Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kearifan Lokal: Bertahan Hidup di Desa dengan Sumber Daya Alam

2 November 2024   12:36 Diperbarui: 2 November 2024   12:59 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memenuhi Kebutuhan Protein dengan Beternak

Beternak menjadi sumber protein penting bagi penduduk desa sekaligus cara untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Dengan memelihara ayam, bebek, atau ikan air tawar seperti lele dan nila, mereka dapat memastikan pasokan daging dan telur yang kaya gizi, tanpa perlu membeli di pasar. Selain dikonsumsi sendiri, hasil ternak ini sering kali dijual untuk menambah penghasilan rumah tangga.

Ayam kampung, misalnya, tidak hanya memberikan telur segar setiap hari, tetapi juga bisa diambil dagingnya untuk kebutuhan acara khusus atau perayaan. Banyak keluarga di desa juga memelihara kambing atau sapi, yang dapat dijual saat membutuhkan dana lebih besar, misalnya untuk biaya pendidikan anak atau acara adat. 

Sapi dan kambing tidak hanya menghasilkan daging, tetapi juga kotorannya bisa dijadikan pupuk organik yang memperkaya lahan pertanian. Dengan demikian, beternak menjadi bagian dari siklus yang berkelanjutan, di mana setiap elemen saling mendukung.

Memelihara ikan air tawar di kolam atau empang juga merupakan pilihan yang banyak dilakukan karena relatif mudah dan tidak membutuhkan lahan luas. Ikan-ikan ini menjadi sumber protein yang kaya, serta memiliki waktu panen yang cepat dan hasil yang melimpah. 

Dengan kolam ikan, warga desa bisa memiliki persediaan protein sepanjang tahun, bahkan dalam kondisi darurat sekalipun. Budidaya ikan air tawar ini juga lebih hemat, karena sering kali bisa diberi pakan alami atau sisa-sisa dapur.

Beternak juga memperkaya kehidupan desa dengan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan. Saat membangun kandang, membuat kolam, atau mengelola pakan, banyak warga yang saling membantu. Tidak jarang, tetangga akan ikut bergotong royong ketika salah satu warga memerlukan bantuan, baik untuk panen atau kegiatan ternak lainnya. Semua ini membangun rasa saling peduli dan memperkuat komunitas.

Sayuran dan Buah dari Kebun Sendiri

Berkebun bagi penduduk desa tidak hanya menjadi sumber pangan, tetapi juga sarana untuk mengeksplorasi kreativitas dan kearifan lokal. Sayuran seperti bayam, kangkung, cabai, dan tomat mudah ditanam, cepat dipanen, dan memberi warna serta keindahan pada pekarangan rumah. Namun, banyak penduduk desa juga menanam tanaman yang lebih bervariasi, seperti rempah-rempah khas, herbal untuk kesehatan, dan bahkan tumbuhan langka yang diwariskan turun-temurun.

Beberapa penduduk memanfaatkan pekarangan rumah mereka sebagai “kebun mini,” di mana tanaman ditata secara vertikal, menghemat ruang sekaligus menciptakan pemandangan yang estetik. Menanam cabai dalam pot gantung, memanfaatkan botol bekas untuk sayuran daun, atau menggunakan pagar bambu sebagai rak tanaman adalah beberapa ide yang sering dilakukan. Selain itu, berkebun vertikal ini memungkinkan keluarga untuk menanam berbagai tanaman dalam jumlah banyak tanpa memerlukan lahan luas.

Tidak hanya terbatas pada sayuran sehari-hari, beberapa desa juga mulai mengembangkan kebun apotek hidup. Di sini, mereka menanam tanaman obat seperti kunyit, jahe, temulawak, dan lidah buaya, yang bisa digunakan sebagai obat herbal. Dalam kondisi darurat atau saat tidak ada akses ke puskesmas, tanaman obat ini menjadi penyelamat bagi keluarga desa. Budaya ini juga menghidupkan kembali kearifan lokal dalam pemanfaatan tanaman sebagai pengobatan alami, memperkuat warisan kesehatan tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun