Malang, 1 Januari 2025 — Candi Srigading, yang terletak di wilayah Malang, Jawa Timur, semakin menarik perhatian para arkeolog dan pencinta sejarah. Dikenal sebagai satu-satunya candi pemujaan untuk Dewa Brahma di Jawa, candi ini memiliki banyak keunikan dan penemuan yang mencolok, mencerminkan pentingnya sejarah Mataram Kuno.
Keunikan Arsitektur dan Artefak
Salah satu ciri khas Candi Srigading adalah bentuknya yang tidak lurus dan agak nyerong, menjadikannya berbeda dari candi-candi lainnya. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan, terbukti dari sejumlah prasasti yang ditemukan di sekitarnya. Prasasti-prasasti tersebut, yang sebagian besar berhubungan dengan Dewa Siwa, mengungkapkan warisan pendidikan dan kebudayaan yang kaya di kawasan Malang.
Candi ini juga memiliki sejarah yang kaya, dengan penemuan berbagai artefak berharga, termasuk arca, emas, dan potongan kepala angsa, yang merupakan tunggangan Dewa Brahma. Penggalian terbaru juga menemukan lima elemen besi yang diyakini memiliki makna ritual. Di lokasi ini, ditemukan pula kulkul, tempat kentongan yang tidak dijumpai di Bali, menambah keunikan Candi Srigading sebagai tempat suci Brahma. Keberadaan sumuran yang berbentuk L untuk menampung lima elemen juga menjadi daya tarik tersendiri, berbeda dengan candi lainnya yang biasanya berbentuk persegi.
Masyarakat setempat menunjukkan rasa hormat yang tinggi terhadap candi ini, dengan melarang pengambilan artefak. Bahkan, bata kecil yang diambil dari lokasi diharuskan dikembalikan dalam waktu tiga hari, menunjukkan kesadaran akan pentingnya menjaga situs bersejarah ini.
Kata-Kata Juru Kunci dan Pengunjung
Juru kunci Candi Srigading, Bapak Rahmat, berbagi pandangannya saat menerima rombongan Kegiatan Kuliah Mandiri (KKM) yang berkunjung: “Candi ini bukan hanya situs sejarah, tetapi juga tempat suci yang harus kita jaga. Setiap batu di sini memiliki cerita dan makna yang dalam. Kami berharap generasi muda dapat menghargai dan melestarikan warisan ini.”
Salah satu anggota KKM, Aini, mengungkapkan, “Kunjungan ini sangat membuka wawasan kami tentang sejarah dan budaya Jawa. Melihat langsung artefak dan mendengarkan penjelasan dari juru kunci membuat kami semakin mengerti betapa pentingnya melestarikan candi ini.”
Teman-teman KKM lainnya juga merasakan pengalaman yang mendalam. Mujib juga menambahkan, “Kami merasa terhubung dengan sejarah bangsa. Candi Srigading adalah simbol dari kekayaan budaya yang harus kita banggakan.”
Signifikansi Sejarah dan Budaya
Nama asli Candi Srigading adalah Manggis (Mamanggisan), dan prasasti-prasasti terdekat, seperti Linggasutani, Walandit, Adanadan, dan Katindian 1 & 2, menambah dimensi sejarah tempat ini. Prasasti-prasasti ini menggambarkan pentingnya kawasan ini dalam konteks budaya dan spiritual Mataram Kuno, di mana pendarmaan raja yang dikuburkan di sini menandakan posisi candi dalam hierarki kekuasaan dan keagamaan.
Candi Srigading juga memiliki relevansi dengan sejarah Kanjuruhan, yang menjadi tempat istimewa dalam konteks peradaban kuno di Jawa Timur. Setiap prasasti yang ditemukan di Malang memberikan gambaran mendalam tentang pendidikan dan kebudayaan yang berkembang di kawasan tersebut.
Selain itu, Candi Srigading menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah, termasuk usaha pencurian yang beberapa kali terjadi, namun artefak-artefak penting tersebut selalu berhasil dikembalikan. Hal ini mencerminkan nilai spiritual dan budaya yang sangat dihargai oleh masyarakat lokal.
Dengan segala keunikan dan warisan yang dimilikinya, Candi Srigading berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang menarik di Indonesia. Diharapkan, penelitian dan penggalian yang berkelanjutan dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang sejarah dan fungsi candi ini di masa lalu, sekaligus memperkuat posisi Candi Srigading dalam konteks sejarah dan budaya Indonesia. Melalui pemahaman yang lebih dalam, masyarakat bisa lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya yang berharga ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H