Kondisi ini menciptakan ketidakpastian berkelanjutan bagi generasi muda, di mana perencanaan hidup menjadi semakin sulit. Ketidakstabilan ekonomi yang berkepanjangan bisa berdampak pada kualitas hidup generasi muda dalam jangka panjang. Mereka yang terpaksa bekerja di luar bidang keahlian, tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, atau memilih pernikahan siri karena keterbatasan dana, bisa jadi menghadapi konsekuensi sosial dan finansial yang lebih besar di kemudian hari.
Siklus ketidakpastian ini tidak hanya memengaruhi mereka secara individu tetapi juga menimbulkan efek domino bagi masyarakat luas. Generasi muda yang kurang stabil secara ekonomi cenderung menghadapi tantangan dalam membangun keluarga yang sejahtera dan berkontribusi secara optimal bagi pertumbuhan ekonomi negara. Misalnya, pasangan yang terjebak dalam pernikahan tanpa pencatatan resmi mungkin menghadapi hambatan dalam mengakses program pemerintah yang mendukung keluarga atau pendidikan anak, yang pada akhirnya menghambat perkembangan kualitas generasi selanjutnya.
Lebih jauh lagi, kondisi ini dapat menurunkan tingkat optimisme generasi muda terhadap masa depan. Tekanan finansial yang terus-menerus menimbulkan rasa frustrasi, kecemasan, dan hilangnya motivasi untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. Mereka mungkin merasa terjebak dalam situasi yang tidak ada akhirnya, yang berpotensi memengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan. Keadaan ini juga dapat memicu eksodus talenta muda yang memilih untuk mencari peluang di luar negeri, memperburuk brain drain dan berkurangnya tenaga kerja produktif yang dapat membangun bangsa.
Dalam jangka panjang, jika masalah ini tidak diatasi, risiko terjadinya stagnasi ekonomi dan sosial akan semakin besar. Tingkat konsumsi rumah tangga yang rendah, rendahnya investasi dalam bidang pendidikan, serta rendahnya kualitas tenaga kerja karena kurangnya pelatihan dan pengalaman di lapangan, akan menjadi tantangan besar bagi pemerintah. Hal ini juga dapat memperlebar kesenjangan sosial, di mana hanya kelompok tertentu yang mampu bertahan di tengah krisis, sementara kelompok lainnya semakin terpinggirkan.
Untuk mengatasi dampak ini, langkah nyata diperlukan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta. Program pelatihan dan pengembangan keterampilan kerja dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu generasi muda menghadapi persaingan kerja. Dukungan finansial bagi usaha kecil yang dijalankan oleh anak muda, program kerja yang inklusif, dan bantuan dalam akses pendidikan serta kesehatan mental juga penting untuk memperkuat ketahanan generasi muda dalam menghadapi tekanan ekonomi ini.
Dalam kesimpulan, krisis ekonomi yang berkepanjangan telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda. PHK, pengangguran yang tinggi, kenaikan harga barang, dan tingginya biaya hidup menambah keresahan mereka. Fenomena pernikahan siri yang meningkat adalah salah satu dampak dari tekanan ekonomi ini, yang menjadi solusi bagi sebagian anak muda yang mengalami kesulitan finansial. Pemerintah dan masyarakat perlu bahu membahu untuk menciptakan solusi jangka panjang agar generasi muda dapat memiliki masa depan yang lebih stabil dan optimis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H