Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... Guru - Columnist

Bekerja untuk masyarakat dan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berawal dari Olok-olok

20 Agustus 2019   00:14 Diperbarui: 11 Agustus 2020   19:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu anak-anak berkumpul di sudut kelas sangat riuh. Karena penasaran aku mendekat, menyibak keramaian untuk melihat apa yang mereka lihat.

Dua anak sedang bergumul di lantai saling mencengkram. Sontak aku berteriak, "Apa yang sedang kalian lakukan!?!"

Tanganku meraih lengan salah satu diantara mereka yang tampak tidak hendak melepaskan cengkraman mereka satu sama lain.

Terpaksa dengan sedikit sentakan, membuat kedua orang itu akhirnya terpisah.

Marah bukan kepalang; habis akal bagaimana hal tersebut dapat mereka lakukan pada kawannya sendiri.

Singkat cerita perkara ini ternyata dimulai dari sebuah batu kerikil yang tercecer di lantai, kata kawan mereka yang menyaksikan.

"Bagaimana persisnya?", aku memburu.

"Iya, Pak. Kerikil itu tadi diumpamakan sebagai kepala Budi oleh Joni, Pak. Joni bilang kepala Budi runcing seperti kerikil, Pak", dengan terbata menjelaskan.

"Betul Joni?!", aku lihat mukanya masih merah dan napas tersengal.

"Tapi, dia yang mulai duluan", sembari mengarahkan telunjuknya ke arah Budi.

"Jangan asal tuduh, kamu yang mulai duluan tadi", membalas dengan cara yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun