Mohon tunggu...
Muhammad Akilla Bintoro
Muhammad Akilla Bintoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesusahan Pengajar dalam Mengajar Anak Penyandang Disabilitas (Tunagrahita)

4 Juni 2023   22:22 Diperbarui: 4 Juni 2023   22:28 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah komponen dalam hidup manusia yang sangat penting. Seseorang dapat meningkatkan diri dan mencapai tujuan hidupnya dengan mendapatkan ilmu, keahlian, dan norma-norma mereka butuhkan melalui pendidikan. Namun, kenyataannya, masalah pendidikan masih menjadi perhatian di banyak negara di seluruh dunia.

Masalah pendidikan dapat berkaitan dengan berbagai aspek, seperti akses, kualitas, dan relevansi. Banyak negara masih menghadapi tantangan dalam memberikan akses pendidikan yang merata bagi seluruh warga negaranya. Di sisi lain, kualitas pendidikan yang diberikan juga menjadi perhatian penting, terutama dalam menghadapi persaingan global dan tantangan di era digital saat ini. Selain itu, relevansi pendidikan juga menjadi fokus, di mana pendidikan harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan pasar kerja yang terus berubah.

Disini, kita akan membahas tentang permasalahan kesulitan pendidik dalam mengajar anak yang menyandang disabilitas (Tunagrahita), serta usaha-usaha yang sudah dilaksanakan dengan bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesulitan tersebut. Dengan memahami masalah pendidikan secara mendalam, diharapkan kita dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas dan akses pendidikan di berbagai negara, sehingga semua warga negara dapat memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas.

Menurut Kustawan, D. (2016), Tunagrahita adalah anak yang menunjukkan kecerdasan di bawah rata-rata dan ketidakmampuan untuk mengubah perilaku yang muncul selama tahap perkembangan. Selain itu, ia mengklaim bahwa karena tantangan skolastik mereka, anak-anak tunagrahita memerlukan adaptasi kurikuler agar mereka dapat menerima bantuan pendidikan yang layak.

Hasil observasi

Pada hasil observasi di sekolah luar biasa dharma wanita yang terletak di Kabupaten Tana Rojana khususnya Kecamatan Makale, terdapat 23 siswa yang menyandang disabilitas tunagrahita, kesulitan pengajar dalam melakukan pembelajaran diantaranya yaitu siswanya yang sulit memahami materi sehingga tidak mengerti materi yang disampaikannya, sulit dalam berkomunikasi karena anak yang mengalami tunagrahita karena kosakata nya yang sangat terbatas, sehingga pengajar harus sabar dan tekun serta dapat kreatif dalam proses memberikan materi pelajaran kepada siswa yang belum menguasai dalam bidang pelajaran tersebut. Memberikan materi pelajaran yang siswa belum kuasai. Karena seperti yang kita ketahui pada dasarnya kualitas kepintaran anak penyandang disabilitas khususnya tunagrahita terbatas daripada anak pada biasanya.

Terdapat beberapa aspek penyebab kesulitan pengajar dalam memberikan pengajaran kepada anak penyandang disabilitas tunagrahita, diantaranya :

  1. Terhalangnya pengajar dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disebabkan minimnya media belajar yang memadai, guru hanya mempunyai satu buku dan tidak ada buku pegangan untuk siswa.
  2. Kesiapan murid dalam pembelajaran, mulai dari murid tidak mau masuk ke kelas, susah untuk mengikuti aturan, dan suka bermain ketika pengajar sedang menjelaskan
  3. Penyajian yang materi yang sulit, karena mayoritas siswanya sudah lupa dan kurangnya respon ketika guru sedang bertanya.
  4. Fasilitas yang kurang, seperti kelas. Sehingga dalam satu ruangan terdapat beberapa kelas di dalamnya.

Perbedaan disabilitas (Tunagrahita) dengan yang lain :

- Tunagrahita adalah sebutan umum untuk menggambarkan individu yang memiliki keterbatasan dalam kecerdasan umum, kemampuan belajar, kemampuan sosial, adaptasi dan juga mental. Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut kondisi ini adalah "kecerdasan terbatas" atau "keterbelakangan mental". Tunagrahita juga termasuk dalam penyandang disabilitas, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam memahami, mempelajari, dan menguasai informasi dan keterampilan yang biasanya dapat dilakukan oleh orang-orang pada usia yang sama. Oleh karena itu, tunagrahita secara medis dan fungsional diklasifikasikan sebagai penyandang disabilitas intelektual.

- Tunadaksa merupakan sebutan yang mengacu pada kondisi seseorang yang menyandang disabilitas pada anggota gerak tubuhnya, misalnya seperti kelainan atau kelumpuhan fisik pada tubuhnya. Orang yang memiliki tunadaksa umumnya keterbatasan dalam hal mobilitas dan kemampuan untuk menggunakan anggota gerak tubuh secara normal. Tunadaksa dapat disebabkan oleh polio, kelumpuhan, penyakit, atau cacat neuromuskuler dan struktur tulang bawaan (kehilangan organ tubuh).

- Tunanetra adalah kondisi seseorang yang menderita gangguan pada penglihatan sebagian atau total sehingga mempunyai keterbatasan dalam penglihatannya atau sampai tidak dapat melihat. Istilah "tunanetra" umumnya digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang menjalani kehidupan tanpa penglihatan sepenuhnya atau memiliki penglihatan yang sangat terbatas, tunanetra terbagi menjadi 2 jenis : buta keseluruhan dan buta sebagian.

- Tunarungu merupakan sebutan yang umum digunakan untuk mendeskripsikan individu yang mengalami gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran secara sebagian atau total. Individu yang menderita tunarungu memiliki masa sulit dalam memahami dan mendengar suara, serta berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan pendengaran bisa terjadi dari bawaan atau didapat waktu masa hidup individu dari akibat berbagai aspek, seperti faktor genetik ataupun cedera, penyakit, paparan suara yang sangat keras. Seseorang dengan hambatan dalam pendengaran juga memiliki hambatan dalam berbicara (tunawicara).

- Tunawicara ialah kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam berbicara ataupun mengungkapkan sesuatu dengan lisan. Umumnya, tunawicara terhubung dengan kesulitan dalam berkomunikasi yang bisa terjadi karena faktor genetik atau didapat akibat kecelakaan medis atau cedera yang berpengaruh pada kesanggupan individu dalam memakai otot-otot yang termasuk dalam proses berbicara.

Teori Yang Digunakan Untuk Menyusun Strategi Pembelajaran Pada Kasus :

Pada kasus diatas membahas tentang bentuk kesulitan guru mengajar siswa dengan keterbatasan mental tunagrahita. Kesulitan tersebut seperti kesulitan guru menghadapi siswa yang sulit memahami pelajaran yang diterima karena tingkat kecerdasan anak yang rendah, sulit memusatkan perhatian anak tunagrahita, serta sulitnya komunikasi dengan anak tunagrahita. Untuk dapat mengatasi masalah masalah tersebut guru dapat menyusun strategi yang efektif dan efisien. Teori yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pembelajaran anak tunagrahita adalah dengan menerapkan teori pembelajaran kognitif. Teori ini melibatkan proses perhatian, memori, dan kemampuan bahasa.

Teori kognitif mencakup berbagai aspek tentang bagaimana pikiran manusia memproses informasi, termasuk proses perhatian, memori, dan bahasa.

Proses Perhatian

Dalam teori kognitif tentang proses perhatian mengatakan bahwasannya manusia memiliki kapasitas perhatian yang terbatas, sehingga mereka perlu memilih informasi yang penting untuk diperhatikan dan memprosesnya secara selektif. Teori ini juga menekankan pentingnya pengaturan dan kontrol atas perhatian untuk mencapai tujuan tertentu.

Memori

Teori kognitif tentang memori menyatakan bahwa memori terdiri dari beberapa sistem memori yang berbeda, termasuk memori jangka pendek dan jangka panjang. Teori ini juga menjelaskan bahwa informasi yang diterima harus diproses secara aktif dan direkam dalam memori jangka pendek, lalu melalui pengulangan dan pengolahan yang lebih dalam, informasi tersebut dapat disimpan dalam memori jangka panjang.

Bahasa

Bahasa manusia memiliki kemampuan bawaan untuk memahami dan menggunakan bahasa. Teori ini juga menekankan pentingnya peran struktur bahasa dalam memfasilitasi komunikasi dan pengolahan informasi. Dalam teori kognitif, bahasa juga dianggap sebagai alat untuk merepresentasikan dan memproses informasi secara abstrak.

Upaya guru dalam mengajar siswa berkebutuhan khusus yaitu: dengan menggunakan buku ajar dari sekolah dan juga e-book; guru menunjukkan gambar sebelum kelas, guru menegur siswa untuk kelas yang ribut, dan guru membujuk siswa secara halus dan tidak memaksa ketika siswa susah masuk ke dalam kelas, pengajar mengajarkan bagaimana peraturan duduk yang baik dan sopan, meminta bantuan kepada tuhan sebelum memulai pelajaran, menyanyi dengan tertib, mengalihkan perhatian terlebih dahulu kemudian belajar berdoa, kemudian memasukkan materi atau topik yang akan dipelajari; tampilkan secara spesifik benda, seperti langsung menunjukkan gambar dan benda, dan mengulang pembelajaran, memberikan contoh yang jelas, memberikan penghargaan dan pujian pada siswa yang aktif, menyajikan materi sesederhana mungkin, menggunakan kata-kata pendek yang mudah dimengerti dan menggunakan alat pembelajaran yang tepat, menggunakan dan memanfaatkan buku atau alat pembelajaran yang ada.

Pendapat mengenai permasalahan tersebut :

1. Mengingatkan kepada siswa untuk meningkatkan kehadiran di sekolah.

2. Guru diharapkan untuk menumbuhkan kreativitas di dalam kelas agar siswa berpartisipasi dalam pembelajarannya dengan berinteraksi lebih aktif.

3. Guru lebih mengembangkan literasi teknologi untuk menemukan pengetahuan yang komprehensif tentang bagaimana berinteraksi dengan siswa yang memiliki kebutuhan khusus (Tunagrahita).

4. Dapat menyiapkan dan menyediakan sumber daya yang memadai, termasuk buku, untuk memastikan bahwa murid menerima pengajaran yang lebih baik. Kerjasama dengan banyak pihak, khususnya terapis dan psikolog sangat diharapkan.

Kesimpulannya adalah mengajar anak berkebutuhan khusus menjadi tantangan bagi guru karena berbagai alasan, seperti mengatur siswa yang sulit diatur, susah mengingat pelajaran yang baru saja diterangkan, dan siswa yang tidak aktif dalam menjawab pertanyaan guru. Teori yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus Tunagrahita adalah dengan menggunakan teori pembelajaran kognitif dengan meliputi berbagai aspek tentang bagaimana pikiran manusia memproses informasi, termasuk proses perhatian, memori, dan bahasa.

Dengan adanya kesulitan tersebut guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus juga memiliki cara mengatasi kesulitan tersebut dengan menunjukkan gambar dan benda yang berkaitan dengan pembelajaran, menegur secara lemah lembut siswa yang sulit diatur, dan menyajikan materi pembelajaran kata kata yang mudah dimengerti serta menggunakan alat pembelajaran yang bervariasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun