Seorang laki-laki tua, merindu anak, berpuluh tahun ia berdoa untuk itu.
Saat ia mendapatkannya ia harus membiarkan buah hatinya (bersama sang
isteri) di tanah tandus dengan bekal yang terbatas. Saat ia ingin
menjenguk anaknya, melepas rindu yang sedemikian besar, ia harus
mengurbankan anaknya. Tak tanggung-tanggung, ia harus menyembelih
anaknya itu. Ibrahim, bapak para nabi, aku lihat ayahku, aku rasa cinta
ayahku, aku tahu perih hatimu.
Cinta ayah itu besar kepada anaknya, besar sekali. Bahkan, anaknya lebih
ia cintai dari dirinya sendiri. Tapi, ini perintah Tuhan. Karena
kecintaan pada Tuhan harus dibuktikan. Karena takbir harus terus
berkumandang. Prima facie.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H