Mohon tunggu...
Muhammad Bar
Muhammad Bar Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Tulisan di sini semuanya fiktif belaka. Kalau ada yang benar mungkin kebetulan atau mungkin kebenaran yang kebetulan difiktifkan. Budayakan beri nilai dan komentar Mari bersama-sama kita belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tertawakan Sebab Lucu atau Menertawakan

23 Agustus 2017   07:52 Diperbarui: 24 Agustus 2017   14:50 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Gila, tertawa sendiri,' celetuk Barimeng.

'Iya, nih, Barikut, bisanya cuma ketawa, tidak patungan ngomong.' Celetuk Barigas.

'Barikut, kau kenapa, sih? Kalau aku tertawa gara-gara kau. Tawamu menular.' Barikat penasaran. Padahal ia tahu sendiri tafsiran pernyataannya barusan. Makanya ikut tertawa ketika jokenya mengena ke orang lain.

'Omongan menjerumus ke sesuatu. Tahu sendirilah.' balas Barikut. Semuanya tentu tahu kalau Barimeng itu umurnya 24 tahun. Mungkin tidak ada yang paham kalau itu mengandung sarkasme. Atau lainnya bisa menempatkan diri

Barikut berusaha menghentikan tawanya. Ia bingung, sepertinya ia bersalah. Ia merasa sungkan dengan Barimeng. Padahal luculah yang membuatnya tertawa, meski tak setiap orang bisa menangkap jokenya.

Pemahaman Barikut terhadap Barikat tidak pasti benar juga. Sekadar prasangka atau prasangka buruk. Mungkin maksudnya Barikat melakukan sentilan, menyindir halus Barimeng soal umur. Aneh sekali, tiba-tiba ia memecahkan keheningan dengan ungkapan seperti itu. Tidak sebab dan akibat.

Meski jelas baginya, Barikut tetap tidak bisa menjelaskan. Banyak kemungkinan buruk yang terjadi. Seperti, Barikat pindah perspektif, menyalahkan Barikut, 'Aku tidak bermaksud seperti itu. Kamu saja yang prasangka buruk.' Atau ketika jujur, malah membuat Barimeng tersinggung. Ia merasa ditertawakan Barikut dan Barikat. Lebih parahnya lagi ketika Barikut menjelaskan malah membuat semuanya tertawa membahana. Tawa yang menyerang Barimeng secara tak langsung. Kalau pun Barimeng ikut tertawa bukan berarti ia bahagia, mungkin juga ia hanya ingin terlihat tertawa. Barikut benar-benar tidak bisa membedakan tertawa sebab lucu dan menertawakan.

Mungkin menertawakan itu bagian dari diri tertawa sebab lucu. Tinggal tergantung penempatan dan penggunaannya. Kalaupun Barikut bisa menarik kembali 'wkwkwk'nya, ia bakal lakukan. Maka berhatilah menggunakan tawamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun