Sudah dapat dibayangkan bagaimana dialektika berjalan searah. Harmoni perpaduan suara-suara nyaris tidak ada. Itu terbukti dari banyak agenda rapat yang saya perhatikan.Â
Selebihnya, tidak lebih dari penggenap kuorum (kuota forum) yang hanya menumpang nama dan numpang "menjual" diri untuk di ukir dalam sejarah perjalanan sebuah organisasi.Â
Pertarungan gagasan kian meredup di tengah mahalnya harga kosmetik. Baik yang memakai maupun yang memandang, keduanya sama-sama menikmati ke-semu-an.Â
Calon-calon singa podium yang kharismatik semakin ompong dan terancam punah. Kembang-kembang revolusi tidak lagi harum. Padahal keduanya memiliki potensi besar yang seharusnya dengan senyum saja dia mampu menghasilkan uang. Dengan berjalan saja dia mampu menjadi model.Â
Pandai berdiplomasi saja dia menjadi politisi handal. Cantik dan gagah itu sumber kebahagiaan, apabila dibarengi dengan integritas, intelektual, moral dan spiritual.Â
Rumah tangga yang harmonis dalam bingkai keluarga berpayungkan organisasi akan kembali kepada fitrahnya jika sumber daya manusianya kembali kepada pergulatan ide dan melepas trend dangkal.Â
Dengan itu, akan tercipta sebuah dapur intelektual yang luas. Sehingga didalamnya segala sesuatu akan bertemu menjadi satu rasa. Berangkat dari masing-masing rasa kemudian tercipta menjadi rasa baru yang khas tanpa menghilangkan rasa yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H