"Kecamatan Simpang Tiga di Kabupaten Pidie memiliki potensi lahan tambak yang sangat besar, namun sayangnya banyak lahan tambak yang tidak produktif dan tak terpakai."
Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, seperti penurunan kadar garam pada air laut dan ketinggian air laut yang terlalu rendah sehingga tidak memenuhi syarat untuk dibudidaya.
Pemerintah Kabupaten Pidie turut berperan aktif dalam mengembangkan industri pertanian garam di Kecamatan Simpang Tiga melalui berbagai program dan kebijakan yang mendukung. Salah satu program tersebut adalah program bantuan kepada petani garam dalam bentuk peralatan kerja, pelatihan dan pendampingan teknis untuk meningkatkan produktivitas garam dan kualitas hasil produksi.
Baca juga: Mengubah Lahan Tandus Menjadi Sumber Pendapatan yang Produktif Melalui Pertanian Alternatif
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pidie melalui Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Disperdagkop UKM) memberikan bantuan peralatan kerja dan pelatihan kepada petani garam di Pidie, di aula Delima Hotel Sigli, Selasa 26/09/2023. (Sumber: pidiekab.go.id)
Para petani garam di Kecamatan Simpang Tiga juga terus melakukan inovasi dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam yang dihasilkan. Salah satunya dengan melakukan pengolahan garam secara modern dan mengembangkan berbagai produk turunan dari garam yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Melalui kerja sama yang erat antara pemerintah dan masyarakat setempat, Kecamatan Simpang Tiga kini berhasil menjadi daerah pusat produksi garam yang sukses. Industri pertanian garam telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian daerah dengan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Sistem kolam terbuka yang memanfaatkan energi matahari dalam budidaya garam merupakan pengembangan teknologi yang sangat efektif di Kecamatan Simpang Tiga.Â
Dalam penggunaannya, kolam terbuka digunakan untuk menampung air laut dan matahari menjadi sumber energi yang menguapkan air laut dan menghasilkan kristal garam di permukaan kolam tersebut. Proses evaporasi ini terjadi secara alami dan diatur oleh para petani garam dengan mengontrol ketinggian air dan menambahkan garam ke dalam kolam untuk menstabilkan kadar garam.
Sistem budidaya garam dengan menggunakan kolam terbuka ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode konvensional. Pertama, biaya produksi yang dikeluarkan lebih rendah karena tidak memerlukan mesin maupun bahan kimia tambahan.
Kedua, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas garam karena kolam terbuka mampu menampung volume air laut yang lebih banyak dan memfasilitasi proses pengendapan ion-ion dalam air. Ketiga, pengolahan garam secara yang lebih baik karena garam yang dihasilkan lebih bersih dan berkualitas.
Dalam mengembangkan industri pertanian garam di Kecamatan Simpang Tiga, pemerintah dan masyarakat setempat juga mengembangkan berbagai produk turunan dari garam yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa produk turunan garam yang dihasilkan antara lain adalah garam beryodium dan garam klorin.
Garam beryodium adalah garam yang diperkaya dengan mineral yodium. Mineral yodium sangat penting bagi kesehatan manusia, terutama untuk mencegah penyakit gondok dan gangguan kesehatan lainnya. Dalam pembuatannya, garam alam diambil dan dicampur dengan mineral yodium, kemudian proses kristalisasi dilakukan sehingga menghasilkan produk garam beryodium berkualitas tinggi.
Sedangkan garam klorin adalah garam yang diformulasikan khusus untuk aplikasi dalam berbagai bidang seperti industri farmasi, kosmetik, dan makanan. Garam klorin memiliki kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan garam biasa, yang membuatnya cocok untuk digunakan sebagai bahan dasar dalam produksi berbagai produk yang memerlukan kandungan garam yang tinggi.
Dengan mengembangkan produk turunan garam seperti garam beryodium dan garam klorin, pemerintah dan masyarakat setempat dapat membuka peluang bisnis baru dan meningkatkan nilai jual dari hasil produksi garam. Selain itu, pengembangan produk turunan garam juga dapat menunjang kebutuhan industri nasional dan meningkatkan ekspor produk garam ke pasar internasional.
Meskipun telah berhasil mengubah lahan tambak tak produktif menjadi lahan pertanian garam yang produktif, namun masih terdapat banyak kendala dan hambatan dalam mengembangkan industri pertanian garam di Kecamatan Simpang Tiga. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan akses transportasi yang memadai. Transportasi yang kurang memadai membuat proses pengangkutan dan distribusi garam menjadi cukup sulit dan menghambat pertumbuhan industri garam.
Selain itu, kurangnya pemahaman dan dukungan dari masyarakat sekitar juga menjadi kendala yang dihadapi. Beberapa petani garam masih menggunakan metode konvensional dalam budidaya garam, karena kurangnya pengetahuan tentang teknologi terbaru atau terbatasnya akses terhadap informasi yang diperlukan. Hal ini menghambat kemajuan sektor pertanian garam dan memperburuk kesejahteraan masyarakat setempat.
Perubahan cuaca menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan produksi garam. Hujan dan kelembaban yang tinggi dapat mempengaruhi evaporasi air laut yang menjadi bahan dasar dalam produksi garam. Pengelola garam harus dapat meningkatkan teknologi dan kualitas produk dalam menghadapi perubahan cuaca agar produksi garam tetap stabil dan berkualitas.
Dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi, dibutuhkan dukungan pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur terkait seperti jalan dan jaringan transportasi. Pengembangan teknologi dan pemberian pelatihan untuk para petani garam juga sangatlah penting. Serta lebih luas lagi, pengembangan pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya industri pertanian garam harus ditingkatkan.
Dalam kesimpulannya, transformasi lahan tambak tak produktif di Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie menjadi daerah pusat produksi garam yang sukses bukanlah hal yang mudah. Diperlukan berbagai upaya dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan para petani garam untuk mengatasi berbagai kendala dan hambatan dalam mengembangkan industri pertanian garam.
Melalui upaya-upaya yang konsisten dan berkelanjutan, Kecamatan Simpang Tiga berhasil mengubah bekas lahan tambak tidak produktif menjadi lahan pertanian garam yang menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pengembangan teknologi dan kreation of value produk turunan garam turut menjadi faktor pendorong perkembangan industri pertanian garam yang menguntungkan ini.
Keberhasilan ini juga menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan tambak tidak produktif masih memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, transformasi lahan tambak tak produktif di Kecamatan Simpang Tiga juga memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat, seperti terciptanya lapangan kerja baru dan peningkatan ekonomi daerah.
Dengan dukungan dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat setempat serta dengan pengembangan teknologi dan marketing yang tepat, pengolahan tambak menjadi lahan pertanian garam yang produktif dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang memiliki lahan tambak tidak produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H