Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Jadi PNS Begitu Diincar di Indonesia, Padahal di Negara lain Petani Lebih Diminati?

18 September 2024   11:06 Diperbarui: 18 September 2024   11:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sedang memanen padi (sumber gambar: agrisustineri.org)

Sebagian besar orang Indonesia bercita-cita untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ketimbang menjadi petani. Di sisi lain, di negara lain seperti Thailand, India, atau Vietnam, menjadi petani masih dianggap sebagai profesi yang mulia dan sangat dihormati. 

Mengapa terjadi perbedaan persepsi tentang jenis pekerjaan yang diincar antara Indonesia dan Negara lain?

Menjadi PNS di Indonesia memang terlihat sangat menarik. Gaji yang diterima biasanya tergolong cukup tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lain yang memerlukan kemampuan dan keterampilan yang sama. Selain itu, jaminan kesehatan dan jaminan pensiun juga menjadi pesona yang tidak bisa diabaikan. Dalam situasi sulit di tengah pandemi global ini, menjadi PNS atau pegawai tetap di perusahaan besar merupakan jaminan tersendiri bagi karyawan untuk merasa lebih aman secara finansial.

Namun, di negara lain seperti Thailand atau India, profesi petani dihormati dan dianggap sebagai profesi yang mulia. Hal ini disebabkan oleh budaya yang memandang tanah sebagai sumber kehidupan dan petani sebagai pahlawan yang mempertahankan keseimbangan alam. Thailand dan India, contohnya, merupakan negara-negara yang sangat bergantung pada petani untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dan ekspor komoditas pertanian. Oleh karena itu, petani dianggap sebagai pahlawan yang membantu mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat.

Dalam masyarakat agraris seperti di Thailand dan India, para petani dianggap mempunyai ilmu dan pengetahuan yang sangat luas mengenai tanah dan lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mengolah tanah dan menciptakan jenis petani yang baru dengan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka. Dalam masyarakat tersebut, profesi petani juga merupakan bagian dari tradisi dan budaya yang diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Di indonesia sendiri, profesi petani seringkali dipandang sebelah mata. Petani seringkali dianggap sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan dan terpinggirkan. Sebagai akibatnya, banyak generasi muda yang enggan menjadi petani dan mencari pekerjaan lain yang dirasa lebih menjanjikan.

Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani agar profesi petani lebih dihargai di masyarakat. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan akses informasi dan pelatihan bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitasnya. Selain itu, pemerintah juga memberikan berbagai insentif seperti pembebasan pajak, bantuan benih, pupuk, dan alat pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.

Perbedaan nilai dalam masyarakat memang berdampak besar terhadap persepsi dan pola berpikir masyarakat dalam memandang suatu pekerjaan. Di Indonesia, kecenderungan untuk mencari pekerjaan yang menjanjikan keuntungan finansial yang besar lebih menonjol, sementara di negara lain, seperti Thailand atau India, nilai-nilai seperti dedikasi dan pengabdian pada pekerjaan mengalahkan keuntungan finansial.

Perbedaan-nilai ini bisa berpengaruh pada pilihan karir yang diambil oleh suatu individu. Orang Indonesia lebih cenderung memilih PNS atau pekerjaan di bidang bisnis atau teknologi karena meraka menganggap pekerjaan tersebut memiliki masa depan yang cerah dan banyak memberikan kesempatan penghasilan yang lebih besar. Di sisi lain, di negara-negara lain, seperti Thailand atau India, masyarakat memandang pekerjaan sebagai suatu bentuk pengabdian pada masyarakat dan negara, dan bukan hanya hanya sekadar mencari keuntungan semata.

Ketika masyarakat Indonesia mengalami tekanan sosial berupa tuntutan untuk mendapatkan pekerjaan yang paling bergengsi dan menghasilkan uang, hal ini dapat membuat banyak orang merasa tertekan dan tidak berdaya dalam memilih sebuah karir. Seringkali, orang menjadi terpaku pada pekerjaan yang terlihat menggiurkan dan tidak memperhatikan minat, bakat, dan passion yang sesungguhnya dimiliki. Padahal, memilih karir yang sesuai dengan minat dan passion akan memberikan kebahagiaan dan kepuasan yang lebih besar, bahkan meski pekerjaannya tidak selalu menjanjikan keuntungan finansial yang besar.

Faktor-faktor seperti pendidikan dan lingkungan sekitar juga memainkan peran penting dalam menentukan jenis pekerjaan yang diincar oleh masyarakat. Sekolah-sekolah di Indonesia cenderung memberikan penekanan lebih pada bidang-bidang akademik seperti matematika, sains, dan bahasa Inggris. Karena alasan ini, pekerjaan di bidang bisnis, teknologi, atau ilmu pengetahuan seringkali lebih disukai dibandingkan dengan profesi di bidang pertanian atau kehutanan.

Selanjutnya, faktor lingkungan sekitar juga memainkan peran penting dalam menentukan pilihan karir. Lingkungan yang kaya akan sumber daya alam cenderung mempengaruhi masyarakat untuk memilih profesi yang terkait dengan sumber daya alam tersebut. Di Indonesia, sumber daya alam yang melimpah seperti tambang, perkebunan, hutan, atau laut, memberikan peluang besar bagi orang untuk memilih profesi yang terkait dengan sumber daya alam tersebut.

Selain itu, kesetaraan gender dan kesempatan perusahaan untuk semua latar belakang juga dapat mempengaruhi kecenderungan masyarakat dalam memilih jenis pekerjaan tertentu. Dalam lingkungan di mana kesetaraan gender dan kesempatan perusahaan telah diterapkan, masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mengejar pekerjaan yang diminati tanpa ada diskriminasi dan perbedaan perlakuan. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dalam memilih jenis pekerjaan tertentu.

Perbedaan dalam pandangan masyarakat mengenai jenis pekerjaan yang diincar juga mempengaruhi penekanan yang diberikan di antara organisasi masyarakat. Di Indonesia, organisasi masyarakat cenderung lebih memilih untuk berfokus pada aspek ekonomi dan bisnis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya organisasi masyarakat seperti asosiasi pengusaha, kamar dagang, dan lain-lain yang bertujuan mempromosikan usaha dan memberikan kesempatan kepada pebisnis.

Di lain pihak, di negara-negara seperti Thailand atau India, organisasi masyarakat cenderung lebih berfokus pada aspek sosial dan budaya. Banyak organisasi seperti perkumpulan petani, gerakan lingkungan, dan lain sebagainya yang bertujuan mempromosikan kearifan lokal, kesetaraan gender, dan pengembangan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial dan budaya di negara-negara tersebut sangat dipertimbangkan dan dianggap penting oleh organisasi masyarakat.

Perbedaan ini juga dapat mencerminkan kondisi sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat. Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang cepat dan semakin kompetitif menyebabkan banyak organisasi masyarakat memfokuskan diri pada aspek ekonomi. Sementara di negara-negara lain yang lebih tergantung pada sektor pertanian, organisasi masyarakat lebih fokus pada aspek sosial dan budaya yang terkait dengan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulannya, diferensiasi nilai dan kebutuhan masyarakat yang ada di Indonesia dan negara-negara lain memberikan perbedaan pandangan mengenai jenis pekerjaan yang diincar. Indonesia lebih memilih profesi yang mengarah pada akuisisi individu, seperti menjadi PNS atau usahawan, sedangkan di negara-negara agraris, seperti Thailand atau India, petani dianggap sebagai profesi yang mulia dan dihormati. 

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk menghilangkan bias dan memberi akses yang sama untuk semua jenis pekerjaan, sesuai kebutuhan dan nilai yang berlaku di masyarakat. Terutama, penting bagi generasi muda untuk membuka pandangan tentang jenis pekerjaan yang tersedia, dan menilai jenis pekerjaan tersebut sesuai dengan minat dan minatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun