Mohon tunggu...
Muhammad Amin Saputra
Muhammad Amin Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Dakwah

Maju Menggugat, Diam Tertindas, Atau Mundur Sebagai Penghianat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Zonguldak'a Hosgeldiniz

14 Mei 2023   22:49 Diperbarui: 14 Mei 2023   23:41 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Amin Saputra. Aku meninggalkan tempat penginapan atau Hotel pada pukul 10:00 TRT menuju Stasius Otobus di Istanbul bersama teman-teman dari Indonesia. Istanbul adalah tempat yang sangat Indah. Di Istanbul terdapat banyak tempat-tempat bersejarah, banyak turis dari berbagai negara dan ada banyak siswa yang datang dari berbagai negara untuk belajar termasuk saya. Setelah tiba di Stasiun Otobus kami beristirahat beberapa jam.

Disana kami melihat ada sebuah tempat makan yang bagus sambil berjalan dan duduk disana untuk sarapan. Ada berbagai makanan untuk sarapan dan menu sarapan di Turki membuat saya terkejut. Untuk sarapan saya ingin Nasi bukan sebuah Roti. Tatapan dan tawaran pelayan itu masih ada didepanku. Belakangan ini saya baru mengetahui bahwa orang Turki tidak sarapan dengan Nasi tetapi dengan Roti. Sementara di Indonesia kami tidak terbiasa makan Roti untuk sarapan. 

Menu makanan Roti membuat saya bingung untuk sarapan karena menurutku menambahkan tomat, keju, saos, kentang, sayur-sayuran kering dan mentah bukanlah ide yang bagus serta mengenyangkan perut untuk sarapan.

Sabtu, 15 Oktober 2022 adalah sebuah perjalanan awal aku dari Istanbul ke sebuah kota di Turki namanya Zonguldak untuk memulai belajar Bahasa Turki disana. Dari Istanbul 6 jam perjalanan dengan Otobus menuju Kota Zonguldak. Di perjalanan kami disuguni dengan berbagai pemandangan keindahan gaya khas kuno Turki serta berbagai bangunan terkenalnya.  Begitu banyak pemandangan yang dilewati, ada yang menarik dan ada yang membuat aku sangat gembira. 

Bagiku hidup adalah sebuah perjalanan, satu diantara kata-kata paling terkenal yang aku dengar dalam memaknai sebuah perjalanan di kampung mengajarkan aku "Lewotana Moe Pana Molo Goe Dore, Soga Naran Lewotana" Kamu bisa membaca dan merenungkan kata-kata hidup ini bahwa diyakini atau tidak, sepanjang perjalanan, kita akan melewati begitu banyak 'tantatangan, hambatan, rintangan dan kemudahan'. Terkadang ada yang menarik dan membuat kita gembira dan terkadang kita melewati jalan yang rusak yang membuat kita tersesat dalam perjalanan itu. 

Walaupun demikian, semua terjadi atas kehendak Tuhan. Sebagai pelaku perjalanan, kita sebisa mungkin menikmatinya. Jangan terlalu banyak mengeluh dan milikilah sebuah kepercayaan bahwa Tuhan akan membawa kita sampai pada tujuan akhir yang indah. 

Sedikit langkah awal dari perjalanan yang hebat ini terkadang membuat aku duduk termenung dan menangis bahwa bukan tujuan untuk kebahagiaan atau kesedihan, tetapi perjalanan yang berkelanjutan yang kita butuhkan untuk mengalami setiap aspek kehidupan ini. Satu petuah terakhir yang diberikan para pendahulu dan leluhur dikampungku sering menasehatkan "Hope Subang Nuru Raran" Ungkapan ini memberitahukan aku bahwa disuatu tempat dalam perjalananmu, jangan lupa untuk berbalik dan bangunlah sebuah peradaban."

Sampailah disuatu malam dalam perjalanan. Di Otobus aku duduk berdua bersama dengan temanku. Sambil menatap keluar jendela Bus tiba-tiba datang seorang petugas Bus menawarkan aku sesuatu "Bu Sen Ister Misin?" tanyaku kepada kak Puji apa artinya "Apakah kamu mengiginkan ini". jawab kak Puji. Sambil menganggukkan kepala saya memberikan jawaban dengan isyarat bahwa saya mengiginkannya. Ketika petugas itu pergi kak Puji lanjut memberikan penjelasan kepada saya bahwa yang diberikan orang itu adalah Kolonya' yaitu sebuah tradisi orang Turki yang kemudian ditawarkan kepada seorang tamu untuk digunakan sebagai wewangian. 

Di Turki Kolonya adalah salah satu simbol keramahtamahan dan kesehatan Turki sejak Kekaisaran Ottoman dan seringkali digambarkan sebagai aroma nasional Turki. Biasanya kolonya dipakai untuk menyambut tamu dengan meletakkannya di tangan saat memasuki rumah, hotel, atau rumah sakit. Selain itu, Kolonya juga seringkali diberikan untuk tamu saat selesai makan atau saat berkumpul untuk ibadah. Kolonya Turki dan aromanya yang sederhana, indah, dan menyegarkan bisa membuat ketagihan. 

Di Turki anda akan dapat dengan mudah menemukan Kolonya di setiap rumah dan kantor. Campuran-campuran yang digunakan untuk membuat Kolonya biasanya digunakan untuk mengobati pusing, pingsan, dan sakit kepala dalam sebuah perjalanan jauh dengan kendaraan umum. 

Saat menulis catatan singkat ini, tak-tersadarkan bahwa aku akan tiba di Zonguldak. Disana aku melihat sebuah tulisan singkat "ZONGULDAK'A HOGELDNZ" Begitu sapaan selamat datang orang Turki kepada seseorang yang ditemui. Seperti orang Arab dengan Ahlan-Wasahlan-nya orang Inggris dengan Welcome-nya dan orang Jawa dengan Sugeng Rawuh-nya. Siapapun orang yang akan anda temui dan dikota manapun yang akan anda kunjungi akan anda temukan ungkapan kalimat Ho geldiniz. Begitulah sambutan awal untuk aku di Kota Zonguldak ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun