mikroplastik ini sangat sulit terdeteksi dan dapat tersebar luas di laut, mengalir dengan arus air atau mengendap di dasar laut. Sebagian besar mikroplastik ini berasal dari sampah plastik yang hancur di laut, namun mikroplastik juga dapat berasal dari produk seperti kosmetik, pakaian sintetis, dan ban kendaraan yang tergerus oleh penggunaan sehari-hari.