Negara Indonesia yang 70% luas wilayahnya merupakan wilayah kelautan (ocean) yang diisi oleh kepulauan yang berjajar di dalamnya, dengan panjang garis pantai sebesar 95.161 km,  membuat negara ini dikenal sebagai negara maritim terbesar ke dua di dunia setelah Negara Kanada (Lasabuda, 2013; Shalihati 2014). Dengan wilayah kelautan yang luas ini, maka Negara Indonesia haruslah mampu untuk  mengelolanya dengan maksimal agar kekayaan ataupun potensi berupa sumber daya alam yang ada di dalamnya dapat dimanfaatkan dengan baik, dengan cara melakukan perencanaan serta pengembangan yang tepatyang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Luasnya wilayah pesisir dan laut Indonesia ini tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama serta tenaga yang cukup besar untuk mengelola serta mengetahui potensi yang ada di dalamnya. Namun dengan seiring perkembangan zaman, teknologi yang diciptakan oleh manusia semakin maju. Salah satu teknologi yang berkembang pesat pada saat ini adalah teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Dengan menggunakan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, kita dapat mengelola wilayah pesisir dan kelautan dengan jarak jauh, dan dapat mengefisienkan waktu serta tenaga yang dikeluarkan. Namun sebelum lebih jauh, apa sih yang dimaksud dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi? Berikut penjelasannya:
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah teknik yang dikembangan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi yang berbentuk radiasi elektromagentik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985; Miswar dan Halengkara, 2016). Informasi yang didapatkan melalui penginderaan jauh biasanya berasal dari sebuah citra. Citra adalah hasil gambaran yang terekam oleh alat penginderaan jauh yang dapat berupa kamera atau sensor lainnya (Miswar dan Halengkara, 2016).
Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang elektromagnetik (GEM) yang berasal dari sinar matahari. Banyak sensor dari penginderaan jauh yang menggunakan energi pantulan sinar matahari sebagai sumber gelombang elektromagnetik, namun ada beberapa sensor penginderaan jauh juga yang menggunakan energi yang dipancarkan oleh bumi dan yang dipancarkan oleh sensor itu sendiri.
Ada beberapa bagian penting dari GEM yang digunakan dalam penginderaan jauh yaitu sebagai berikut (Daud, Nawir, 2013) :
- 0.3 -- 0.4 m : ultraviolet
- 0.4 -- 0.7 m : sinar tampak
- 0.7 -- 3.0 m : inframerah dekat
- 3.0 -- 8.0 m : middle infrared
- 8.0 -- 1000 m : infra merah termal
- 1 mm -- 100 cm : gelombang mikro
Sistem Informasi Geografi
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989; GeoSriwijaya, 2019). Dalam pemanfaatan Sistem informasi Geografi, ada beberapa komponen - komponen pendukung yang harus disertakan. Adapun beberapa komponen tersebut adalah sebagai berikut :
- Perangkat keras (hardware) seperti digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU), hard-disk, dan lain -- lain.
- Perangkat lunak (software) seperti Arcgis, Qgis, MapInfo, dan lain -- lain.
- Organisasi (manajemen), dan
- Pemakai (user).
Selain 4 komponen diatas, terdapat data yang akan dikelola dalam Sistem Informasi Geografi. Data yang dimaksud adalah data spasial atau data yang memiliki orientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya serta memiliki dua bagian penting yang membuatnya beda dari yang lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif.
- Dalam proses sistem informasi geografis (SIG), terdapat 4 tahapan utama yaitu secara garis besar sebagai berikut :
- Tahap input data.
- Tahap pengolahan data.
- Tahap analisis data
- Tahap output data.
Peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan
Untuk mengoptimalkan pembangunan pada sektor pesisir dan kelautan di Indonesia, pemerintah harus mulai memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi guna memaksimalkan pembangunan pada sektor pesisir dan kelautan meliputi pemanfaatan hasil perikanan yang belum tergali dengan baik, pemanfaatan aktifitas laut dan perairan untuk tenaga pembangkit listrik yang aman, optimalisasi kandungan mineral dan minyak bumi yang menyebar diberbagai lokasi perairan, transpotasi laut yang cepat dan aman, hingga pemanfaatan potensi bahari lainnya yang tersebar di pesisir dan laut. Berikut merupakan beberapa peran penginderaan jauh dan sistem informasi geografi untuk pengelolaan wilayah pesisir dan laut di Indonesia :
Pemetaan, Identifikasi dan inventarisasi sumberdaya pesisir dan laut
Penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat dimanfaatkan untuk menyajikan informasi geospasial pulau -- pulau terluar yang dapat ditampilkan secara visualisasi dan dapat disebarluaskan dengan jaringan elektronik. Citra berupa wilayah pesisisr dan laut yang diperoleh dari hasil penginderaan jauh akan diproses melalui sistem informasi geografi melalui tahap input data, pengolahan data, analisis data hingga menghasilkan output data berupa letak dan koordinat, penggunaan lahan, kondisi pasang surut, potensi perikanan, potensi tambang, potensi penduduk di wilayah pesisir, kebudayaannya serta informasi lain tergantung dari proses pengolahan data yang dilakukan.
Selain dapat digunakan untuk desiminasi informasi geospasial, penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat digunakan untuk pengukuran suhu permukaan laut atau SPL. Pengukuran SPL ini dapat diaplikasikan kedalam berbagai keperluan seperti untuk klimatologi, perubahan suhu permukaan laut global, respon atmosfer terhadap anomali suhu permukaan laut, prediksi cuaca, pertukaran gas antara udara dengan permukaan laut, pergerakan massa air, studi polusi, perikanan, dan dinamika oseanografi seperti fenomena eddi, gyre, front dan upwelling.
Kesesuaian Pemanfaatan Pesisir dan Pengembangan Budidaya Laut
Penginderaan jauh dan sistem informasi geografi sangat memungkinkan untuk digunakan dalam penentuan lokasi kesesuaian budidaya laut. Adapun beberapa contoh kegiatan budidaya laut yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan penginderaan jauh dan sistem informasi geografi adalah seperti kesesuaian lokasi budidaya keramba jaring tangkap, budidaya kerang mutiara, budidaya tambak. Selain dapat digunakan untuk penentuan lokasi kesesuaian budidaya laut, penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat digunakan untuk menentukan lokasi pariwisata bahari yang tepat dan sesuai, contohnya seperti penentuan lokasi wisata bahari berupa diving dan snorkeling. Selanjutnya penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat digunakan untuk menentukan zonasi jalur penangkapan ikan, dimana dalam penentuan lokasi jalur penangkapan ikan menggunakan teknologi tersebut, para nelayan dapat memperkirakan beberapa kemungkinan seperti parameter jarak dan kedalaman laut, pembatasan kondisi lokal seperti perairan rawan konflik, daerah ekosistem terumbu karang, dan lain -- lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H