Mohon tunggu...
Muhammad Bar
Muhammad Bar Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Tulisan di sini semuanya fiktif belaka. Kalau ada yang benar mungkin kebetulan atau mungkin kebenaran yang kebetulan difiktifkan. Budayakan beri nilai dan komentar Mari bersama-sama kita belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bidadari Asrama

27 Agustus 2017   09:02 Diperbarui: 27 Agustus 2017   22:57 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Asramaku sepi

Semua pergi

Dan tidak pergi

Dari rumahnya sendiri

Sebab aroma lebaran ini

Aku tahu temanku berada

Di mana seharusnya aku juga berada

Asrama sebelah ini

Asrama ramai

Sebelah asrama sepi

Tuk melayani

Membagi snack

Air mineral

Memutar sandal

Kupikir, tak ada hal yang patut dan baik kulakukan selain ini

Beruntung, asramaku sepi

Aku jadi ke mari

Rezeki memang tidak ke mana

Tak diduga datang juga

Rencana Allah

Luar biasa, Alhamdulillah

Padahal baru niat baik saja

Bidadari lewat di depanku

Bukan, itu hiperbolaku

Lalu duduk di antara keluarga terhormat

Aku mengintai diam, lamat-lamat

Penarasan

Siapa dia?

Aku tak tahu

Hanya kecantikkannya yang kutahu

Sepuluh dari sepuluh

Pertama kali kulihat yang begitu

Kepalanya berputar sembilan puluh

Mataku tertangkap gagap

Yang lalu tidak bisa apa-apa

Selain membuang mata darinya

Ia peka, bodohnya aku

Pandanganku yang menyentuhnya

Memunculkan waspada

Tiba-tiba bayi ada di tangannya

Setelah kulihat ulang

Harapanku hilang

Aku tahu, aku bukan siapa-siapa

Hanya hitam yang melihat heran dia

Hanya tukang cuci

Hanya pelayan

Dan kau lebih

Kau bagian darinya

Kau kakaknya ternyata

Putri seorang Gus

Tentunya idola para Gus nantinya

Oh, ini acara aqiqah adikmu

Bodohnya aku

Padahal sudah setahun di sini

Ya, tapi aku punya kesempatan emas

Kesempatan puncakku di sini

Minta dijodohkan Gusku

Yang kumau hanya

Perempuan asli sini, yang baru pertama kali kulihat

Hei, yang pandangan pertama itu nafsu

Diam, aku tak peduli kau

Ya, dia

Tapi tetap saja

Kau takkan di sampingku berada

Karena kau terlalu istimewa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun