Belajar filsafat itu ngeri-ngeri sedap, sulit dipahami tapi seharusnya tidak sulit karena filsafat itu sistem pemikiran dan setiap orang mempunyai alat untuk berpikir. Belajar filsafat menyenangkan dan memacu adrenalin pemikiran tentang Tuhan, alam dan manusia yang dikemukakan oleh filosof-filosof yang tidak percaya pada Tuhan (Atheis), filosof skeptis hingga filosof yang percaya adanya Tuhan. Namun walau bagaimanapun harus di akui bahwa mempelajari filsafat bukanlah perkara mudah dan gampang.
Nah, sebenarnya apa itu filsafat?. Kalau kita telusuri filsuf pra dan pasca Socrates, filsuf skolastik hingga filsuf modern mempunyai pandangan yang berbeda dalam mendefinisikan filsafat. Setiap filsuf mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan konotasi filsafat, lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri.
Seperti definisi yang dikemukakan oleh Bertrand Arthur William Russell (1872-1970) filsuf Inggris pelopor aliran Logisisme, menurutnya filsafat ialah menjawab pertanyaan yang tinggi (ultimate) yaitu pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains. Untuk bisa mengajukan pertanyaan secara filosofis maka orang tersebut harus berpikir ala filosof, ia berpikir ala filosof dengan mengajukan pertanyaan secara kritis dan menjawab segala pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan yang bersifat holistik, karena filsafat berupaya untuk mendapatkan kebenaran universal tentang realitas.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa filsafat adalah bertanya secara filosofis, kenapa bertanya?. Karena sifat dari manusia adalah rasa ingin tahunya kuat, dan ini merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia berupa alat untuk berpikir yaitu akal. Ketika ingin mengetahui sesuatu maka terlebih dahulu harus didahului dengan pertanyaan kemudian timbul jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut.
Filsafat berasal dari Yunani karena pada awalnya yang menggunakan akal secara serius adalah orang Yunani yang bernama Thales (624-546 SM) sehingga tersematlah pada dirinya sebagai bapak filsafat. Karena ketika itu ia mengajukan pertanyaan yang aneh tentang alam yaitu "Apa sebenarnya bahan alam semesta ini ?" dan ia menjawab air karena ia melihat air banyak memberikan manfaat kepada manusia. Sebelum Thales mengajukan pertanyaan aneh tersebut jauh sebelum itu Nabi Ibrahim as (2295 SM) telah mengajukan pertanyaan aneh tentang Tuhan. Nabi Ibrahim hidup pada masa raja Namrud, ketika itu raja Namrud mengeluarkan undang-undang bahwa setiap laki-laki yang lahir harus dibunuh. Nabi Ibrahim yang baru lahir, secara diam-diam diselamatkan oleh ayahnya (Azar) dengan jalan disembunyikan dalam sebuah gua di hutan. Dengan izin Allah, nabi Ibrahim dapat hidup dengan selamat tanpa gangguan binatang buas. Karena jauh dari kaumnya, maka sejak kecil nabi Ibrahim terbebas dari segala macam bentuk syirik dan maksiat.
Hidayah Allah merasuk kedalam hatinya, sehingga nabi Ibrahim sering kali berpikir dan merenungkan berhala-berhala dari batu yang dipuja dan disembah oleh kaumnya. Kemudian timbul pertanyaan dihatinya, mengapa benda-benda yang tidak dapat berbuat apa-apa itu disembah? Lalu dimanakah Tuhan yang sebenarnya? Ketika nabi Ibrahim melihat bulan dan bintang di malam hari, lalu matahari di siang hari, ia berkata di dalam hati, mungkinkah benda itu Tuhan? Tetapi, ternyata ketika bulan dan bintang menghilang dan matahari pun terbenam, ia kemudian berkata "Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu."
Kemudian Allah berfirman tentang nabi Ibrahim as: "Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang lalu dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata: "Aku tidak suka pada yang tenggelam." Ketika ia melihat bulan yang terbit, dia berkata: "Inikah Tuhanku?" tetapi setelah bulan itu terbenam, ia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia bekata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesunggunya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (Q.S Al-An'am: 76-79).
Setelah nabi Ibrahim beranjak dewasa, Allah memberikan akal dan kecerdasan yang luar biasa kepadanya. Dan mulailah nabi Ibrahim as menyampaikan dakwahnya. Tantangan dalam berdakwah, beliau dihadapkan dengan raja Namrud yang menyembah berhala. Suatu ketika ia menghancurkan berhala-berhala yang ada ditempat peribadatan raja Namrud dengan kampak, karena maksud tertentu, ada satu berhala yang tetap dibiarkan berdiri, yakni berhala yang terbesar kemudian ia mengalungkan kampaknya pada leher berbahala besar itu
Setelah mengetahui berhalanya dihancurkan, maka raja Namrud murka dan nabi Ibarahim sebagai orang yang tertuduh karena sudah dikenal sangat membenci sesembahan kaumnya. Maka nabi Ibrahim dihadapkan kepada raja Namrud untuk diadili. Sang raja berkata
"Wahai Ibrahim, bukankah engaku yang telah menghancurkan berhala-berhala kami di rumah peribadatan?" bukan! jawab nabi Ibrahim. Lalu, siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah engkau sangat membenci sesembahan kami?
"Ya, tapi aku tidak menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, barangkali berhala besar itulah yang telah melakukannya. Bukankah kampak yang ada di lehernya membuktikan perbuatannya?" sahut nabi Ibrahim dengan tenang. "Mana mungkin berhala berbuat seperti itu?" Kata raja Namrud membantah pernyataan nabi Ibrahim as
Mendengar itu, nabi Ibrahim dengan tegas berkata: "Kalau begitu, mengapa engkau sembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa." Mendengar pernyataan nabi Ibrahim itu, orang-orang yang menyaksikan jalannya pengadilan itu terkejut dan banyak diantara mereka yang sadar. Terpikir oleh mereka, bahwa memang begitulah adanya; mereka telah menyembah sesuatu yang tak dapat melihat, mendengar dan bergerak
Melihat kisah perjalanan nabi Ibrahim as seperti yang telah diceritakan di atas, kita dapat mengetahui bahwa nabi Ibrahim mengajukan pertanyaan filosofis tentang Tuhan untuk mengetahui siapa Tuhan dan dimana Tuhan yang sebenarnya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa akal yang telah diberikan Allah kepada manusia dapat digunakan untuk berpikir dan merenung tentang apa yang terjadi di alam semesta ini
Tanpa kita sadari bahwa filsafat merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, tinggal bagaimana kita mengajukan pertanyaan tersebut; apakah secara filosofis atau hanya sekedar praktis saja tanpa ada pemikiran lebih lanjut dan menjawab pertanyaan tersebut biasa saja atau menggunakan metode holistik untuk mendapatkan penjelasan secara menyeluruh. Karena filsafat merupakan usaha menjawab pertanyaan yang bersifa menyeluruh tentang Tuhan, alam dan manusia untuk sampai kepada hal-hal yang sangat mendasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H