Mohon tunggu...
Muhammad Akbar
Muhammad Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang Jurnalis Muda yang Berkompeten

Setiap langkah adalah perjuangan, menghasilkan karya dan inovasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Catatan Awal Tahun Mujahid Dakwah, Kebangkitan Pers dan Media Islam

17 Januari 2020   10:49 Diperbarui: 17 Januari 2020   10:50 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buya Hamka yang menjadi salah satu pembaca Pembela Islam yang juga Pendiri Pedoman Masyarakat mengatakan,

"Mulai saja majalah itu dibaca, timbullah dalam jiwa semangat yang terpendam yaitu semangat hendak turut berjuang dalam Islam. Artikel-artikel yang dimuat di dalamnya menggugah perasaan hati untuk bangun, bergerak, berjuang hidup dan mati dalam Islam."

"Artikel-artikel dari M. Natsir di dalam majalah Pembela Islam itu sangat menarik hati saya. Saya pun seorang pengarang. Tetapi saya mengakui bahwa karangan Natsir memberi saya bahan untuk hidup, sehingga saking tertariknya saya kepada tulisan-tulisannya itu..." (Dikutip dari Panitya Peringatan M. Natsir/M. Roem 70 tahun. 1978. M. Natsir 70 tahun Kenang-kenangan Kehidupan & Perjuangan. Jakarta: Pustaka Antara).

Buya Hamka sendiri sangat aktif dalam perjuangan dan pergerakan di media massa Islam. Pada tahun 1935, Buya Hamka dan Yunan Nasution mendirikan Pedoman Masyarakat di Medan Sumatera Barat. Pedoman Masyarakat memasang motto 'Memajukan Pengetahuan dan Peradaban Berdasarkan Islam'.

Pedoman Masyarakat menjadi salah satu media massa Islam yang besar di zaman itu. Berhasil mencapai dan mencetak sebanyak 4000 eksamplar. Melalui Pedoman Masyarakat ini pula Buya Hamka melahirkan karya-karyanya yang banyak dan fenomenal. 

Namun pada masa awal pemerintahan Jepang banyak sekali media massa yang menemukan ajalnya termasuk Pedoman Masyarakat. Akan tetapi, hal ini tidak membuat Buya Hamka berhenti dalam perjuangan media Islam. Pada tahun 1942-1945 mendirikan Semangat Islam bersama beberapa kawannya.

Perjalanan panjang media massa Islam terus berlanjut pada fase kedua, yakni fase kemerdekaan Indonesia. Dalam catatan sejarah, telah terbukti bahwa media massa Islam menjadi penyuara aspirasi yang dihadapi oleh umat, baik dari segi keagamaan, social, ekonomi dan politik.

Pasca kemerdekaan berbagai media massa Islam muncul diantaranya Harian Abadi. Harian Abadi menjadi corong pergerakan dari Partai Masyumi yang menjadi pengawal terhadap pemerintahan Soekarno waktu itu. 

Menjadi media massa yang kritis terhadap pemerintahan dalam menyuarakan aspirasi umat. Namun, akhirnya Harian Abadi tutup tahun 1970. Begitupun dengan lahirnya kembali media massa Islam dibawah pimpinan Buya Hamka yakni Panji Masyarakat dan Harian Duta Masyarakat yang menjadi suara Nahdatul Ulama.

Bukankah, sejarah panjang perjalanan media massa Islam ini begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik oleh para aktivis media Islam hari ini. Kebangkitan, kemunduran dan kejatuhan media massa Islam telah tercatat dalam sejarah. Media Islam bukan sekedar berenang-renang ditepian, tetapi ia langsung terjun ke dalam pusaran perjuangan di negeri ini.

Sejarah ini bagi para aktivis media Islam adalah bagaikan sebongkah mutiara yang ia dapatkan dan sebagai api yang membara dan membakar semangat perjuangan dalam dirinya. Membuat ia terus bergerak, menebarkan cahaya Islam keseluruh sendi kehidupan negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun