Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah mengalami berbagai tantangan ekonomi global yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk krisis keuangan, perubahan iklim, pandemi, dan pergeseran geopolitik.Â
Kondisi ini menciptakan ketidakstabilan yang memengaruhi berbagai sektor, mulai dari pasar tenaga kerja, harga bahan pokok, hingga rantai pasokan global. Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini, perempuan sering kali berada dalam posisi yang lebih rentan akibat ketidaksetaraan ekonomi dan sosial yang masih ada di banyak negara.Â
Namun, perempuan tidak hanya menjadi kelompok yang terdampak, tetapi juga memegang peran krusial dalam membantu ekonomi global bertahan dan beradaptasi.
Perempuan sebagai Agen Perubahan Ekonomi
Perempuan memiliki peran penting sebagai agen perubahan ekonomi, terutama dalam menciptakan kestabilan ekonomi keluarga dan memperkuat ekonomi lokal. Dalam berbagai penelitian, perempuan diketahui lebih cenderung mengalokasikan pendapatan mereka untuk kebutuhan keluarga, seperti pendidikan anak dan kesehatan.Â
Dengan demikian, peningkatan pendapatan perempuan tidak hanya berdampak positif pada kesejahteraan keluarga, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi dalam jangka panjang.
Di sektor informal, perempuan sering kali mendominasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan pendapatan lokal.Â
Menurut data dari International Finance Corporation (IFC), UMKM yang dimiliki oleh perempuan menyumbang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di banyak negara berkembang. Usaha ini sering kali berfungsi sebagai penopang ekonomi keluarga sekaligus sarana pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan taraf hidup.
Dalam sektor formal, perempuan juga mulai mengambil peran strategis di berbagai industri. Kepemimpinan perempuan di sektor-sektor ini membawa perspektif yang lebih inklusif dan adaptif terhadap perubahan, terutama dalam menghadapi tantangan global.Â
Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki keberagaman gender dalam kepemimpinan mereka cenderung lebih inovatif, memiliki pengambilan keputusan yang lebih seimbang, dan mampu menghadapi tantangan dengan cara yang lebih berkelanjutan.Â
Dengan adanya perempuan di posisi pengambil keputusan, perusahaan dapat merespons tantangan ekonomi dengan lebih efektif dan mempertimbangkan berbagai kepentingan, termasuk dampak sosial dan lingkungan.
Perempuan juga menjadi pelopor dalam menggerakkan ekonomi berkelanjutan, khususnya dalam industri yang berkaitan dengan lingkungan dan sosial. Sebagai contoh, banyak perempuan yang terlibat dalam usaha yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan.Â
Gerakan ekonomi hijau yang semakin berkembang di banyak negara sering kali melibatkan perempuan sebagai aktor utama yang berkomitmen pada prinsip-prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam memberdayakan perempuan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan ekonomi global. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan kepemimpinan.Â
Sayangnya, meskipun akses terhadap pendidikan telah meningkat di banyak negara, perempuan di beberapa wilayah masih menghadapi ketimpangan akses, terutama di negara-negara berkembang atau daerah pedesaan. Kondisi ini menjadi salah satu penghambat bagi perempuan untuk memaksimalkan potensi mereka dalam ekonomi.
Pendidikan formal dan pelatihan keterampilan berperan penting dalam membuka peluang bagi perempuan untuk memasuki pasar kerja yang lebih luas dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Selain itu, literasi keuangan juga merupakan aspek penting dalam pemberdayaan ekonomi perempuan.Â
Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, perencanaan investasi, dan akses ke layanan perbankan dapat membantu perempuan mengelola ekonomi keluarga dengan lebih baik dan meningkatkan stabilitas ekonomi rumah tangga.Â
Kemampuan literasi keuangan ini juga sangat bermanfaat bagi perempuan yang menjalankan usaha sendiri, karena dapat membantu mereka dalam pengelolaan arus kas, pengelolaan risiko, dan perencanaan keuangan untuk pengembangan usaha.
Pemberdayaan ekonomi perempuan tidak hanya mencakup peningkatan keterampilan, tetapi juga akses terhadap peluang ekonomi. Beberapa negara telah mengembangkan program-program mikrofinansial dan kredit usaha yang ditujukan khusus bagi perempuan.Â
Program ini memungkinkan perempuan untuk mengembangkan usaha kecil tanpa harus bergantung pada modal besar atau jaminan yang sulit dijangkau. Melalui akses ke kredit, perempuan dapat membangun usaha, menciptakan lapangan kerja, dan berkontribusi lebih besar terhadap ekonomi lokal.Â
Studi menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki akses ke sumber daya finansial mampu meningkatkan pendapatan keluarga dan bahkan memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan di lingkungan mereka.
Selain pendidikan formal, pelatihan keterampilan yang berfokus pada ekonomi digital semakin relevan dalam memberdayakan perempuan di era ekonomi global. Transformasi digital membawa peluang baru bagi perempuan untuk bekerja dari rumah, memulai usaha daring, atau mengikuti kursus-kursus online yang dapat meningkatkan keterampilan mereka.Â
E-commerce dan platform digital memungkinkan perempuan untuk menjual produk dan jasa mereka ke pasar yang lebih luas tanpa batasan geografis. Melalui teknologi, perempuan di pedesaan pun bisa mengakses pasar global dan memanfaatkan potensi ekonomi digital.
Peran Perempuan dalam Ekonomi Digital
Ekonomi digital telah membuka peluang besar bagi perempuan untuk berpartisipasi dan berinovasi di pasar global. Teknologi digital memberikan akses yang lebih mudah bagi perempuan untuk memasuki dunia bisnis, menciptakan produk, dan menawarkan layanan tanpa harus terikat pada lokasi fisik atau modal besar.Â
Melalui ekonomi digital, perempuan dapat mengatasi beberapa kendala yang selama ini menghambat partisipasi mereka, seperti keterbatasan mobilitas, waktu, atau akses ke jaringan bisnis tradisional.
Platform e-commerce, media sosial, dan marketplace digital menjadi ruang yang inklusif bagi perempuan untuk menjalankan usaha dari rumah atau mengembangkan bisnis di skala yang lebih luas. Di banyak negara berkembang, e-commerce telah menjadi sarana utama bagi perempuan untuk berjualan, baik dalam bentuk produk lokal, kerajinan tangan, maupun layanan jasa.Â
Hal ini tidak hanya memungkinkan perempuan untuk mencapai kemandirian finansial, tetapi juga berkontribusi dalam mengembangkan ekonomi lokal dengan menyediakan lapangan kerja bagi orang lain.
Selain e-commerce, perempuan juga terlibat dalam ekonomi digital melalui freelance, pekerja jarak jauh, dan startup teknologi. Dengan fleksibilitas yang ditawarkan oleh pekerjaan remote dan freelance, perempuan dapat lebih leluasa menyeimbangkan antara karier dan tanggung jawab keluarga.Â
Berbagai platform freelance, seperti Upwork, Fiverr, dan Freelancer, telah memudahkan perempuan untuk menawarkan keterampilan mereka dalam berbagai bidang seperti desain grafis, penulisan, pemrograman, dan pemasaran digital. Dengan demikian, mereka dapat memiliki penghasilan stabil tanpa harus meninggalkan rumah atau menghabiskan waktu berjam-jam dalam perjalanan.
Ekonomi digital juga memberikan peluang bagi perempuan untuk berkarir dalam bidang teknologi, seperti data science, kecerdasan buatan, dan pengembangan perangkat lunak, yang semakin dibutuhkan dalam era digital ini.Â
Beberapa organisasi dan perusahaan telah meluncurkan program pelatihan dan beasiswa untuk meningkatkan keterampilan digital perempuan, terutama dalam bidang yang secara tradisional didominasi laki-laki.Â
Meskipun perempuan masih kurang terwakili dalam sektor teknologi, semakin banyak perempuan yang terlibat dalam bidang ini dan memberikan perspektif yang unik dalam inovasi dan pengembangan produk teknologi yang lebih inklusif.
Kerempuan dalam ekonomi digital juga menghadapi tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kesenjangan akses terhadap teknologi, di mana perempuan di pedesaan atau di negara berkembang sering kali kesulitan mendapatkan akses internet yang memadai atau perangkat digital yang diperlukan.Â
Keterampilan digital juga masih menjadi tantangan, terutama bagi perempuan yang belum terbiasa menggunakan teknologi atau belum mendapatkan pelatihan digital yang memadai.
Kesenjangan digital ini perlu diatasi melalui kebijakan yang mendukung infrastruktur digital yang lebih merata, serta program-program yang membantu perempuan mendapatkan akses ke pelatihan digital dan perangkat teknologi.Â
Pemerintah dan sektor swasta dapat bekerja sama untuk menyediakan pelatihan keterampilan digital bagi perempuan, terutama yang berada di daerah terpencil atau dalam kelompok berpendapatan rendah, sehingga mereka dapat memanfaatkan peluang dalam ekonomi digital secara optimal.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam Ekonomi Global
Meskipun perempuan telah menunjukkan kontribusi yang signifikan dalam ekonomi global, mereka masih menghadapi berbagai tantangan yang membatasi partisipasi dan perkembangan mereka. Salah satu tantangan utama adalah ketidaksetaraan gender yang masih cukup kuat, baik dalam hal upah, kesempatan kerja, maupun posisi kepemimpinan.Â
Kesenjangan upah gender, misalnya, merupakan masalah yang masih meluas di banyak negara, di mana perempuan sering kali mendapatkan upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Kesenjangan ini memperburuk ketimpangan ekonomi dan menghambat perempuan dalam mencapai kemandirian finansial.
Selain ketimpangan upah, perempuan juga sering terperangkap dalam pekerjaan informal atau sektor yang menawarkan perlindungan kerja dan upah yang minim. Sektor informal seperti pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan paruh waktu sering kali kurang diatur dan tidak memberikan jaminan sosial, tunjangan kesehatan, atau keamanan kerja. Hal ini menempatkan perempuan dalam situasi yang lebih rentan terhadap krisis ekonomi, terutama ketika terjadi resesi atau ketidakpastian ekonomi global.
Akses terhadap modal dan sumber daya keuangan juga menjadi hambatan besar bagi perempuan, khususnya bagi mereka yang ingin memulai atau mengembangkan usaha. Bank dan lembaga keuangan sering kali menetapkan syarat kredit yang sulit dijangkau bagi perempuan, seperti jaminan atau aset yang dimiliki.Â
Di beberapa negara berkembang, budaya patriarki masih memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi, yang membuat perempuan kesulitan mendapatkan persetujuan kredit atau akses terhadap investasi. Keterbatasan akses modal ini menjadi hambatan serius bagi perempuan yang ingin mengembangkan bisnis mereka dan menciptakan lapangan kerja baru.
Perempuan juga menghadapi beban ganda, di mana mereka sering kali diharapkan untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak di samping pekerjaan profesional mereka. Beban ini membuat banyak perempuan sulit untuk berkarier secara penuh atau mengembangkan diri di dunia kerja.Â
Selama pandemi COVID-19, situasi ini semakin terlihat jelas ketika perempuan menghadapi tanggung jawab yang lebih besar dalam mendampingi pendidikan anak di rumah serta menjaga kesehatan keluarga. Beban ganda ini berdampak pada kesehatan mental dan fisik perempuan serta membatasi waktu dan energi mereka untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi.
Perempuan di banyak negara juga menghadapi keterbatasan dalam akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan. Pendidikan tinggi dan pelatihan profesional merupakan faktor kunci untuk meningkatkan keterampilan kerja, daya saing, dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.Â
Ketidaksetaraan akses pendidikan, terutama di negara berkembang, menghambat perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka di dunia kerja. Keterbatasan akses pendidikan juga berdampak pada rendahnya keterampilan digital perempuan, yang membuat mereka kurang siap menghadapi persaingan di era digital.
Tantangan lain yang dihadapi perempuan adalah kurangnya representasi dalam posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Di banyak perusahaan dan organisasi, perempuan masih kurang terwakili di tingkat manajerial dan eksekutif.Â
Ketika perempuan tidak memiliki peran yang cukup dalam pengambilan keputusan, perspektif dan kebutuhan mereka sering kali tidak terwakili secara memadai dalam kebijakan perusahaan. Hal ini mengurangi kesempatan bagi perempuan untuk memengaruhi perubahan dalam organisasi dan mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif.
Mendorong Partisipasi dan Kepemimpinan Perempuan
Mendorong partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam ekonomi global adalah langkah penting untuk mencapai ekonomi yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja, kewirausahaan, dan posisi kepemimpinan tidak hanya memberikan manfaat bagi mereka secara individu, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan inovasi di tingkat perusahaan maupun nasional.Â
Untuk mendorong partisipasi perempuan dalam berbagai sektor, diperlukan langkah-langkah konkret yang mencakup kebijakan dan program yang mendukung kesetaraan gender. Salah satu upaya utama adalah menciptakan kebijakan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance). Kebijakan cuti melahirkan yang layak, jam kerja fleksibel, dan dukungan untuk pengasuhan anak adalah beberapa contoh kebijakan yang dapat membantu perempuan tetap aktif dalam karier sambil memenuhi tanggung jawab keluarga.Â
Banyak perempuan yang tidak bisa sepenuhnya berpartisipasi dalam dunia kerja karena terbatasnya akses terhadap dukungan keluarga, sehingga kebijakan seperti ini dapat membantu mereka mengatasi kendala tersebut.
Program mentoring dan pelatihan kepemimpinan khusus bagi perempuan perlu dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan mereka di tempat kerja. Program-program ini bisa membantu perempuan dalam mengembangkan keterampilan manajemen, komunikasi, dan strategi pengambilan keputusan yang dibutuhkan untuk mencapai posisi kepemimpinan.Â
Banyak perusahaan dan organisasi juga telah mulai meluncurkan program-program pemberdayaan yang bertujuan mendukung perempuan agar lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Dalam jangka panjang, program-program ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah perempuan yang berada di posisi kepemimpinan.
Kebijakan yang memfasilitasi akses perempuan terhadap kredit dan pendanaan juga sangat penting, khususnya bagi mereka yang ingin mendirikan atau mengembangkan usaha. Akses terhadap modal adalah kunci bagi perempuan yang berwirausaha, namun kenyataannya perempuan sering kali menghadapi kendala dalam memperoleh pembiayaan yang setara.Â
Program mikrofinansial yang menawarkan kredit dengan persyaratan ringan atau tanpa jaminan dapat membantu perempuan memulai usaha dan berpartisipasi lebih aktif dalam ekonomi. Beberapa lembaga keuangan juga mulai menyediakan produk kredit yang ramah gender, yang bertujuan untuk mengatasi kesenjangan akses terhadap modal bagi perempuan pengusaha.
Pemerintah dan sektor swasta juga dapat mempromosikan kesetaraan gender melalui kebijakan yang mendukung perekrutan, pengembangan, dan promosi perempuan dalam organisasi. Misalnya, menerapkan kuota gender atau kebijakan rekrutmen yang adil dapat membantu meningkatkan jumlah perempuan dalam posisi strategis.Â
Program pelatihan keterampilan ulang (upskilling) juga dapat bermanfaat untuk perempuan yang mungkin terpaksa keluar dari dunia kerja karena tanggung jawab keluarga, sehingga mereka bisa kembali ke pasar tenaga kerja dengan keterampilan yang relevan dan kompetitif.
Peran organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga sangat penting dalam mendorong partisipasi perempuan. Banyak LSM yang bekerja untuk meningkatkan kesadaran tentang hak-hak perempuan, menyediakan pelatihan kewirausahaan, dan membangun jaringan bisnis bagi perempuan.Â
Melalui dukungan dari masyarakat sipil, perempuan dapat memperluas jaringan, memperoleh keterampilan baru, dan berkolaborasi dalam komunitas yang mendukung pemberdayaan mereka.
Kesimpulan
Peran perempuan dalam menghadapi tantangan ekonomi global sangatlah penting. Mereka bukan hanya bagian dari masyarakat yang paling terdampak oleh krisis ekonomi, tetapi juga memiliki potensi besar untuk berperan sebagai solusi. Melalui pendidikan, pemberdayaan ekonomi, serta keterlibatan aktif dalam ekonomi digital dan posisi kepemimpinan, perempuan dapat menjadi kekuatan pendorong yang membawa perubahan positif bagi ekonomi global.Â
Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu terus didorong untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, di mana perempuan dapat berkontribusi dan berkembang sesuai potensi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H