Di beberapa negara berkembang, budaya patriarki masih memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi, yang membuat perempuan kesulitan mendapatkan persetujuan kredit atau akses terhadap investasi. Keterbatasan akses modal ini menjadi hambatan serius bagi perempuan yang ingin mengembangkan bisnis mereka dan menciptakan lapangan kerja baru.
Perempuan juga menghadapi beban ganda, di mana mereka sering kali diharapkan untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak di samping pekerjaan profesional mereka. Beban ini membuat banyak perempuan sulit untuk berkarier secara penuh atau mengembangkan diri di dunia kerja.Â
Selama pandemi COVID-19, situasi ini semakin terlihat jelas ketika perempuan menghadapi tanggung jawab yang lebih besar dalam mendampingi pendidikan anak di rumah serta menjaga kesehatan keluarga. Beban ganda ini berdampak pada kesehatan mental dan fisik perempuan serta membatasi waktu dan energi mereka untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi.
Perempuan di banyak negara juga menghadapi keterbatasan dalam akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan. Pendidikan tinggi dan pelatihan profesional merupakan faktor kunci untuk meningkatkan keterampilan kerja, daya saing, dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.Â
Ketidaksetaraan akses pendidikan, terutama di negara berkembang, menghambat perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka di dunia kerja. Keterbatasan akses pendidikan juga berdampak pada rendahnya keterampilan digital perempuan, yang membuat mereka kurang siap menghadapi persaingan di era digital.
Tantangan lain yang dihadapi perempuan adalah kurangnya representasi dalam posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Di banyak perusahaan dan organisasi, perempuan masih kurang terwakili di tingkat manajerial dan eksekutif.Â
Ketika perempuan tidak memiliki peran yang cukup dalam pengambilan keputusan, perspektif dan kebutuhan mereka sering kali tidak terwakili secara memadai dalam kebijakan perusahaan. Hal ini mengurangi kesempatan bagi perempuan untuk memengaruhi perubahan dalam organisasi dan mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif.
Mendorong Partisipasi dan Kepemimpinan Perempuan
Mendorong partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam ekonomi global adalah langkah penting untuk mencapai ekonomi yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja, kewirausahaan, dan posisi kepemimpinan tidak hanya memberikan manfaat bagi mereka secara individu, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan inovasi di tingkat perusahaan maupun nasional.Â
Untuk mendorong partisipasi perempuan dalam berbagai sektor, diperlukan langkah-langkah konkret yang mencakup kebijakan dan program yang mendukung kesetaraan gender. Salah satu upaya utama adalah menciptakan kebijakan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance). Kebijakan cuti melahirkan yang layak, jam kerja fleksibel, dan dukungan untuk pengasuhan anak adalah beberapa contoh kebijakan yang dapat membantu perempuan tetap aktif dalam karier sambil memenuhi tanggung jawab keluarga.Â
Banyak perempuan yang tidak bisa sepenuhnya berpartisipasi dalam dunia kerja karena terbatasnya akses terhadap dukungan keluarga, sehingga kebijakan seperti ini dapat membantu mereka mengatasi kendala tersebut.