Bensesulfonat digunakan untuk membantu meningkatkan daya serap dan juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan phtalates digunakan dalam produksi plastik dan menjadi bahan tambahan dalam popok sekali pakai yang dapat menyebabkan gangguan hormon pada manusia.
Kondisi kandungan bahan kimia ini dalam popok sekali pakai sebagian besar masih belum diatur oleh pemerintah. Beberapa negara seperti Denmark dan Swedia bahkan telah melarang penggunaan beberapa bahan kimia pada popok bayi.
Dalam hal ini, minimal kita dapat melakukan pencegahan risiko dengan cara memilih popok bayi yang aman dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Popok ramah lingkungan yang terbuat dari bahan-bahan alami dan mudah terurai bisa menjadi alternatif yang baik untuk menghindari paparan bahan kimia pada anak-anak kita.
Kita juga perlu senantiasa memeriksa kondisi kulit bayi setiap kali selesai menggunakan popok. Lingkungan yang lembap dan panas di dalam popok yang dipakai untuk waktu yang lama bisa menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Oleh karena itu, pergantian popok secara teratur dan penggunaan krim pelindung kulit bayi adalah hal penting untuk mencegah iritasi dan infeksi kulit bayi.
Salah satu solusi untuk mengurangi dampak buruk sampah popok bayi bagi lingkungan adalah dengan menggunakan popok kain. Popok kain terdiri dari bahan-bahan alami, seperti katun atau bambu, yang dapat dicuci dan digunakan berulang-ulang. Dengan mengganti popok sekali pakai dengan popok kain, kita dapat mengurangi sampah plastik yang dihasilkan dari popok bayi.
Di samping itu, produsen popok juga mulai mengembangkan popok yang lebih ramah lingkungan. Popok jenis ini dibuat dari bahan yang lebih mudah terurai seperti pulp kayu atau serat daun kelapa, serta menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Popok jenis ini masih belum begitu umum dan biasanya memiliki harga yang cukup mahal.
Kita sebagai orangtua juga perlu memahami cara mengelola sampah popok bayi dengan benar. Dalam hal ini, kita perlu menyimpan popok bayi yang sudah terpakai dalam wadah tertutup sebelum membuangnya ke tempat sampah. Dengan demikian, kita dapat menghindari bau yang tidak sedap dan meminimalkan risiko penyebaran bakteri dan virus.
Kita juga dapat memilah sampah popok bayi dengan benar sehingga sampah ini dapat didaur ulang dan tidak merusak lingkungan. Contohnya, bagian plastik pada popok sekali pakai dapat dipotong-potong terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam tempat sampah.
Pengendalian sampah popok bayi harus dilakukan dengan sangat baik untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap lingkungan. Salah satu strategi yang efektif untuk mengelola sampah popok adalah dengan melakukan proses daur ulang secara teratur. Pengendalian ini dapat mengurangi volume sampah dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Di beberapa negara, seperti Norwegia dan Swedia, popok sekali pakai dianggap sebagai sumber energi alternatif, yang dapat diolah menjadi bahan baku untuk menghasilkan energi. Metode ini sangat positif dalam mengurangi dampak buruk sampah popok bagi lingkungan.
Pemerintah juga dapat melakukan kampanye atau program untuk memberikan pemahaman tentang pengelolaan sampah popok yang benar dan ramah lingkungan kepada masyarakat. Misalnya dengan memberikan insentif kepada keluarga yang menggunakan popok kain atau popok ramah lingkungan.