Persahabatan yang Tak Terduga
Sore itu, langit Jakarta tampak mendung. Rani duduk termenung di halte bus, menunggu hujan yang mulai turun rintik-rintik untuk reda. Ia merutuki dirinya yang lupa membawa payung, padahal ramalan cuaca pagi tadi sudah memperingatkan akan turun hujan.
Di sampingnya, seorang wanita paruh baya dengan rambut beruban duduk sambil memegang kantong plastik berisi sayuran. Wanita itu tersenyum ramah pada Rani, yang dibalas dengan senyuman tipis.
"Nak, lupa bawa payung ya?" tanya wanita itu dengan suara lembut.
Rani mengangguk malu. "Iya, Bu. Tadi pagi buru-buru."
"Kebetulan Ibu bawa payung lebih. Ini, pakai saja," kata wanita itu sambil menyodorkan sebuah payung lipat berwarna biru.
"Ah, tidak usah Bu. Nanti Ibu bagaimana?"
"Ibu masih ada satu lagi kok. Lagipula rumah Ibu dekat sini. Kamu sepertinya masih harus pergi jauh."
Dengan ragu-ragu Rani menerima payung itu. "Terima kasih banyak, Bu. Besok saya kembalikan. Ibu tinggal di mana?"
"Tidak perlu dikembalikan, Nak. Anggap saja hadiah dari Ibu. Siapa tahu bisa berguna lain waktu," jawab wanita itu sambil tersenyum.
Rani terdiam, tersentuh oleh kebaikan yang tak terduga dari orang asing. "Tapi Bu..."
"Sudah, tidak apa-apa. Yang penting kamu bisa pulang dengan aman. Cuaca sedang tidak menentu belakangan ini."