Mohon tunggu...
Aqib Muhammad Kh
Aqib Muhammad Kh Mohon Tunggu... Penulis - Santri Pesantren Kreatif Baitul Kilmah

Nafasku adalah bara api yang memacu semangat untuk tidak sekarat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Patah Hati

8 Mei 2022   05:39 Diperbarui: 8 Mei 2022   06:34 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cara Tuhan

Ribuan mata sinis kupandang

Tak satupun kutemui teduh

Milyaran rintik hujan jatuh 

Menjuntai dari atas atap

Kuamati

Tak satupun kutemui tabah

Sayat-sayat elegi kentara

Mencabik-cabik relung nurani

Tubuhku lumpuh

Satu langkahpun terhuyung-huyung

Mimpiku ilusi

Di antara jutaan bunga

Kenang-kenanglah dalam keningmu 

Sampai pening menjelma

Sekalipun, tak menang

Dan aku tetap tumbang

Pada akhirnya sampailah aku pada pemahaman:

Tuhan punya cara sendiri untuk mendewasakan setiap orang!

02 Januari 2022


Patah Hati

Aku adalah air mata 

yang memaksa jatuh dari kelopak mataku saat patah hati

Aku adalah kalup 

yang memaksa mataku bengkak saat kecewa

Aku adalah ringkih

yang memaksa tubuhku saat tanpamu

Aku adalah sebilah belati tajam

yang menyayat-nyayat hati berkeping dan berceceran

Aku adalah pengemis

yang tak punya kuasa atas barang berhargamu untuk kupaksa beri padaku

Terima kasih, telah mau.

Aku bukan aku lagi.

Sering kali patah hati

adalah seni sakit yang tak bisa ditawar, apa lagi ditukar.

07 Januari 2022

Belajar

Belajarlah pada masalah,

yang tak pernah berhenti setia untuk mendewasakanmu.

Belajarlah pada air

yang lembut

tapi dahsyat dan kuat.

Belajarlah pada siput,

yang sabar dan terus berjalan.

Sabarlah, Nak.

Mengalahlah, sampai tak ada apapun yang dapat mengalahkanmu.

02 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun