Mohon tunggu...
Muhammad Aufa Akmal
Muhammad Aufa Akmal Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Suka main bola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muhammadiyah, Al-Ma'un dan Amal Usaha

11 Agustus 2023   09:27 Diperbarui: 11 Agustus 2023   09:39 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut data Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Muktamar 1 Abad Muhammadiyah, sampai Mei 2010 tercatat jumlah lembaga pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai berikut. Taman Kanak-Kanak 4.623 buah, PAUD 6.723 buah, SLB 15 buah, SD 1.370 buah, Madrasah Ibtidaiyah 1.079 buah, Madrasah Diniyah 347 buah, SMP 1.178 buah, Madrasah Tsanawiyah 507 buah, SMA 589 buah, Madrasah Aliyah 158 buah, SMK 396 buah, Madrasah Muallimin/Muallimat 7 buah, Pondok Pesantrem 107 buah, Sekolah Menengah Farmasi 3 buah. Rumah Sakit Umum Muhammadiyah/Aisyiyah sebanyak 71 buah, RS Bersalin 49 buah, Balai Pengobatan Ibu dan Anak 117 buah, Poliklinik 47 buah, Panti Asuhan 421 buah, Panti Jompo 9 buah, Asuhan Keluarga 78 buah, amal usaha bisnis sebanyak 565 buah, masjid 6.270 buah dan musala sebanyak 5.689. Dalam data Majelis Pendidikan Tinggi PP Muhammadiyah, sampai Oktober 2012 tercatat sebanyak 158 Perguruan Tinggi Muhammadiyah, terdiri dari 40 Universitas, 97 Sekolah Tinggi (terutama Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, Agama Islam, Ilmu Tarbiyah, Ilmu Kesehatan), 17 Akademi (terutama Akademi Kebidanan dan Keperawatan), dan 4 Politeknik Muhammadiyah (Magelang, Pekalongan, Tegal dan Yogyakarta) (Febriansyah dkk, 2015).

Berdasarkan data di atas, terlihat jelas Muhammdiyah mencoba komitmen dengan maksud dan tujuan pendiriaannya. Melalui amal usahanya, Muhammadiyah juga berkontribusi membangun negeri secara nyata. Pendapat ini didasari dengan dibuka dan diperbolehkannya AUM dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan yang berbeda agama sekalipun, AUM bukan semata didirikan untuk anggota Muhammadiyah. hal ini demi kepentingan umat bersama.

Meskipun secara kasat mata Muhammadiyah hari ini memiliki amal usaha yang terbanyak jika dibandingkan dengan Ormas Islam lain di Indonesia bahkan Dunia, namun ada satu autokritik dalam diri Muhammadiyah mengenai amal usahanya. Menurut Said Tuhuleley (Mantan Ketua Majelis Pemberdayaan Muhammadiyah) dalam Ahmad Najib Burhani, konsep dan praktik amal usaha Muhammadiyah pada masa awal telah berbeda dengan masa kini. Amal usaha yang dilaksanakan beberapa dekade terakhir tidak lagi murni "amal usaha" di mana kegiatan sosial hanya berharap pahala akhirat dan orientasinya adalah untuk membantu orang miskin, terpinggirkan, dan tertindas melainkan telah menjadi sebuah industri (Najib Burhani, 2016).

Referensi :

AD/ART Muhammadiyah

Febriansyah, M., dkk. (2015). 100 tahun Muhammadiyah Menyinari Negeri. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Gunawan, A., (2018). Teologi Surat al-Maun dan Praksis Sosial Dalam Kehidupan Warga Muhammadiyah. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol. 5 (2), 161--178.

Haedar, N. (2016). Muhammadiyah Gerakan Pembaruan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Hamdan. (2019). Paradigma Baru Pendidikan Muhammadiyah. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Najib Burhani, A. (2016). Muhammadiyah Berkemajuan. Bandung: Penerbit Mizan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun