Mohon tunggu...
Muhammad Bar
Muhammad Bar Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Tulisan di sini semuanya fiktif belaka. Kalau ada yang benar mungkin kebetulan atau mungkin kebenaran yang kebetulan difiktifkan. Budayakan beri nilai dan komentar Mari bersama-sama kita belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Celetuk] Menurutku Sopan tapi Menurutnya Tidak

7 Oktober 2016   21:09 Diperbarui: 7 Oktober 2016   21:10 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

***

Aku tidak tahu maksud tatapan orang itu, setiap aku lewat berpapasan dengannya. Tatapannya menunjukkan ketidaksukaan, semacam marah tapi ditahan. Padahal aku cuma numpang lewat. Tak lebih tak kurang. Masalahnya lagi bukan sekadar orang itu saja, ada beberapa lainnya (bukan berarti semua, juga bukan banyak). Entah maksudnya apa aku tidak tahu. Yang pasti bukan karena tampang tampanku ini yang membuat mereka dengki, prasangka positifku.

Besoknya hari ospek dimulai dan rasa penasaranku terjawab sudah.

"Di Yogya itu harus dijaga sopan santunnya. Kalau lewat ada orang disapa, Dek." kata mbak, eh, kak panitia ospek (soalnya minta dipanggil kakak) di depan barisan peserta ospek.

"Iya, Kak!" Jawab kami hampir bersamaan.

"Monggo, Pak/Bu, permisi, nderek langkung," sebut kakak panitia ospek," kayak gitu, sambil senyum, jangan cuma diam apalagi merengut. Besok kalau berangkat ketemu kakak panitia disapa, "Pagi, Kak". Jangan diam kayak tadi waktu berangkat, itu nggak sopan. Kalian kalau disapa senangkan." jeda sejenak, "Kamu!" tunjuknya kepada salah seorang di barisan. Yang ditunjuk menyahut, "Iya, Kak".

"Nama kamu siapa?"

"Dede, Kak."

"Kamu kalau di jalan ketemu kakak, terus kakak sapa, "Pagi, Dedeeee...," seneng nggak?"

"Nggak, biasa saja kali, Kak," jawabku dalam hati. Kalau aku yang ditanya barangkali itu yang aku ucapkan. Biar makin riuh. Mencairkan suasana.

Yang ditanya tentunya menjawab iya. Malahan, "Iya, Kakak," sambil senyum cengengesan. Kakak panitia ospeknya cantik, bung. Jelas-jelas tergiurlah dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun