Mohon tunggu...
Muhammad Alfatih Murod
Muhammad Alfatih Murod Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pejalan kaki

Nyaman mengungkapkan pikiran lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menguak Berkah Ramadhan dalam Perspektif Ekonomi Islam

10 Maret 2024   11:26 Diperbarui: 10 Maret 2024   15:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh darwisalwan (Pixabay)

"Ramadhan datang, alam pun riang menyambut bulan yang berkah"
Penggalan lirik di atas merupakan lagu yang didendangkan oleh Tompi dengan judul "Ramadhan Datang". Lagu yang dirilis lebih dari satu dekade lalu ini seakan menjadi sebuah penanda bahwa bulan Ramadhan akan segera tiba. 

Lagu ini boleh disebut demikian karena lagu ini termasuk sebagai salah satu lagu yang jamak dimainkan menjelang dan saat tibanya bulan Ramadhan. Mencermati penggalan lirik di atas, maka kita temukan satu hal menarik untuk dibahas, yaitu Ramadhan adalah bulan yang berkah.

Seringkali kita mendengar kata berkah, namun bagaimanakah itu? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita mulaikan dengan memahami arti kata berkah itu sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berkah adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kenikmatan bagi kehidupan manusia. Apabila kita telisik dari asal muasal kata tersebut, maka kita akan temukan bahwa kata berkah berasal kata berbahasa arab, barakah, yang berarti kenikmatan. Kata yang sama, barakah, secara istilah memiliki makna sebagai ziyadatul khair atau bertambahnya kebaikan. Kebaikan yang bertambah di sini, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama, adalah kebaikan yang melimpah baik jasmani seperti kesehatan dan rohani seperti ketentraman jiwa.

Ekonomi Islam sebagai kecabangan ilmu ekonomi yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam kedalam setiap aspek pengetahuannya pun tidak luput dalam membahas berkah. Dalam ekonomi Islam, berkah dinyatakan dalam fungsi eksponensial yang mana hal ini menandakan bahwa pertambahan satu nilai dalam variabel berkah akan memberikan dampak perubahan yang amat signifikan.

Membahas berkah di dalam bulan Ramadhan dengan perspektif ekonomi Islam, maka kita akan temukan dimensi yang jauh lebih luas daripada hanya aspek materialistik semata. Tidak seperti ekonomi konvensional yang membatasi bahasannya pada kehidupan dunia, ekonomi Islam memperpanjang bahasannya hingga mencakup kehidupan setelah dunia, yakni kehidupan akhirat. 

Hal inilah yang tergambar jelas dengan dijadikannya falah sebagai tujuan yang ingin dicapai dengan penerapan ekonomi Islam. Sebagai informasi, falah yang memiliki arti secara bahasa sebagai kemenangan ini dalam ekonomi Islam diartikan sebagai kondisi dimana tercapainya kebahagian material dan rohani serta terwujudnya kesejahteraan dunia akhirat dalam diri setiap muslim.

Selain itu, membahas berkah dalam ekonomi Islam maka kita akan temukan dimensi interest yang lebih beragam daripada dimensi interest dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam dikenal terdapat empat interest, bukan hanya satu seperti dalam ekonomi konvensional, yang terdiri atas God-interest, self-interest, people-interest, dan environmental-interest. God-interest berdiri di posisi paling tinggi yang kemudian diikuti secara sejajar dengan ketiga interest lainnya. Hal ini menjadikan subjek ekonomi Islam mesti mendahulukan kepentingan Tuhan lalu sembari ia memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, ia perlu juga untuk memerhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

Sehingga, apabila kita akan menyibak maksud berkah di dalam bulan Ramadhan dengan persepektif ekonomi Islam, maka kita akan membahasnya baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat sembari tetap mengedepankan God-interest, memenuhi self-interest, dan tidak mencederai people-interest dan environmental-interest.

Di bidang moneter, datangnya bulan Ramadhan boleh dibilang meringankan tugas bank sentral dalam hal mengelola uang beredar. Adanya tradisi berbagi THR kepada sanak saudara telah mendorong masyarakat untuk menukarkan uang mereka ke bank sentral menjadi pecahan-pecahan yang mudah untuk dibagikan. Dengan demikian, uang cetakan baru akan masuk ke pasar dan uang lama yang sudah lusuh dapat kembali kepada bank sentral. 

Ditambah lagi, para perantau akan kembali ke kampung halaman masing-masing, kembali pulang ke tempat mereka berasal di berbagai pelosok negeri. Kondisi ini menyebabkan peredaran uang cetakan baru dapat meluas jangkauannya hingga pelosok-pelosok desa. Oleh karenanya, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa berkah Ramadhan menyentuh bidang moneter kita dengan cara meningkatkan kecepatan perputaran uang dan pembaharuan fisik uang yang ada di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun