Setiap orang pasti pernah merasakan kekecewaan ketika harapan kita pada manusia tidak terpenuhi.Â
Tapi, mengapa kita terus berharap padahal kita tahu sebelumnya bahwa kita mungkin akan kecewa?
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kita bergantung satu sama lain untuk mencapai kebahagiaan dan memenuhi kebutuhan mendasar hidup seperti keamanan, makanan, minuman, dan perasaan dicintai.
Dalam relasi sosial, kita sering kali memiliki harapan pada orang lain. Harapan ini sebagai bentuk pengharapan pada relasi sosial yang lebih baik dan saling mendukung. Namun, ketika harapan tidak terpenuhi, kekecewaan dan ketidakpuasan muncul.
Untuk mengurangi tingkat kekecewaan, sebaiknya kita memiliki harapan yang realistis. Ketika kita memiliki harapan yang realistis, kita akan lebih mudah menerima ketidakpuasan dan kekecewaan. Sebaliknya, ketika harapan kita terlalu tinggi dapat membuat kita rentan mengalami perasaan yang lebih buruk ketika harapan kita tidak terpenuhi.
Perlu kita ingat bahwa kekecewaan adalah bagian alami dari hidup dan terkadang membuat kita belajar menghadapi tantangan dan mengatasi masalah. Selalu percayalah bahwa ada hal yang terbaik di balik kekecewaan dan cobalah untuk mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut.
Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga cenderung memiliki rasa takut atau ketidakpastian terhadap masa depan. Rasa takut itu dapat muncul ketika kita menghadapi situasi yang tidak dapat kita kendalikan atau ketika kita tidak yakin akan hasil dari sebuah keputusan yang kita buat. Dalam kondisi seperti ini, harapan dapat menjadi salah satu alat terpenting yang kita miliki untuk mengatasi ketidakpastian dalam hidup.
Harapan memberikan kita pandangan bahwa segala sesuatu mungkin terjadi. Harapan tersebut memberikan kita dorongan dan motivasi untuk terus berusaha dan bekerja keras, bahkan pada saat kita dihadapkan pada rintangan serta tantangan. Harapan juga memberikan kita alternative lain ketika apa yang kita harapkan tidak bisa diwujudkan, bisa menemukan jalan keluar yang baru.
Tentunya hal ini bukan berarti hanyalah berusaha mengharapkan saja tanpa melakukan usaha atau tindakan nyata. Harapan harus kita sertai dengan kerja keras dan usaha nyata yang tentunya dibarengi dengan rencana dan strategi yang matang. Jadi, harapan memberikan kita motivasi untuk meraih kesuksesan seperti yang kita impikan di masa depan.
Namun, perlu diingat bahwa harapan yang berlebihan dapat menimbulkan perasaan stres. Beberapa peneliti bahkan menyebutkan bahwa harapan yang berlebihan dan tidak realistis dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Oleh karena itu kita harus membatasi harapan kita pada hal-hal yang realistis dan sesuai dengan kemampuan kita.
Kita terus memperjuangkan harapan pada orang lain karena kita percaya pada kemampuan dan nilai-nilai mereka. Dalam banyak kasus, orang yang kita harapkan memiliki kualitas yang memenuhi harapan kita. Misalnya, kita mungkin berharap kepada teman dekat untuk menemani kita saat kita membutuhkan pasangan, atau berharap kepada pasangan untuk menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap kita ketika kita merasa terpuruk.
Kita juga seringkali berharap pada orang yang kita cintai seperti keluarga kita, pasangan, atau teman-teman kita karena kita percaya bahwa mereka memahami kita dan menginginkan yang terbaik untuk kita. Namun, kadang-kadang, harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, dan itu bisa sangat mengecewakan.
Mungkin saja harapan kita pada orang lain tidak terpenuhi karena orang tersebut tidak mampu memenuhi harapan kita atau mereka memiliki prioritas yang berbeda. Namun, dalam beberapa kasus, kekecewaan kita bisa saja muncul karena harapan kita sebenarnya terlalu tinggi atau tidak realistis.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengelola harapan kita dan mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan orang lain. Kita harus mengenali bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan setiap orang memiliki kekurangan masing-masing. Dengan melihat secara objektif, kita dapat mengelola harapan kita pada orang lain dan menghindari perasaan kecewa atau bahkan mengecewakan orang tersebut.
Kita juga harus ingat untuk selalu membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung dengan orang lain yang memenuhi kebutuhan dan nilai-nilai kita. Sehingga, ketika harapan kita terpenuhi, kita dapat merayakan kesuksesan bersama dan ketika harapan kita tidak terwujud, kita masih bisa saling meresapi dan saling menopang dalam melalui kegagalan.
Ketika harapan kita tidak terpenuhi, tidak dapat dihindari bahwa kita akan merasakan kecewa dan kekecewaan. Tapi kita bisa mengelola perasaan tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif pada diri kita.
Kebanyakan dari kita cenderung mempertanyakan diri sendiri atau mengarahkan kekecewaan pada diri sendiri ketika harapan tidak terpenuhi. Namun, sebaiknya kita perlu memahami bahwa kekecewaan tersebut hanya bagian dari proses dalam mencapai tujuan akhir dan bukan berarti bahwa kita gagal dalam segala hal.
Selain itu, kita bisa merenung dan menganalisis kenapa harapan kita tidak terpenuhi dan mencari jalan untuk memperbaikinya. Ini bisa menjadi peluang untuk memperbaiki strategi atau menginspirasi kita untuk mencoba cara baru untuk mencapai tujuan tersebut.
Saat mengatasi kekecewaan, kita juga perlu memperkuat dukungan sosial. Memelihara hubungan yang positif dengan orang-orang terdekat dapat membantu kita tetap positif, terinspirasi, dan menerima nasib kita. Berbicara dengan seseorang yang kita percayai dapat membantu kita meredakan stres dan merasa lebih baik.
Kita harus mengenali bahwa tak ada yang sempurna, dan kegagalan merupakan bagian dari pengalaman belajar. Kita harus selalu siap menghadapi kemungkinan kegagalan, namun kita juga harus menghargai pencapaian kita dan merayakannya. Kita harus tetap positif dan optimis, dan percaya bahwa terdapat peluang dan jalan untuk meraih kesuksesan.
Harapan yang realistis dapat mempersiapkan kita akan kemungkinan kegagalan, dan juga dapat mengurangi respons emosional kita ketika harapan kita tidak terpenuhi. Ketika kita memiliki ekspektasi yang realistis pada orang lain atau situasi, kita lebih dapat menerima dan menghadapi segala kemungkinan hasil yang mungkin terjadi.
Mengelola harapan kita sendiri dapat mengurangi stres, cemas, dan depresi ketika harapan tersebut tidak terpenuhi. Dengan memahami keterbatasan kita dan orang lain, kita lebih mudah untuk membatasi harapan kita hanya pada hal-hal yang memang kita percayai dapat kita capai.
Dalam mengembangkan harapan yang realistis, kita sebaiknya memperhatikan apa yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kita saat ini. Sebelum meminta bantuan atau keputusan penting dari orang lain, kita harus berpikir terlebih dahulu apakah mereka dapat memenuhi harapan kita atau tidak. Dengan cara ini, kita dapat memperkecil kekecewaan dan meningkatkan kesempatan untuk meraih keberhasilan.
Perlu diingat bahwa pantangan harapan bukan berarti harus berhenti berharap sama sekali. Namun, perlu diketahui batas kemampuan dan kenyataan serta menyesuaikan harapan dan ekspektasi dengan kemampuan dan kenyataan tersebut. Dengan cara ini, kita dapat melakukan persiapan dan tindakan yang tepat untuk memenuhi harapan kita.
Kesimpulannya, meskipun kita tahu bahwa harapan pada manusia dapat mengecewakan, manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, kita terus berharap pada orang lain dan mencari dukungan dari mereka. Namun, penting bagi kita untuk mengelola harapan kita dan memiliki ekspektasi yang realistis pada orang lain untuk mengurangi respon emosional ketika harapan kita tidak terpenuhi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H