Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Terus Berharap pada Manusia meskipun Kita Tahu Kita akan Kecewa?

9 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 9 Agustus 2024   18:04 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengelola harapan kita sendiri dapat mengurangi stres, cemas, dan depresi ketika harapan tersebut tidak terpenuhi. Dengan memahami keterbatasan kita dan orang lain, kita lebih mudah untuk membatasi harapan kita hanya pada hal-hal yang memang kita percayai dapat kita capai.

Dalam mengembangkan harapan yang realistis, kita sebaiknya memperhatikan apa yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kita saat ini. Sebelum meminta bantuan atau keputusan penting dari orang lain, kita harus berpikir terlebih dahulu apakah mereka dapat memenuhi harapan kita atau tidak. Dengan cara ini, kita dapat memperkecil kekecewaan dan meningkatkan kesempatan untuk meraih keberhasilan.

Perlu diingat bahwa pantangan harapan bukan berarti harus berhenti berharap sama sekali. Namun, perlu diketahui batas kemampuan dan kenyataan serta menyesuaikan harapan dan ekspektasi dengan kemampuan dan kenyataan tersebut. Dengan cara ini, kita dapat melakukan persiapan dan tindakan yang tepat untuk memenuhi harapan kita.

Kesimpulannya, meskipun kita tahu bahwa harapan pada manusia dapat mengecewakan, manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, kita terus berharap pada orang lain dan mencari dukungan dari mereka. Namun, penting bagi kita untuk mengelola harapan kita dan memiliki ekspektasi yang realistis pada orang lain untuk mengurangi respon emosional ketika harapan kita tidak terpenuhi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun