Di era digital saat ini, pembelajaran tidak lagi terbatas pada buku teks atau ceramah di dalam kelas. Salah satu pendekatan inovatif yang dapat diterapkan adalah pembuatan video foto sebagai alat bantu pembelajaran. Metode ini tidak hanya mendorong siswa untuk aktif, tetapi juga membantu mereka memahami konsep penting, seperti prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial.
Metode ini merupakan penerapan strategi Project-Based Learning (PjBL). Dalam penelitiannya, Devi Septiandini, Suyuti, Ike Arianny, dan Tina Martina, yang dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan edisi April 2024, menyebutkan bahwa penerapan PjBL di kelas berdampak pada peningkatan motivasi dan keterlibatan siswa. Pembelajaran berbasis proyek ini memberikan pengalaman nyata dan relevan bagi siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka dalam pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran Sosiologi.
Lebih lanjut, Devi Septiandini, dkk, menjelaskan ketika siswa terlibat secara aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek mereka sendiri, mereka merasakan rasa kepemilikan terhadap pembelajaran, sehingga lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu, penerapan PjBL juga membekali siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan di masyarakat saat ini, seperti kemampuan bekerja dalam tim, pemecahan masalah, presentasi, dan keterampilan komunikasi. Siswa juga memperoleh pengalaman praktis dalam mengolah data dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan.
Riset tersebut diperkuat oleh Yuka Fitri Yanti, Yanti Sri Wahyuni, dan Erningsih dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar edisi September 2024, yang menunjukkan adanya pengaruh positif penerapan PjBL dalam pembelajaran Sosiologi. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kreativitas siswa Fase E di SMA N 1 Sutera, Sumatera Barat, dan hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam kreativitas serta keterampilan berpikir siswa.
Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, strategi pembelajaran berbasis proyek seperti PjBL layak dipertimbangkan sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran Sosiologi di era digital.
Mengapa Pembuatan Video Foto?
Media video foto memiliki banyak kelebihan sebagai media pembelajaran, yaituÂ
- Membuat suatu ide atau konsep lebih mudah dipahami
Konsep seperti kesetaraan dan harmoni sosial dapat dijelaskan dengan mudah melalui ilustrasi gambar dan narasi.
- Meningkatkan Kreativitas Siswa
Selama proses pembuatan, siswa didorong untuk berpikir kreatif, mulai dari merancang ide, memilih gambar, hingga menyusun narasi.
- Melibatkan Emosi dan Pengalaman Pribadi
Siswa dapat menggunakan foto yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka merasa lebih terhubung dengan materi.
- Mendorong Kerjasama
Pembuatan video secara kelompok melatih kemampuan kerjasama dan komunikasi antaranggota.
Tujuan Pembelajaran
Proyek ini dirancang untuk membantu siswa memahami prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial serta menerapkannya dalam kehidupan nyata. Adapun tujuannya secara khusus meliputi:
- Mengidentifikasi bentuk-bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat.
- Menjelaskan pentingnya kesetaraan untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis.
- Menginternalisasi nilai-nilai toleransi, keadilan, dan penghargaan terhadap keberagaman.
Tahapan Pelaksanaan
Menurut Devi Septiandini, dkk langkah-langkah penerapan PjBL terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu 1) Analisis CP, TP dan perencanaan tim dalam proyek, 2) pengumpulan informasi dan penyusunan langkah -- langkah rencana kerja, 3) desain, pelaksanaan dan evaluasi proyek dan menentukan luaran proyek dan 4) presentasi serta publikasi hasil proyek.
Tahapan pertama. Analisis CP, TP, dan Perencanaan Tim dalam Proyek. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai (CP) dan tujuan pembelajaran (TP) terkait prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial. Guru memberikan pengantar tentang prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial, merujuk pada ayat-ayat Al-Qur'an, seperti QS. Al-Hujurat (49:13), yang menekankan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, bukan untuk saling merendahkan.
Selanjutnya, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tema tertentu, seperti:
- Kelompok 1: Mengidentifikasi bentuk-bentuk perbedaan sosial (ras, etnis, agama, atau kelas ekonomi).
- Kelompok 2: Menjelaskan dampak positif kesetaraan sosial.
- Kelompok 3: Mencari contoh konflik akibat perbedaan sosial dan solusi dengan prinsip kesetaraan.
- Kelompok 4: Merancang langkah konkrit penerapan prinsip kesetaraan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap kelompok mendiskusikan peran anggota serta merencanakan langkah-langkah kerja dalam proyek.
Tahapan kedua. Pengumpulan Informasi dan Penyusunan Langkah Kerja. Setiap kelompok mengumpulkan informasi dari sumber terpercaya, seperti buku, artikel, atau data di lingkungan sekitar. Siswa mulai menyusun langkah-langkah kerja, seperti menentukan tema, memilih foto yang relevan, menyusun narasi, dan merancang video.
Tahapan ketiga. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Proyek.Â
- Desain: Siswa menyusun konsep video yang mencakup narasi, urutan foto, serta musik latar. Mereka menggunakan aplikasi sederhana seperti Canva, PowerPoint, atau editor video lainnya.
- Pelaksanaan: Siswa mulai membuat video berdasarkan konsep yang telah dirancang. Guru memantau proses kerja kelompok, memberikan bimbingan, serta memastikan bahwa pekerjaan berjalan sesuai tema.
- Evaluasi Internal: Setiap kelompok mengevaluasi hasil sementara proyek mereka dan memperbaiki jika diperlukan.
Tahapan keempat. Presentasi dan Publikasi Hasil Proyek. Setiap kelompok mempresentasikan hasil video di depan kelas. Guru dan siswa lain memberikan tanggapan untuk meningkatkan pemahaman serta mengapresiasi upaya kelompok. Hasil proyek dapat dipublikasikan melalui media sekolah atau platform digital untuk memperluas dampaknya.
Dengan mengikuti tahapan ini, siswa tidak hanya belajar memahami konsep kesetaraan dalam perbedaan sosial, tetapi juga terampil bekerja dalam tim, berpikir kritis, serta menggunakan teknologi untuk menyampaikan pesan secara kreatif.
Hasil yang Diharapkan
Pemahaman Guru memberikan pengantar tentang prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial, merujuk pada ayat-ayat Al-Qur'an, seperti QS. Al-Hujurat (49:13), yang menekankan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, bukan untuk saling merendahkan.
Dengan merefleksikan peran kesetaraan dalam kehidupan sosial, siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai keadilan, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Peningkatan Kemampuan Teknologi dan Komunikasi
Siswa mengembangkan keterampilan teknis dalam pembuatan video dan meningkatkan kemampuan komunikasi melalui diskusi kelompok serta presentasi.
Penutup
Proyek pembuatan video foto tidak hanya menjadi sarana pembelajaran yang menyenangkan, tetapi juga efektif dalam mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan sosial. Dengan mengintegrasikan prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial, siswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang mempromosikan harmoni dan keadilan di tengah keberagaman.
Sebagaimana pesan dalam QS. Al-Maidah (5:8), "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." Semoga pembelajaran ini tidak hanya berakhir di ruang kelas, tetapi juga menjadi bekal bagi siswa untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H