Mohon tunggu...
Muhammad asadz
Muhammad asadz Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Uin Sunan Ampel Surabaya

Yuuhuu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyakit Batinnya Covid-19

16 Mei 2020   16:36 Diperbarui: 16 Mei 2020   16:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Covid-19 belakangan ini menjadi tranding topik di media. Bukan tanpa alasan, karena virus ini bukan hanya melanda dan mengancam beberapa Negara saja, namun Dunia pada umumnya juga terancam. 

Jika sehat itu mahal, maka penyakit adalah musuh terbesar saat ini. Corona, selain menjadi  penyakit yang  mematikan dan sangat mudah menular, ternyata  virus ini juga menjadi penyakit jiwa. 

Belakangan ini, banyak masyarakat yang terguncang batinya. Virus corona menghantui setiap individu di seluruh dunia. Hingga bermunculanlah berbagai macam laporan-laporan stigmatisasi dari berbagai macam lapisan masyarakat.

Di Jawa Tengah contohnya, masyarakat beramai-ramai menolak dengan tegas pemakaman jenazah korban Covid-19 di daerahnya. Mereka memblokade jalan hingga melempari mobil jenazah dengan batu. 

Padahal pemerintah, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan WHO sudah memberikan standarisasi pemakaman jenazah korban Covid-19 yang dijamin  aman bagi masyarakat. 

Menurut penelitian, virus covid-19 hanya dapat hidup bersamaan dengan inangnya,  apabila inangnya mati maka virus tersebut juga akan mati, sama halnya seperti Flu Burung dan HIV Aids. Pada saat pemakman jenazah, selain dilapisi dengan kain kafan, jenazah juga dilapisi pelastik khusus. 

Mereka yang menguburkan juga orang yang dipilih khusus dengan perlengkapan keamanan yang mumpuni. Lebih dari itu, keluarga korban juga dilarang menjenguk, mulai dari ditetapkanya korban sebagai pasien hingga dikuburkan.  Mereka para jenazah adalah korban, dan setiap dari mereka tidak ada yang menginginkan terkena  penyakit ini.

Di sebagian daerah lain, juga tehrdapat  perawat yang dikucilkan, diintimidasi bahkan hingga diusir dari kontrakanya karena dituduh membawa penyakit. Dilain sisi, kasus ini menunjukan bahwa  kewaspadaan masyarakat akan bahaya corona mulai terbentuk.  

Menjaga jarak adalah hal yang wajar, namun berlebihan jika sampai mengucilkan, mengintimidasi, bahkan mengusir. Padahal para Dokter dan Perawat saat ini adalah pahlawan kita, pahlawan kemanusiaan. Di saat semua orang berdiam diri di rumah, mereka bertaruh nyawa digaris terdepan menjaga kita.

Mengucilkan, mengusir, menstigmatisasi, bahkan menghakimi adalah hal yang sangat berbahaya.  Karena membuat siapapun yang merasakan gejalanya jadi enggan melapor hingga membuat virus menjadi sulit terdeteksi yang pada akhirnya mempersulit pemutusan rantai penyebaranya. 

Setiap orang tentunya mengingkinkan keselamatan, namun angan-angan tersebut menjadi omong kosong jika melangkah dengan cara yang salah. Alih-alih menjadi selamat, di tengah kondisi kerisis saat pandemi ini, justru kecerobohan akan menambah keritis. 

Diprediksi wabah ini akan berlangsung lama. Tidak ada yang tau pasti kapan pandemi ini akan segara berakhir. Namun langkah yang paling tepat yang dapat kita lakukan saat ini adalah menyiapkan diri dan mental untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Sejarah telah membuktikan,bahwa dalam tekanan maka konflik cendrung rentan terjadi. Orang akan bertindak apa saja demi kebebasan. Dalam keadaan seperti inilah masyarakat menjadi kehilangan arah hingga memungkinkan adanya pihak yang memiliki kepentingan memegang kendali. 

Maka jauh sebelum itu, wabah ini haruslah segera diselesaikan. Jika mencegah lebih baik dari pada mengobati, maka setiapa individu hendaklah bersikap dewasa. Pemerintah dan tim medis tidaklah bisa bekerja sendiri, diperlukan peran masyarakat untuk bahu-membahu membantu, sesuai dengan moto kita "Gotong-royong".

Sudah banyak instruksi, keputusan dan kebijakan pemerintah yang dikeluarkan, namun semua instruksi tersebut hanya dapat terealisasikan dengan cara masyarakat patuh dan selalu mensuport. 

Maka dari itu, cukuplah Covid-19 ini menjadi virus yang menyakiti fisik kita, lalu tidak bertambah menjadi penyakit batin. Justru di momentum seperti saat inilah, di tengah guncangan sosial yang terjadi ini merupakan kesempatan kita untuk memperkuat solidaritas, mengeratkan ikatan sosial dan saling mensuport satu sama lain. Semoga kita semua menang dalam pertempuran ini dan Bumi kembali sehat seperti dahulu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun