Mohon tunggu...
Muhammad Bar
Muhammad Bar Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Tulisan di sini semuanya fiktif belaka. Kalau ada yang benar mungkin kebetulan atau mungkin kebenaran yang kebetulan difiktifkan. Budayakan beri nilai dan komentar Mari bersama-sama kita belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Celetuk] Menurutku Sopan tapi Menurutnya Tidak

7 Oktober 2016   21:09 Diperbarui: 7 Oktober 2016   21:10 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari kejadian itu, aku jadi tahu maksud dari tatapan orang-orang itu. Aku lebih paham lagi dan merasakan efeknya setelah aku pratekkan. Tanpa basa-basi, besoknya aku pratekkan.

"Misi, Bu."

"Nggih...."

Satu ibu-ibu aku sapa, dan sukses dijawab senyum ramah.

"Misi, Pak."

"Nggih...."

Satu bapak-bapak aku sapa dan berhasil dijawab dengan senyum sumringah.

Sepertinya mereka sepakat untuk menjawab "nggih...." setiap ada sapaan. Berdasarkan survey praktek langsung memang seperti itu. Sudah tidak ada tatapan aneh itu lagi. Jadi ini yang (mungkin) mereka harapkan. Atau sebenarnya keramahan ini yang saya harapkan.

Kita berlaku sopan terhadap mereka. Orang lain juga demikian saat memperlakukan orang yang dilewati, aku pernah menemukannya, kala menyapa orang. Jadi memang seperti itu adatnya. Aku jadi ingat kata Pak Ustadzku, "Perlakukan seseorang seperti lingkungan memperlakukannya." COCOK!

Di sisi lain aku jadi malah ingat kata-kata Pak Ustadzku yang lain, "Jika kita sedang duduk-duduk santai di teras depan rumah, kita harus membuat orang yang lewat depan rumah nyaman dengan menyapanya, bukan malah menggoda perempuan muda yang lewat (untuk laki-laki, kalau perempuan berarti sebaliknya. Soalnya waktu ngomong audiencenya laki-laki semua). 

Malah lebih baiknya lagi kalau kita menunduk, ketika perempuan muda lewat. Menjaga pandangan. Makanya rumah saya tidak ada tempat buat duduk-duduk di depan rumah, karena konsep itu salah. Dan jika pun ada, bakalan susah untuk berlaku yang pantas dan benar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun