Banyak sekali orang-orang yang beranggapan bahwa belajar sejarah adalah tanda orang yang susah move on, gagal, terjebak dalam romantisme sejarah dan hanya mampu membangga-banggakan kegemilangan masa lalu. Memang benar, ada orang-orang yang ketika belajar sejarah, mereka malah terperangkap pada masa lalu, hanya mampu berkata “dulu kita keren loh, dulu kita semegah ini loh, dulu kehebatan kita diakui dunia loh” tanpa melakukan apa-apa. Namun, sejarah bukan untuk hal seperti itu, yang hanya sibuk mengenang-ngenang masa lalu.
“Seorang Mukmin tidak akan terjatuh dua kali pada lubang yang sama” (HR. Bukhary)
Dari hadits di atas, Rasulullah sebenarnya ingin mengajarkan kepada kita untuk selalu belajar pada pengalaman. Bila ada yang baik di masa lalu, maka terus lakukan dan kembangkanlah, namun bila ada salah di masa lalu, maka jadikanlah itu sebuah pelajaran agar nantinya tidak terulang kembali. Benar saja bila ada yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik.
Jadi, seperti ini lah cara yang benar dalam mempelajari sejarah. Selalu menjadikannya pelajaran, bukan hanya membanggakan kegemilangan dan menangisi kehancuran. Bila kita mau melihat realita yang terjadi, permasalahan yang dialami oleh manusia sebenarnya sering kali mempunyai pola yang sama dari waktu ke waktu. Sejarah lah yang akan membuat kita menjadi lebih bijak dalam menghadapi sesuatu, agar tidak mudah kaget dan tidak mudah jatuh pada permasalahan yang sama. Tanpa belajar sejarah kita tidak akan bisa mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi. Oleh karena itu, generasi yang melupakan sejarah akan kehilangan masa lalu dan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H