Hampir semua organisasi mengalami degradasi. Mandek semandek-mandeknya, dan yang paling pas untuk dijadikan alasan untuk menumpahkan kesalahan adalah virus ini. Anggap saja sebagai kejengkelan para stake holder dalam struktur sebuah organisasi yang mempunyai tanggung jawab sebagai penyelamat bumi. Dan, satu-satunya musuh penghambat adalah virus, setelah sumber daya manusianya yang memang sangat payah pada masanya.Â
Kabar baiknya adalah, kegiatan rekruitmen anggota organisasi tidak berhenti sampai di sini. Perhatian mengenai regenerasi masih masuk dalam hitungan. Tujuan utamanya adalah semoga saja ada pelanjut yang lebih unggul dan bisa lebih berwarna sesuai perkembangan zaman. Atau, paling tidak organisasi tidak mati di tangan mereka yang katanya saat ini sedang berjuang untuk menghidupkan rumah tangga organisasi.Â
Dukungan dari mereka para pemain pemangku kebijakan yang dianggap kenyang ilmu pengetahuan harusnya sangatlah berperan besar. Agar dapat menghasilkan output yang siap pakai, siap belajar, siap hidup.Â
Tapi, apalah daya jika maksud hati memeluk gunung tapi tangan tak sampai. Orientasi yang tertanam kini tumbuh dengan layu. Gertakan sana-sana sini yang keras hanya mengandung unsur sentimentil dan kepentingan pribadi belaka. Persentase kemaslahatan sangat kecil. Wibawah telah tergadai dengan angka nominal.Â
Marwah mengayomi nyaris tidak ada lagi. Tujuan utama hanya semata-mata mendapatkan panggung. Predikat menjadi incaran hanya karena ingin tampil lebih wah daripada yang lain.Â
Strata keanggotaan yang naik level adalah tujuan utama demi mendapat pengakuan luar biasa. Dari sini, terlihat bahwa ada yang belum terselesaikan oleh sumber daya manusianya. Iklim ini tentu saja tidak baik jika sampai terwariskan kepada mereka yang terjaring dalam satu tempat yang sama.Â
Alfred Schults menyatakan bahwa "diri kita dibentuk kebiasaan. Kebiasaan dibentuk oleh apa yang sering kita saksikan, dalam waktu lama, dan berulang-ulang". Kecelakaan inilah yang sedang terjadi. Siap pakai, siap belajar, serta siap hidup tidak lagi pada garisnya.Â
Dalam situasi ini. Diperlukan adanya kematangan niat oleh calon pembelajar dalam lingkup organisasi. Bukan hanya sekadar ingin mendapat circle pertemanan baru, atau hanya karena ingin bergabung dalam satu group whatsapp yang sama, apalagi jika hanya karena alasan lawan jenis sebagai tujuan.Â
Lingkungan organisasi yang hanya dijadikan sebagai arena gagah-gagahan atau panggung catwalk hanya melahirkan generasi yang kurang mapan. Baik dari segi ilmu pengetahuan serta keterampilan karena fungsinya sebagai cagar ilmu pengetahuan dan pengembangan diri akan hilang. Maka yang ada tidak lebih dari sekadar alat tumpul yang tidak memiliki fungsi. Hidup tapi sebenarnya mati.
Makhluk astral yang model demikian tentu saja masih banyak berkeliaran. Hidup, tapi sebenarnya mati. Kedatangannya memang membawa keharuman melati, tapi menyisakan ketakutan. Tak jarang jadi boomerang untuk satu tubuh dalam posisi struktural. Tempat yang lebih cocok untuk mereka tidak lain hanya di beranda penyedia klik jempol.
Dengan demikian, wajar jika forum terbuka maupun tertutup akan didominasi oleh orang-orang tertentu saja. Ketika yang lain sibuk menelurkan ide, dia hanya menjadi penonton, hebatnya ketika di luar rapat, mereka ini yang seolah sibuk dengan berbagai agenda.Â