pengaruh dari pengguna bahasa pada tokoh figuran seperti fiersa bersari dapat memengaruhi fenomena evolusi makna, Seperti kata "gabut" yang dulunya merupakan singkatan dari "gaji buta", yang awalnya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menerima gaji tanpa melakukan pekerjaan yang berarti.Â
Namun, dalam penggunaan sehari-hari oleh kaum muda, "gabut" telah berevolusi menjadi istilah yang berarti "tidak ada kerjaan" atau "bosan". Perubahan makna ini mencerminkan dinamika bahasa yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya.
Secara tidak langsung penelitian ini juga menunjukkan bahwa kata "gabut" telah mengalami evolusi makna yang signifikan dari "gaji buta" menjadi "tidak ada kerjaan" atau "bosan", terutama di kalangan remaja. Perubahan ini dipengaruhi oleh media sosial, komunitas remaja, dan budaya pop.Â
Sementara itu, idiom seperti "kepala dingin" cenderung memiliki makna yang stabil karena penggunaan yang konsisten dan nilai budaya yang tetap.
Pemahaman tentang perubahan alih bahasa, terutama perbedaan antara slang dan idiom, penting untuk kajian bahasa dan budaya. Peran media sosial dalam mempercepat perubahan bahasa menunjukkan dinamika linguistik di era digital. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari perubahan ini terhadap bahasa Indonesia.
Contoh lain penggunaan kata "gabut" dalam Twitter atau X bisa ditemukan pada cuitan-cuitan remaja seperti Fiersa Besari dan figuran lainnya yang sering kali mengungkapkan perasaan bosan mereka dengan kalimat seperti "Lagi gabut nih, ada yang mau ngajak jalan?" atau "Hari ini gabut banget, ada rekomendasi film nggak?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H