Mohon tunggu...
muhammad awab
muhammad awab Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar sekolah

hobi saya bermain sepeda dan bermain game

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Libur-an

23 Januari 2025   10:40 Diperbarui: 23 Januari 2025   09:53 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku adalah seorang pelajar SMA di suatu SMA di Bogor. ini adalah cerita tentang diriku yang sedang berlibur di suatu desa di daerah Jawa Barat. cerita ini dimulai pada hari ke 4 liburan ku.

Pagi itu, matahari bersinar cerah, seolah ikut menyambut semangat liburan kami. Aku, Faris, Giri, Rasyid, Syabil, Brandon, dan Aca berkumpul di sebuah gubuk kecil di pinggir sawah desa. Masing-masing dari kami membawa perlengkapan sederhana: ember, cangkul kecil, dan tali pancing. Hari ini, rencana kami adalah menangkap belut di sawah, lalu berenang di sungai.

"Kalau kita berhasil dapat banyak belut, nanti kita bakar di tepi sungai," kata Giri dengan antusias.

Kami menyusuri pematang sawah, mencari lubang-lubang kecil di tanah yang menjadi sarang belut. Aca, yang katanya paling berpengalaman, memberi kami petunjuk.

"Lihat lubang yang ada bekas lumpur basahnya. Biasanya itu sarang belut. Tapi hati-hati, licinnya bisa bikin tanganmu terpeleset," ujarnya sambil tersenyum.

Tidak butuh waktu lama, Faris menjadi yang pertama mendapatkan belut. Ukurannya cukup besar, membuat kami semua kagum.

"Wah, hebat juga kau, Ris!" seruku.

"Belutnya mungkin takut sama tampangku yang garang," jawab Faris sambil tertawa, membuat kami ikut terbahak-bahak.

Aku mencoba keberuntunganku, tapi setiap kali tanganku masuk ke lubang, hasilnya nihil. Rasyid yang berdiri di sampingku ikut menggodaku. "Mungkin tanganmu kurang licin. Coba oles lumpur dulu," katanya bercanda.

Namun, saat aku hampir menyerah, aku merasakan sesuatu bergerak di dalam lubang. Dengan sigap, aku menariknya keluar. "Dapat!" seruku penuh semangat. Belut itu melilit tanganku, membuatku agak panik, tapi akhirnya berhasil kumasukkan ke dalam ember.

Setelah ember terisi cukup banyak, kami beralih ke sungai yang tak jauh dari sawah. Airnya jernih dan segar, memantulkan cahaya matahari.

"Ayo kita berenang!" teriak Brandon yang langsung melompat ke sungai.

Kami semua ikut terjun, menciptakan riak-riak kecil di air. Syabil, Giri dan Brandon memimpin perlombaan renang, sementara aku, Faris, dan Aca lebih asyik saling memercikkan air. Tawa kami membaur dengan gemericik sungai, menciptakan suasana yang penuh keceriaan.

Selesai berenang, kami duduk di tepi sungai. Dengan menggunakan batu dan ranting kering, kami menyalakan api kecil untuk membakar belut. Aroma harum belut bakar menyeruak, membuat perut kami yang lapar semakin keroncongan.

"Kalian tahu nggak," kata Giri sambil menikmati potongan belutnya, "momen seperti ini adalah yang paling berharga. Nggak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan sederhana seperti ini."

Kami semua mengangguk setuju. Hari itu, dengan tangan yang belepotan lumpur, perut kenyang, dan hati penuh tawa, kami merasa seperti anak-anak paling bahagia di dunia. Petualangan ini akan menjadi kenangan manis yang selalu kami bawa, mengingatkan kami bahwa kebahagiaan sejati sering kali hadir dari hal-hal sederhana bersama sahabat terbaik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun