Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menghidupkan Budaya Dongeng, Menanamkan Karakter Anak Sejak Dini

24 November 2024   10:55 Diperbarui: 24 November 2024   10:58 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak mendengar cerita dongeng menjelang tidur (freepik)

"Dalam fase tumbuh kembang anak usia dini, penanaman karakter menjadi hal utama yang tidak dapat diabaikan."

Periode usia 0-8 tahun, seperti yang didefinisikan oleh National Association for the Education of Young Children (NAEYC), merupakan masa sensitif di mana anak belajar banyak hal melalui melihat, mendengar, dan mempraktikkan. Oleh karena itu, perhatian khusus diperlukan dalam membentuk karakter anak, baik melalui peran guru di sekolah maupun orang tua di rumah.

Salah satu cara efektif yang dapat diterapkan untuk menanamkan karakter adalah melalui kegiatan mendongeng. Dongeng, sebagaimana didefinisikan dalam KBBI, adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, namun menjadi media yang kaya pesan moral, sosial, budaya, dan nilai-nilai kehidupan lainnya. 

Nilai-nilai tersebut dikemas dengan menarik melalui karakter dan alur cerita yang mudah dipahami anak. Selain membentuk karakter, mendongeng juga meningkatkan kemampuan literasi, imajinasi, dan kecerdasan anak.

Peran Dongeng dalam Penanaman Karakter Anak

Dongeng tidak sekadar menjadi hiburan, tetapi juga menjadi alat edukasi yang penuh makna karena mampu menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang mudah diterima oleh anak-anak. Cerita dalam dongeng sering kali mengandung konflik dan solusi yang mengajarkan anak tentang nilai kehidupan, seperti kejujuran, keberanian, kerja keras, dan empati. Dengan menyisipkan pesan-pesan moral dalam alur cerita, anak secara tidak langsung belajar bagaimana menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan nyata.

Selain itu, dongeng juga membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Saat mendengarkan cerita, anak diajak untuk membayangkan situasi, memahami tindakan para tokoh, dan menilai apakah tindakan tersebut benar atau salah. Hal ini melatih mereka untuk mengambil keputusan dan membentuk pandangan hidup yang lebih matang.

Tidak hanya itu, dongeng juga memupuk kecintaan anak terhadap literasi sejak dini. Ketika anak mendengarkan atau membaca dongeng, mereka mulai mengenal kosakata baru, memahami struktur cerita, dan mengeksplorasi dunia imajinasi yang memperkaya pengalaman belajar mereka. 

Menurut Hipnoterapis, Dr. MTh. Widya Saraswati CCH., CT ucapan atau kalimat-kalimat positif dapat mudah didengar anak menjelang tidur. "Menjelang tidur merupakan momentum paling tepat untuk menyugesti hal positif pada anak (teknik hipnoterapi). Karena saat ini tubuh rileks dan pikiran alam bawah sadar dapat menerima dengan baik," jelas Widya seperti ditulis Kamis (11/7/2013). (Sumber: liputan6.com)

Dalam kondisi ini, dongeng yang mengandung nilai-nilai moral dan pesan positif dapat membantu memperkuat pembentukan karakter anak dengan cara yang alami dan menyenangkan.

Momentum mendongeng sebelum tidur juga berfungsi sebagai "ritual" yang menandakan waktu istirahat, sehingga membantu anak mengatur pola tidur yang lebih teratur. Anak yang terbiasa dengan rutinitas mendongeng sebelum tidur cenderung lebih disiplin dan memiliki waktu tidur yang cukup. 

Membangkitkan Kembali Budaya Dongeng

Membangkitkan kembali budaya dongeng adalah upaya yang sangat penting untuk memastikan tradisi ini tetap hidup dan memberikan manfaat bagi generasi masa kini. Di tengah arus modernisasi yang cenderung menggeser kebiasaan tradisional, langkah-langkah kreatif diperlukan agar dongeng tetap relevan dan menarik bagi anak-anak.

1. Mengintegrasikan Dongeng ke dalam Kehidupan Keluarga

Membangkitkan budaya dongeng dapat dimulai dari rumah. Orang tua bisa menjadikan mendongeng sebagai bagian dari rutinitas harian, misalnya sebelum tidur. Dongeng tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk mendidik dan mempererat hubungan emosional antara orang tua dan anak. Cerita yang relevan dengan pengalaman atau tantangan yang dihadapi anak juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral secara halus.

2. Mendongeng di Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah tempat yang ideal untuk menghidupkan kembali dongeng. Guru bisa memanfaatkan dongeng sebagai metode pembelajaran interaktif di berbagai mata pelajaran. Misalnya, menggunakan dongeng dalam pelajaran sejarah untuk menjelaskan peristiwa masa lalu atau dalam pelajaran sains untuk menggambarkan fenomena alam secara sederhana dan menarik. Kegiatan mendongeng juga bisa diintegrasikan dalam program literasi sekolah untuk mendorong minat baca siswa.

3. Mengadakan Acara atau Komunitas Dongeng

Acara mendongeng seperti festival dongeng, lomba bercerita, atau sesi dongeng komunitas dapat menjadi cara efektif untuk menarik minat masyarakat terhadap tradisi ini. Komunitas dongeng dapat dibentuk di lingkungan lokal, yang melibatkan orang tua, guru, dan anak-anak untuk berbagi cerita. Acara semacam ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan dongeng sebagai warisan budaya.

4. Memanfaatkan Teknologi untuk Melestarikan Dongeng

Di era digital, teknologi dapat menjadi alat yang sangat membantu untuk menyebarluaskan dongeng. Podcast dongeng, animasi cerita rakyat, atau aplikasi interaktif bisa menjadi media yang menarik bagi anak-anak zaman sekarang. Orang tua dan pendidik dapat memanfaatkan sumber daya ini untuk mendekatkan dongeng kepada anak-anak yang lebih terbiasa dengan dunia digital. Namun, penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara teknologi dan interaksi langsung agar manfaat emosional dari mendongeng tetap terjaga.

5. Membuat Dongeng yang Relevan dengan Zaman

Untuk menarik minat generasi muda, dongeng juga perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Cerita-cerita baru yang relevan dengan kehidupan anak-anak masa kini dapat diciptakan, tanpa menghilangkan nilai-nilai moral yang menjadi inti dari dongeng itu sendiri. Misalnya, dongeng tentang pentingnya menjaga lingkungan atau menggunakan teknologi secara bijak.

Melestarikan Warisan Budaya

Melestarikan dongeng sebagai warisan budaya adalah tanggung jawab bersama, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dongeng bukan hanya sekadar cerita, tetapi cerminan nilai-nilai budaya, tradisi, dan identitas suatu bangsa. Dengan melestarikan tradisi mendongeng, kita tidak hanya menjaga kekayaan budaya, tetapi juga menanamkan rasa bangga dan cinta terhadap akar budaya pada generasi muda.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan dongeng ke dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah, orang tua dapat menggunakan dongeng sebagai alat untuk mendidik anak, baik dalam pembentukan karakter maupun pengenalan budaya lokal. Di sekolah, guru dapat menjadikan dongeng sebagai metode pembelajaran yang menarik, baik dalam pelajaran literasi, seni, maupun sejarah.

Selain itu, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk melestarikan dongeng. Platform digital seperti podcast, video animasi, atau aplikasi cerita interaktif bisa menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan dongeng kepada anak-anak zaman sekarang. Dengan cara ini, dongeng dapat dihidupkan kembali dalam format yang lebih modern dan relevan dengan kebutuhan generasi digital.

Komunitas atau acara mendongeng juga dapat menjadi media untuk mempromosikan tradisi ini. Festival dongeng, lomba bercerita, atau workshop mendongeng dapat mempertemukan berbagai kalangan untuk berbagi cerita sekaligus mempererat hubungan antar generasi. Kegiatan ini juga dapat menjadi wadah untuk mengenalkan kembali dongeng-dongeng lokal yang mulai terlupakan.

Dalam kesimpulannya, dongeng adalah tradisi yang sederhana namun penuh makna, yang memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak, terutama pada masa usia dini. Melalui dongeng, anak tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga belajar berbagai nilai kehidupan, meningkatkan kemampuan literasi, merangsang imajinasi, dan memperkuat hubungan emosional dengan orang tua atau pengasuhnya.

Di tengah kemajuan teknologi yang sering mengalihkan perhatian anak-anak ke gadget, menghidupkan kembali budaya mendongeng menjadi tantangan sekaligus solusi untuk mengembalikan momen kebersamaan yang berkualitas dalam keluarga. Dengan dongeng, anak-anak diajak untuk mengenal dunia yang penuh makna, memahami budaya, dan membangun karakter positif sejak dini.

Melestarikan tradisi mendongeng tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi juga merupakan bagian dari usaha kita untuk menjaga warisan budaya yang tak ternilai. Dengan konsistensi, kreativitas, dan komitmen orang tua serta lingkungan pendidikan, dongeng dapat terus hidup sebagai jembatan antara generasi, membawa pesan-pesan moral, dan menciptakan kenangan yang akan selalu dirindukan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun