Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Krisis Ekonomi dan Dampaknya pada Generasi Muda: PHK Massal, Pengangguran Meningkat, dan Fenomena Pernikahan Siri

6 November 2024   20:00 Diperbarui: 6 November 2024   20:02 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai negara termasuk Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang semakin pelik."

Dampak krisis ekonomi ini memicu gelombang PHK di banyak sektor, tingginya angka pengangguran, serta kesulitan mencari pekerjaan yang layak. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok dan harga emas yang terus melonjak menambah beban hidup masyarakat. Di tengah tekanan ekonomi ini, banyak anak muda merasakan keresahan, bahkan beberapa di antaranya gagal mencapai rencana hidup seperti pernikahan.

Selain tekanan ekonomi yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat umum, generasi muda menjadi salah satu kelompok yang paling terpengaruh oleh ketidakpastian ini. Bagi mereka, krisis ini bukan hanya soal kehilangan pekerjaan atau sulitnya mencari peluang kerja baru, tetapi juga tentang rasa tidak aman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan biaya hidup yang semakin tinggi dan penghasilan yang tidak sebanding, mereka harus mempertimbangkan ulang prioritas hidup yang sebelumnya dianggap penting.

Kenaikan harga barang dan kebutuhan pokok mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, sehingga pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka. Kondisi ini membuat anak muda semakin sulit untuk menabung atau mengumpulkan dana guna merencanakan masa depan, termasuk biaya untuk pernikahan, yang kini semakin mahal akibat inflasi. Tidak heran jika sebagian dari mereka mengalami kecemasan dan mulai mempertanyakan masa depan yang terlihat semakin sulit untuk diraih.

Tantangan Ekonomi dan Pengaruhnya pada Angka Pengangguran

Salah satu dampak nyata dari ketidakstabilan ekonomi adalah meningkatnya angka pengangguran. Beberapa perusahaan terpaksa melakukan PHK massal untuk mengurangi biaya operasional. Kondisi ini tentu berdampak langsung pada ketersediaan lapangan kerja. Persaingan ketat dan jumlah lowongan yang terbatas membuat anak muda semakin sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.

Dalam kondisi ini, anak muda yang baru lulus atau yang memiliki pengalaman kerja terbatas menjadi kelompok yang paling rentan terdampak. Dengan persaingan yang semakin ketat, perusahaan cenderung lebih memilih kandidat dengan pengalaman dan keterampilan tinggi, sehingga banyak lulusan baru yang harus bersaing dengan tenaga kerja yang lebih berpengalaman. Hal ini menyebabkan lulusan baru menghadapi tantangan yang besar untuk mendapatkan pekerjaan pertama mereka, bahkan di posisi entry-level sekalipun.

Selain itu, keterbatasan lowongan kerja juga membuat anak muda harus beradaptasi dengan pilihan karir yang mungkin tidak sesuai dengan minat atau keahlian mereka. Banyak di antara mereka yang akhirnya terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, atau bahkan mengambil pekerjaan sementara dan informal demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Situasi ini tidak hanya berdampak pada produktivitas dan kepuasan kerja, tetapi juga pada prospek jangka panjang karir mereka.

Sementara itu, tekanan ekonomi juga berdampak pada kesejahteraan psikologis anak muda. Ketidakpastian pekerjaan, pendapatan yang rendah, dan beban biaya hidup yang semakin tinggi memicu stres, kecemasan, dan perasaan putus asa. Kondisi ini dapat mengurangi semangat mereka untuk berkarya, dan berpotensi menimbulkan efek jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Lonjakan Harga Emas dan Efeknya pada Stabilitas Keuangan

Harga emas yang terus melonjak telah menjadi topik yang hangat di masyarakat. Bagi sebagian orang, emas dianggap sebagai instrumen investasi yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi. Namun, bagi mereka yang memiliki keterbatasan finansial, kenaikan harga emas justru menambah tekanan ekonomi. Dampak ini juga dirasakan oleh pasangan muda yang berencana menikah, karena biaya pernikahan yang ikut naik seiring dengan kenaikan harga emas dan kebutuhan lainnya.

Kenaikan harga emas, yang sering dianggap sebagai indikator ketidakstabilan ekonomi, mencerminkan tingginya minat masyarakat terhadap investasi yang dinilai lebih aman. Di masa krisis, emas dipandang sebagai "safe haven" karena nilainya yang relatif stabil dibandingkan aset lain. Namun, bagi masyarakat umum terutama anak muda yang baru memulai kehidupan finansial kenaikan harga emas justru membawa tantangan besar. Biaya untuk membeli emas sebagai tabungan atau mahar pernikahan kini jauh lebih tinggi, yang memaksa pasangan muda harus mengeluarkan biaya lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, kebutuhan pernikahan lainnya seperti biaya venue, katering, dan dekorasi juga ikut melonjak seiring inflasi. Hal ini menyebabkan banyak pasangan muda merasa terbebani dalam memenuhi standar pernikahan yang layak di tengah tekanan finansial. Bagi mereka, merencanakan pernikahan dengan anggaran terbatas menjadi tantangan besar, bahkan ada yang memilih menunda atau membatalkan rencana pernikahan karena keterbatasan dana.

Kondisi ini menambah keresahan di kalangan anak muda, terutama bagi mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Mereka merasa impian untuk membangun keluarga dan masa depan yang stabil semakin sulit tercapai. Kenaikan biaya pernikahan akibat harga emas dan kebutuhan lain yang melambung membuat banyak pasangan merasa terjebak di antara harapan untuk menikah dan kenyataan finansial yang semakin menekan.

Fenomena Anak Muda yang Galau dan Gagal Menikah

Tekanan ekonomi ini telah mengubah cara pandang anak muda terhadap kehidupan, terutama dalam perencanaan pernikahan. Banyak anak muda merasa tertekan dan pesimis karena kondisi keuangan yang belum stabil, sehingga mereka menunda pernikahan atau bahkan membatalkannya. Situasi ini memunculkan fenomena sosial baru, di mana anak muda lebih cenderung memilih pernikahan siri.

Pernikahan siri, yang biasanya dilakukan tanpa pencatatan resmi di negara, muncul sebagai pilihan alternatif bagi banyak pasangan muda yang menghadapi keterbatasan ekonomi. Dianggap lebih sederhana dan hemat biaya, pernikahan siri menawarkan cara untuk melegalkan hubungan di hadapan agama, meskipun tanpa pengakuan hukum negara. Bagi sebagian pasangan, ini merupakan solusi untuk tetap bersama tanpa harus mengeluarkan biaya besar yang biasanya dibutuhkan untuk pernikahan resmi.

Namun, meskipun pernikahan siri tampak seperti jalan keluar yang praktis, ada sejumlah risiko dan konsekuensi yang perlu dipertimbangkan. Karena tidak tercatat secara hukum, pernikahan siri kerap tidak memberikan perlindungan hukum yang cukup bagi kedua belah pihak, terutama bagi perempuan. Dalam kasus perceraian atau permasalahan hak asuh anak, perempuan yang terikat dalam pernikahan siri mungkin menghadapi kesulitan dalam memperoleh hak-hak yang seharusnya dilindungi oleh undang-undang pernikahan resmi. Anak-anak yang lahir dari pernikahan siri juga dapat menghadapi tantangan administratif, seperti akses pada dokumen resmi, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Lebih jauh lagi, meningkatnya fenomena pernikahan siri dapat menimbulkan dampak sosial yang lebih luas. Di satu sisi, fenomena ini menggambarkan bagaimana tekanan ekonomi mampu mengubah pola pikir dan tindakan masyarakat, yang sebelumnya mungkin sangat mendambakan pernikahan formal dan legal. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan bahwa generasi muda mungkin mengalami perubahan dalam pemahaman mereka tentang komitmen pernikahan, di mana pernikahan formal yang diakui negara dianggap sebagai sesuatu yang sulit dicapai dan hanya layak bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial yang cukup.

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak. Pemerintah, misalnya, dapat mengupayakan program subsidi atau insentif bagi pasangan muda untuk mengurangi biaya pernikahan resmi, sehingga pilihan untuk menikah secara formal tetap terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat juga perlu terus diberikan edukasi tentang pentingnya perlindungan hukum dalam pernikahan, serta risiko yang mungkin timbul dari pernikahan tanpa pencatatan negara.

Dampak Sosial dan Masa Depan Generasi Muda

Kondisi ini menciptakan ketidakpastian berkelanjutan bagi generasi muda, di mana perencanaan hidup menjadi semakin sulit. Ketidakstabilan ekonomi yang berkepanjangan bisa berdampak pada kualitas hidup generasi muda dalam jangka panjang. Mereka yang terpaksa bekerja di luar bidang keahlian, tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, atau memilih pernikahan siri karena keterbatasan dana, bisa jadi menghadapi konsekuensi sosial dan finansial yang lebih besar di kemudian hari.

Siklus ketidakpastian ini tidak hanya memengaruhi mereka secara individu tetapi juga menimbulkan efek domino bagi masyarakat luas. Generasi muda yang kurang stabil secara ekonomi cenderung menghadapi tantangan dalam membangun keluarga yang sejahtera dan berkontribusi secara optimal bagi pertumbuhan ekonomi negara. Misalnya, pasangan yang terjebak dalam pernikahan tanpa pencatatan resmi mungkin menghadapi hambatan dalam mengakses program pemerintah yang mendukung keluarga atau pendidikan anak, yang pada akhirnya menghambat perkembangan kualitas generasi selanjutnya.

Lebih jauh lagi, kondisi ini dapat menurunkan tingkat optimisme generasi muda terhadap masa depan. Tekanan finansial yang terus-menerus menimbulkan rasa frustrasi, kecemasan, dan hilangnya motivasi untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. Mereka mungkin merasa terjebak dalam situasi yang tidak ada akhirnya, yang berpotensi memengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan. Keadaan ini juga dapat memicu eksodus talenta muda yang memilih untuk mencari peluang di luar negeri, memperburuk brain drain dan berkurangnya tenaga kerja produktif yang dapat membangun bangsa.

Dalam jangka panjang, jika masalah ini tidak diatasi, risiko terjadinya stagnasi ekonomi dan sosial akan semakin besar. Tingkat konsumsi rumah tangga yang rendah, rendahnya investasi dalam bidang pendidikan, serta rendahnya kualitas tenaga kerja karena kurangnya pelatihan dan pengalaman di lapangan, akan menjadi tantangan besar bagi pemerintah. Hal ini juga dapat memperlebar kesenjangan sosial, di mana hanya kelompok tertentu yang mampu bertahan di tengah krisis, sementara kelompok lainnya semakin terpinggirkan.

Untuk mengatasi dampak ini, langkah nyata diperlukan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta. Program pelatihan dan pengembangan keterampilan kerja dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu generasi muda menghadapi persaingan kerja. Dukungan finansial bagi usaha kecil yang dijalankan oleh anak muda, program kerja yang inklusif, dan bantuan dalam akses pendidikan serta kesehatan mental juga penting untuk memperkuat ketahanan generasi muda dalam menghadapi tekanan ekonomi ini.

Dalam kesimpulan, krisis ekonomi yang berkepanjangan telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda. PHK, pengangguran yang tinggi, kenaikan harga barang, dan tingginya biaya hidup menambah keresahan mereka. Fenomena pernikahan siri yang meningkat adalah salah satu dampak dari tekanan ekonomi ini, yang menjadi solusi bagi sebagian anak muda yang mengalami kesulitan finansial. Pemerintah dan masyarakat perlu bahu membahu untuk menciptakan solusi jangka panjang agar generasi muda dapat memiliki masa depan yang lebih stabil dan optimis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun